Sejumlah petugas kepolisian saat sedang berjaga di pintu masuk melakukan pemeriksaan terhadap warga yang akan masuk dan mengurus administrasi di kepolisian.

TUBAN | duta.co – Akses masuk Mapolres Tuban semakin diperketat pasca adanya insiden aksi teror ledakan bom bunuh diri yang dilakukan sepasang suami istri di depan gereja Katedral kota Makassar, Minggu (28/03/2021) dan aksi “lone wolf” seorang perempuan di area Mabes Polri, Rabu (31/03/2021).

Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk antisipasi tindakan teror yang tidak diinginkan serta untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat yang hendak mengurus administrasi di kepolisian.

Kapolres Tuban, AKBP Ruruh Wicaksono. Senin (5/4/2021) menyampaikan pemeriksaan akses masuk di Mapolres Tuban, sebagai bentuk kesiagaan, jangan sampai lengah saat melaksanakan tugas dan tetap

“Anggota harus siaga dan waspada setiap saat, tidak boleh lengah dan takut, serta jangan lupa selalu berdoa semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa melindungi kita semua dalam pengabdian kepada masyarakat bangsa dan negara,” terang Kapolres Tuban.

Selain itu, Polres Tuban juga memperketat pengamanan di depan pintu masuk. Dimana, anggota melakukan pemeriksaan terhadap barang bawaan dan isi tas milik tamu yang akan masuk ke lingkungan Polres Tuban.

“Kita memperketat pemeriksaan tamu yang datang ke Mapolres Tuban sebagai upaya pencegahan agar tidak terjadi aksi teror di wilayahnya,” terang perwira yang pernah menjabat sebagai Kasubdit II Ditreskrimum Polda Jatim ini.

Tak berhenti di situ, anggota dari satuan Sabhara dengan menggunakan rompi anti peluru, bersenjata dan juga dilengkapi alat metal detector serta mirror detector juga melakukan pemeriksaan setiap kendaraan maupun orang yang ingin masuk area Mako Polres Tuban. Hal itu sebagai salah satu kewaspadaan untuk antisipasi aksi teror.

“Kegiatan ini sebagai upaya preventif, kita tingkatkan kewaspadaan dan pengamanan Mako, semuanya Kita lakukan pemeriksaan secara teliti baik kendaraan maupun orang yang memasuki Polres Tuban,” jelas mantan Kapolres Madiun itu.

Lebih lanjut, perwira kelahiran Ngawi itu menjelaskan selama ini aksi teror menyasar anggota yang sedang berjaga di lapangan. Dimana, pelaku biasanya berpura-pura sebagai masyarakat yang ingin melapor ke petugas atau anggota.

“Sasaran mereka adalah personel yang bertugas di lapangan, mereka bisa berpura-pura sebagai masyarakat pelapor maupun menyamar sebagai ojek online,” pungkasnya. (sad)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry