SURABAYA I duta.co – Bantuan sosial dari Pemkot Surabaya terhadap warga terdampak Covid-19 belum merata. Jumlah positif Covid-19 terus bertambah dan masyarakat terdampak pandemi semakin meluas.

Salah satu pijat tuna Akhmad Budiyanto yang terdampak mengaku, selama pandemi covid-19 pendapatan seluruh pijat tuna netra turun drastis. Dulu setiap hari bisa memijat 2 sampai 3 orang, saat ini baru 5 hari bisa mijat 1 orang. Sedihnya lagi selama ini tidak pernah ada bantuan dari Pemkot Surabaya, bahkan saat para pijat tuna netra ini mendaftar MBR malah dipimpong.

“Sejak pandemi covid-19 sampai detik ini, tidak ada satu pun bantuan dari pemkot, bahkan saat saya mengajukan sebagai masyarakat berpenghasilan rendah, yang terjadi malah dipimpong, padahal kita butuh bantuan untuk kelangsungan hidup, misal sembako atau apa, sedangkan penghasilan saya sudah turun drastis,“ ungkapnya dengan terisak tangis, Minggu (3/5).

Sementara itu Karjono warga rusunawa Siwalankerto merasakan hal yang sama sejak pandemi covid-19. Hingga saat ini tidak pernah menerima bantuan apapun dari pemkot. Dari 130 KK penghuni rusunawa yang sudah jelas masyarakat dengan penghasilan rendah, hanya 2 orang yang mendapat bantuan permakanan, sedangkan yang lainnya tidak mendapatkan.

“Kondisi warga rusunawa ini selama pandemi covid 19 ini semakin memprihatinkan ada yang di PHK sehingga tidak memiliki pendapatan, adapula yang pendapatannya turun drastis, namun tidak ada bantuan apapun dari pemkot, apalagi warga juga sudah memasukan data untuk bisa masuk program pemkot yakni MBR, yang terjadi baru pengurus tingkat RW yang baru ini turun melakukan pendataan, sedangkan pandemi covid 19 sudah hampir 2 bulan. Jika pemkot terus seperti ini, masyarakat bawah yang menjadi korbannya,” ungkap bapak 5 anak ini.

Tidak adanya bantuan dari pemkot juga dialami warga Keputih, Paini. Salah satu warga Keputih Tegal Timur yang suaminya bekerja sebagai jukir (juru parkir) mengaku tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemkot surabaya. Padahal selama wabah corona pendapatan suaminya turun drastis, akibatnya dirinya maupun suaminya harus mencari-cari bantuan dari pihak swasta.

“Pendapatan suami saya turun drastis, sedangkan dirinya tidak bekerja, akhirnya selalu mencari bantuan dari orang-orang baik buat makan sehari-hari,” tuturnya.

Hal yang sama diungkapkan Rohmah. Wanita berusia 50 tahun yang tinggal di rumah reok berukuran sekitar 1,5 meter kali 2 meter ini yang dul bekerja sebagai tukang kebun namun dirumahkan sejak pandemi covid 19. Dirinya tidak pernah mendpaat bantuan dari pemkot surabaya.

“Saya sudah tidak ada pekerjaan, sejak ada virus corona, apalagi saya sudah tua, akhirnya hanya mengandalkan belas kasih orang, gimana lagi bantuan dari pemkot surabaya juga tidak ada, Alhamdulillah ada orang baik yang kadang memberi makan, memberi sembako, Kalau tidak gitu mungkin bisa kelaparan saya,” ujarnya.

Rohmah berharap pemkot surabaya bisa turun langsung melihat kondisinya agar bisa merasakan penderitaan masyarakat bawah. Mereka benar-benar membutuhkan bantuan dari Pemkot Surabaya. Azi