SILATURAHMI: Anies Baswedan (kiri), Gus Solah, dan Sandiaga Uno (dua kanan) di kediaman Gus Solah, Mampang, Jaksel, Senin (20/3/2017) malam. (ist)

JAKARTA | duta.co – Calon gubernur dan wakil gubernur Anies Baswedan-Sandiaga Uno sowan ke kediaman KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) di Mampang, Jakarta Selatan, Senin (20/3) malam. Gus Solah berpesan agar pasangan Cagub DKI Jakarta itu menjaga persatuan dan keutuhan bangsa, baik selama proses maupun setelah Pilkada.

“Kita harus berusaha dan menjaga ketika pemilihan dan setelah pemilihan. Kita tidak ingin bangsa kita terpecah karena Pilkada,” ujar pengasuh Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur ini.

Gus Solah mengatakan, tak ada yang lebih penting dari persatuan dan keutuhan bangsa. Kontestasi Pilkada DKI tak boleh merusak kedamaian dan persatuan yang telah dibangun sejak lama. Sekeras apa pun persaingan, semua pihak harus menjaga perdamaian.

Dalam pertemuan tertutup sekitar satu jam itu, banyak dibicarakan  Pilkada DKI. Namun, Gus Solah menolak untuk ditarik-tarik untuk dukung mendukung salah satu pasangan calon. Dia yakin semua calon mempunyai strategi pemenangan yang terencana matang.

“Saya pikir orang kan sudah punya pilihan, sebagian besar, tinggal yang kemarin belum milih, dan yang (pemilih) pasangan nomor berapa, nomor satu ya. Nah itu yang harus diperebutkan, yaitu bagaimana harus meyakinkan, dan saya pikir dua kawan ini tau caranya lah,” ujar adik kandung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.

Adik kandung Gus Dur ini mengaku kenal dengan Anies dan Sandi sudah lama. Dia mengenal cukup baik dengan Anies dan Sandi. Pertemuan dengan mereka, kata Gus Solah, hanya silaturahim sekaligus dialog untuk mendengarkan pengalaman Anies-Sandi selama menjalani Pilkada DKI Jakarta.

“Mereka bercerita pengalaman kemarin betapa beratnya menjalani kampanye. Kepala di bawah, kaki di atas,” ujar dia.

Kepada Gus Solah, Sandiaga juga sempat menuturkan pengalamannya menginap bersama Santripreneur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang Jawa Timur. “Jadi saya tidur dan dikasih kamar, rupanya itu kamar yang sering dipakai oleh Kiai Haji Hasyim Asy’ari,” ujar Sandiaga.

Saat tidur di tempat tersebut, Sandiaga sempat mendengar kisah soal aura yang berada di kamar itu. Namun ternyata dia dapat terlelap hingga subuh. “Dan itu secara guyon putra beliau, Pak Irfan, Pak Ipang Wahid, itu bilang, orang di situ nggak bisa tidur karena auranya keras sekali,” kata Sandiaga.

“Tapi saya ternyata tidur-tidur aja tuh, nyenyak tidurnya. Hampir kelewat subuh, tapi dibangunin sama Gus Solah, kita salat subuh bareng waktu itu,” sambung Sandiaga.

Sandiaga juga mengisahkan pengalamannya saat berkunjung ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Sandiaga berkata suasana di tempat tersebut sangat tenteram.

“Pengalamannya di sana sangat tenteram dan sekarang 4 ribu sampai 5 ribu santri. Yang berkunjung wisata religi itu satu setengah juta per tahun ke makam Gus Dur dan makam Kiai Hasyim. Ini jadi sebuah daya tarik pariwisata religi yang perlu juga mungkin dipikirkan buat Jakarta ke depan,” pungkas Sandiaga.

Gus Solah kemudian mengatakan, jika di Pondok Pesantren Tebuireng banyak Santri yang belajar namun tidak menetap di pesantren tersebut. ” Jadi di Ponpes Tebuireng sangat banyak santri kalong,” ujar Gus Solah ke Sandiaga.  hud, net

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry