CEO Morula IVF, Dr dr Ivan Rizal Sini saat acara talkshow Peran Penting Periksaan Genomik pada Program Kehamilan di National Hospital Surabaya, Kamis (31/8/2023). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Tes genomik kini sudah banyak digunakan klinik bayi tabung di Indonesia. Tes ini bisa mendeteksi sehat tidaknya embrio sebelum ditanamkan ke dalam rahim.

Salah satu yang mulai melakukan tes genomik adalah Morula IVF, termasuk yang ada di National Hospital (NH) Surabaya.

Tes genomik ini walau sudah dilakukan namun Morula IVF merasa perlu untuk menyosialisasikannya pada masyarakat luas. Karena masih banyak pasien yang belum mengetahui tes genomik ini bisa dilakukan di Indonesia termasuk di Surabaya.

“Mereka berpikir hanya bisa dilakukan di luar negeri. Tidak, di Indonesia sudah bisa dilakukan. Dan di Morula IVF juga sudah lama melakukannya,” ujar CEO Morula IVF, Dr dr Ivan Rizal Sini saat acara talkshow Peran Penting Periksaan Genomik pada Program Kehamilan di National Hospital Surabaya, Kamis (31/8/2023).

Dikatakan dr Ivan, tes genomik bernama Noninvasive Prenatal Testing (NIPT) bisa mengetahui kelainan kromosom pada bayi. Biasanya tes dilakukan dalam waktu 10 hingga 12 minggu.

“Tapi dalam persiapan kehamilan terutama pada pasien-pasien yang mengalami kesulitan mempunyai keturunan atau yang ikut program bayi tabung, melalui teknologi genomik bisa mengidentifikasi mana embrio yang sehat dan mana yang tidak, sebelum ditanamkan ke dalam rahim,” tuturnya.

Dengan cara itu, kata dr Ivan akan memberikan angka kehamilan yang lebih tinggi. Karena tim dokter akan menanamkan embrio yang memang sudah teridentifikasi secara kromosom itu sehat.

“Dan ini sudah lazim dan sudah rutin dilakukan di Morula IVF Surabaya sebagai suatu upaya untuk bisa meningkatkan angka keberhasilan. Suatu upaya untuk bisa meningkatkan angka keberhasilan kehamilan,” jelasnya.

Dokter Morula IVF Surabaya. dr Benny Arifin, SpOG(K) mengatakan tes genomik dengan NIPT ini selain bisa meningkatkan keberhasilan program bayi tabung, juga bisa mendeteksi kelainan-kelainan pada embrio. “Sehingga kalau terdeteksi ada kelainan mana kita tidak tanam. Kita akan mencari embrio yang benar-benar berkualitas agar saat ditanam dan dilahirkan juga berkualitas,” tandasnya.

Dokter Benny menceritakan ada pasiennya yang sudah memiliki 7 anak perempuan tetap melakukan tes genomik karena ingin hamil lagi dengan proses bayi tabung. Pasien ingin mengetahui apakah nanti embrionya memiliki kelainan mengingat usia si ibu sudah di atas 45 tahun.

“Dikhawatirkan nanti embrionya mengalami kelainan. Mereka juga ingin tahu apa jenis kelamin embrionya itu,” ujarnya.

Tes genomik ini, Indonesia memang jauh ketinggalan dibandingkan Thailand dan Singapura. Karenanya berbagai pihak saat ini sedamg getol untuk untuk melakukan dan meningkatkan awarness. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry