Menteri Agama, H Yaqut Cholil Qoumas

SURABAYA | duta.co – Pemerintah – dalam hal ini – Kementerian Agama RI telah menggelar sidang isbat, Selasa (9/4/24). Meski sejumlah tempat, seperti Masjid Raya Hasyim Asy’ari di Jakarta, tidak terlihat hilal karena mendung. Makassar hujan deras, hilal tidak terlihat. Bandung, Jawa Barat, tiga alat bantu tidak mampu meneropong hilal karena awan tebal. Semua sudah dilaporkan ke Kemenag RI.

Sementara, dalam hitungan (hisab) hilal sudah berada di posisi antara +4º 52’ hingga +7º 28’. Artinya sudah di atas ketentuan Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) yang mematok ketinggian 3 derajat. Apakah pemerintah (dalam sidang isbat) ini akan menggunakan dalil hisab? Mungkin, tetapi, hari ini, ternyata hilal juga terlihat di sejumlah titik.

Menteri Agama, H Yaqut Cholil Qoumas, menegaskan, bahwa, berdasar  berbagai refenrensi, termasuk hasil rukyat tim Kementerian Agama — yang menyebar di berbagai titik — maka, sebagian tempat lokasi rukyat, hilal bisa dilihat.

“Ini (sidang isbat) penting, karena merupakan sarana bermusyawarah sekaligus untuk mencari titik temu. Di sini ada ruang dialog untuk menentukan awal 1 syawal.Tadi diawali dengan seminar rukyatul hilal, dan kriterianya sudah melebihi ketentuan MABIMS,” demikian Gus Men Yaqut.

Sejumlah lokasi rukyat, jelasnya, tetap menggunakan dua metode penentuan bulan qomariyah antara  hisab dan rukyat. “Dari titik-titik rukyat tersebut, hilal (ternyata) sudah terlihat. Berdasarkan hisab dan laporan rukyat yang terlihat, maka, 1 syawal 1445 H jatuh pada Rabu 10 April 2024 M,” tegasnya.

Bagaimana dengan Kalender Global

KH Marsudi Syuhud, Wakil Ketua MUI Pusat kepada wartawan kompas.tv mengatakan, bahwa, perbedaan pandangan dalam Islam, itu biasa. “Perbedaan umat itu, rahmat. Sehingga tidak menjadi persoalan. Karena itu, pemerintah punya domain untuk mengumumkan. Dengan begitu, tidak ada perbedaan lagi,” tegas KH Marsudi Syuhud.

Soal kalender global? “Semua ada itung-itungannya. Tidak bisa begitu. Kita shalat saja, antara Makkah dan Indonesia, berbeda. Maka waktu setempat sangat mempengaruhi. Kita tidak mungkin menjalankan shalat (waktu yang sama) harus bersamaan dengan Makkah. Tidak mungkin, karena ada perbedaan waktu setempat,” tambah KH Marsudi.

Penjelasan Lembaga Falakiyah

Secara resmi Lembaga Falakiyah (LF) PBNU kembali menerbitkan informasi terkait awal (1) Syawal 1445 H. Bahwa, hari ini, Selasa Legi 9 April 2024 M atau 29 Ramadhan 1445 H, tinggi hilal di Indonesia bervariasi, antara +4º 52’ hingga +7º 28’. Artinya, kalau tidak ada penghalang, lebih mudah dilihat.

“Elongasi hilal haqiqy di Indonesia saat itu, bervariasi antara 8º 30’ hingga 10º 20’. Lama hilal di atas ufuk untuk Indonesia pada 29 Ramadhan 1445 H itu bervariasi. Antara 23 menit 19 detik hingga 32 menit 47 detik,” demikian keterangan tertulis Lembaga Falakiyah PBNU, Selasa (9/4/24).

“Kedudukan hilal di Indonesia terutama dari sisi tinggi hilal mar’ie dan elongasi hilal haqiqy sudah di atas nilai yang dinyatakan dalam kriteria Imkan Rukyah Nahdlatul Ulama (IRNU). Sesuai yang berlaku, maka kapan 1 Syawal 1445 H bagi NU adalah berdasarkan Ikhbar yang disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama. Ikhbar akan disampaikan, Selasa 9 April 2024 M, pukul 19:00 WIB,” tulisnya.

Rukyah hilal ini merupakan pengamatan atau observasi terhadap hilal, yaitu lengkungan bulan sabit paling tipis yang berkedudukan pada ketinggian rendah di atas ufuk barat pasca Matahari terbenam (ghurub) dan bisa diamati.

“Cara pengamatannya saat ini terbagi menjadi tiga, mulai mengandalkan mata telanjang, mata dibantu alat optik (umumnya teleskop) hingga yang termutakhir alat optik (umumnya teleskop) terhubung sensor atau kamera,” tegasnya.

Dari ketiga cara tersebut, jelasn ya, maka keterlihatan hilal pun terbagi menjadi tiga pula, mulai dari kasatmata (bil fi’li), kasat teleskop dan kasat kamera. Terlihat atau tidaknya hilal sangat bergantung pada sejumlah faktor.

“Mulai dari parameter Bulan sendiri (berupa tinggi atau irtifa’, elongasi dan ketebalan sabit Bulan), parameter optis atmosfer (konsentrasi partikulat pencemar, uap air dan sebagainya) dan seberapa besar sensitivitas mata atau sensor kamera.”

Itulah mengapa kali ini, rukyat Rukyat 1 Syawal 1445 H mestinya berjalan lebih lancar, lebih cepat, karena kondisi bulan sabit sudah +4º 52’ hingga +7º 28’. “Singkatnya hilal terlihat jika intensitas cahaya dari Bulan sabit lebih besar dibanding intensitas cahaya senja dan nilai kontras Bulan sabit–syafak lebih besar dibandingkan ambang batas kontras mata atau kamera,” begitu keterangan yang diteken Ketua Lembaga Falakiyah PBNU  KH Drs Sirril Wafa, MA dan H Asmui Mansur MKom selaku sekretaris, Selasa (9/4/24) . (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry