H Nur Hadi Sekjend PPKN (nomor dua dari kanan) usai deklarasi PPKN di Graha Astranawa, Surabaya. (FT/MKY)

SURABAYA | duta.co – Sekretaris Jenderal Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN), H Nur Hadi mengaku prihatin menyaksikan karut marut politik elit NU di Pilgub Jatim 2018. Mestinya ini menjadi berkah, karena calonnya sama-sama nahdliyin, tetapi,  menjadi kisruh dengan adanya ‘tarung fatwa’. Sementara, banyak pengurus syuriah NU yang sesungguhnya memiliki otoritas untuk menuntaskan semua itu, justru asyik menjadi ‘pendekar politik’ untuk calon tertentu.

“Ironis! Bukan menjadi wasit yang adil dengan merujuk kitab, malah menjadi jurkam. Terus terang, PPKN sangat prihatin menyaksikan semua ini. Mestinya, lembaga syuriah NU mampu mengendalikannya. Kalau pun harus berbeda pilihan, berbeda pendapat, itu menjadi lumrah dan indah. Bukan seperti ini, dibiarkan liar masing-masing membuat alasan politik yang, kadang justru jauh dari nalar,” tegasnya kepada duta.co, Minggu (24/6/2018).

Cak Nur, demikian pengusaha otomotif itu biasa dipanggil, mengaku miris melihat KH Asep Saefuddin Chalim, Pengasuh PP Amanatul Ummah dilaporkan oleh anak-anak ke Polda Jatim. Sudah begitu, semua diam, tidak ada upaya untuk mencari jalan keluar. “Ini menandakan kita sudah tidak punya wasit. Kalau pun masih ada yang netral, posisinya menjadi wujuduhu kaadamihi, adanya sama dengan tidak ada. Pelanggaran khitthah yang sudah ceto welo-welo, terang benderang menjadi lumrah,” katanya dengan geleng-geleng kepala.

Soal fatwa ‘fardlu ain’ dan ‘fatwa haram’, lanjutnya, semua kiai yang berpolitik melakukan itu dengan referensi kitab yang berbeda sesuai kepentingan. Kalau Kiai Asep mendukung Khofifah dengan memberi arahan ‘fardlu ain’, kiai yang mendukung Gus Ipul-Puti juga mengeluarkan ‘fatwa haram’ pilih Khofifah.

“Saya punya rekaman kiai ini. Mestinya yang seperti itu bisa dibahtsul-masailkan. Masing-masing memiliki kiai yang hebat dalam menggali hukum. Di barisan pendukung Khofifah-Emil ada Kiai Afifuddin Muhajir, Kiai Suyuthi Toha. Siapa yang tidak paham dengan keilmuan beliau-beliau ini. Jajaran syuriah mestinya bisa menfasilitas semua itu, kecuali kalau oknum-oknumnya sudah terlibat sebagai ‘pemain inti’, maka, jadinya seperti ini,” tegasnya.

Masih menurut Cak Nur, PPKN sebagai perkumpulan nahdliyin yang cinta khitthah, akan terus berteriak, bila khitthah diinjak-injak. Ini semata-mata untuk mengawal agar NU, organisasi yang sudah dibentuk dengan susah payah oleh para masyayikh benar-benar berjalan sesuai dengan misinya. “Saya masih ingat wejangan para kiai sepuh seperti Almaghfurlah Kiai Sholeh Qosim: Hidupi NU, jangan cari hidup di NU,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry