Gus Yusuf (kanan)

KARANGANYAR | duta.co – Rakyat harus cerdas. Tidak perlu keburu ikut tokoh-tokoh nasional maupun regional, yang ternyata mereka dalam tekanan  politik. Dengan mengagetkan mereka berganti haluan, alias mencla-mencle. “Di daerah, ada sejumlah bupati yang isuk dele, sore tempe (paginya masih kedelai, sore sudah menjadi tempe). Ini jangan diikuti, karena mereka tertekan,” jelas Ketua Umum HISNU (Himpunan Santri Nusatara), Yusuf Hidayat kepada duta.co, Rabu (7/2/24).

Gus Yusuf, panggilan akrabnya, mengatakan, bahwa Pilpres 2024 adalah Pilpres paling brutal. “Kalau dulu, orang kecil yang ketakutan, sekarang justru penggede-penggede itu yang ketakutan. Lalu berubah dukungan, dan itu disampaikan di depan publik,” tegas Gus Yusuf, alumni PP Tebuireng, Jobang.

Di tempat terpisah, capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo juga berbicara terkait adanya sikap mencla-mencle dari seorang jenderal. Ganjar mengatakan sikap mencla-mencle itu tidak dapat dijadikan panutan.

Hal itu disampaikan Ganjar dalam sambutannya saat menghadiri deklarasi dukungan PP Polri, di De Tjolomadoe, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, Rabu (7/2/2024). Mulanya, Ganjar menyampaikan pesan orang tuanya untuk tetap bertahan pada satu pilihan.

“Orang tua saya mengajarkan, ‘kamu biasakan diri disiplin sebagai anak militer, anak polisi’. Biasakan satu pikiran perkataan dan perbuatan. Jangan jadi orang yang mencla mencle. Itu almarhum orang tua saya mengajarkan,” kata Ganjar sebagaimana terunggah detik.com.

Ganjar mengatakan sebagai anak bangsa, harus selalu mengingat sejarah. Ganjar menuturkan dirinya diajarkan untuk menjadi patriot sejati. “Saya bukan anak pemberontak. Saya anak patriot republik ini. Catatan pertama yang ingin saya sampaikan, sekali lagi konsistensi. Ketika kemudian republik ini berjalan, sejarah demi sejarah kita lalui,” ujarnya.

Ganjar kemudian membeberkan sejumlah catatan dalam dua pemilu terakhir. Ganjar menyebut ada jenderal yang tidak konsisten. Ia menyoroti Pemilu 2019, ada tokoh jenderal yang mengatakan untuk tidak memilih calon tertentu karena latar belakangnya. Sedangkan, kata Ganjar, saat ini jenderal tersebut justru berada di kubu calon itu.

“Dua pemilu lalu, jenderal bintang 4 mengatakan ‘dia saya yang mecat’, begitu katanya. Satu dalam diskusi kecil disampaikan, ‘bagaimana orang memilih itu, catatan sejarahnya begini psikologinya begini dan dipecat’. Itu mereka menyampaikan,” jelasnya.

“Bahkan satu lagi mengatakan, ‘hei pensiunan TNI, anda bodoh kalau milih orang yang kita pecat’. Dan tiga-tiganya orang yang ngomong itu sekarang berada pada kubu di sana,” sambung dia.

Padahal, kata dia, seorang patriot sejati harus konsisten dalam pilihannya. Ganjar pun meminta para pendukungnya untuk menjadikan hal tersebut sebagai pelajaran.

“Maaf, sebagai patriot sejati saya tidak diajari untuk mencla mencle. Ini kalau gini darah saya mendidih. Bapak saya bukan jenderal kok, bapak saya pensiunan letnan 1 kok, kami merasakan itu. Dan saya bangga di sini, pelajaran itu yang saya sampaikan,” jelasnya.

Ketika ditanya terpisah, Ganjar mengungkapkan jenderal-jenderal yang dimaksudnya. Diantaranya, Jenderal (purn) Wiranto, Jenderal (purn) Luhut Binsar Pandjaitan, dan Jenderal (purn) Agum Gumelar.

“Ada Pak Wiranto, ada Pak Agum, terakhir Pak Luhut kalau tidak salah menyampaikan dukungannya dan beliau-beliau ada rekamannya menyampaikan itu,” ungkapnya masih di detik.com.

Ganjar mengatakan dirinya menghormati pilihan politik dari tiga jenderal tersebut. Ganjar pun mempertanyakan apakah ketiga jenderal itu akan mengoreksi pernyataannya saat Pemilu lalu.

“Apakah ketiga beliau itu akan mengoreksi omongan yg pernah dilakukan dulu. Beliau itu akan mengkoreksi omongan yang pernah dilakukan dulu. Kalau jawabannya ya, silakan dikoreksi dengan alasannya. Tapi kalau tidak orang pasti akan melihat yang lain,” tuturnya. (mky,dtc)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry