Keterangan foto pkb.id

JAKARTA | duta.co – Menggeliat! Butuh perbaikan. Ini kondisi partai politik (Parpol) yang harus ‘masuk bengkel’ usai ‘trek-trekan’ Pemilu 2024. Sudah begitu, masih disusul Pilkada serentak. Mereka harus menang. Padahal, sejumlah Parpol harus menggelar Munas dan atau Muktamar sesuai agenda internal.

“Ya! Sejumlah partai politik tentu sedang menghitung dengan cermat, setidaknya perihal koalisi Prabowo Gibran. Ini yang menyeruak ke publik. Di sisi lain, ada ‘tali temali’ antara Pilkada-Muktamar-Koalisi. Ini menjadi pola serta acuan pergerakan dan langkah para politisi belakangan ini,” demikian Doktor M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) kepada duta.co, Senin (15/4/24).

Lihatlah Partai Golkar, katanya, kini sudah hangat dengan isu Musyawarah Nasional (Munas). Padahal, kalau mengacu AD/ART, Munas Partai Golkar baru berlangsung Desember 2024. Hanya saja, jika terjadi sesuatu di luar prediksi, memang, bisa dilakukan musyawarah nasional luar biasa (Munaslub) sebelum jadwal yang ditetapkan. Ini yang sedang tarik-ulur.

Kondisi Partai Golkar ini, berbeda dengan PDIP dan Gerindra. Terkait PDIP, posisi Megawati masih sangat sentral, baik sebagai Ketum PDIP maupun sebagai jangkar utama perpolitikan nasional. Megawati sudah ‘menjelma’ sebagai pendulum sekaligus penyeimbang Istana lama dan Istana baru. Agenda Prabowo atau pun Jokowi bertemu Megawati, sudah riuh dibahas dan semakin menarik karena pertemuan tersebut belum terwujud.

“Ini berbeda dengan PKB. Kepengurus DPP PKB masa baktinya habis (Agustus) besok. Dari sekian dinamika itu, PKB paling unik, paling menarik. Disebut unik, sebab PKB menjadi satu-satunya partai yang masuk jajaran empat besar, tetapi ringkih posisi tawarnya,” tegas seorang dosen di Kampus NU itu.

Apalagi melihat fakta terkini, di mana elit-elit PKB belum move on dari mabuk kemenangan pemilu. Sementara di sisi lain, PKB tidak dihitung dalam hiruk pikuk koalisi. “Kasak-kusuk Muhaimin merapat ke kubu Prabowo, pun disikapi secara landai tanpa melihat faktor PKB sebagai pemenang keempat pemilu. Ini masalah serius,” tegasnya.

Ketika ditanya bargaining PKB yang lemah dan bagaimana cara mengatasinya? Dr Sholeh menyebut sejumlah hal. “Pertama, Raden Saleh (PKB red) wajib menyelenggarakan muktamar tepat waktu. Muktamar tepat menjadi vital sebagai cara untuk memenuhi ‘syarat’ 08 (Prabowo Subianto red) menerima PKB sebagai mitra koalisi. Slot PKB diberikan manakala PKB menyelenggarakan muktamar tepat waktu dan mengganti Muhaimin. Ini tengah berhembus kuat,” terangnya.

Kedua, jelas Dr Sholeh, muktamar wajib diselenggarakan secara terbuka untuk semua kandidat potensial. Poin ini menjadi penting dan krusial bagi faksi-faksi di PKB. Seperti yang telah beredar, sejumlah kandidat yang merepresentasikan kekuatan di PKB tengah menunggu agenda politik lima tahunan ini.

“Baik Cak Imin mau pun tokoh-tokoh lain, hari ini tengah berkonsolidasi. Dengan posisi Cak Imin yang semakin ‘melemah’ setelah kalah, bisa diyakini bahwa dia tidak akan menggelar muktamar ‘formalitas’. Tetapi keyakinan saja, tidak cukup. Cak Imin harus men-deklar bahwa muktamar berlangsung demokratis, fair dan terbuka. Tanpa penegasan seperti ini, Cak Imin hanya akan mempercepat ‘finish’,” demikian kalkulasi politiknya,

Ketiga, lanjutnya, dengan melihat dinamika dan perubahan suprastruktur politik nasional, ada baiknya dipertimbangkan untuk didukung sebagai suksesor Cak Imin adalah tokoh yang memenuhi kualifikasi: available, accessible, acceptable dan adaptable .

“Secara available, kandidat Ketum niscaya mampu menyiapkan logistik muktamar. Dia juga harus bisa menjangkau pusat kekuasaan seperti yang dimaksudkan oleh aspek accessible. Sementara secara acceptable dan adaptable, kandidat Ketum PKB nanti wajib sosok yang bisa diterima presiden terpilih demi memudahkan masuk ke koalisi dan sanggup beradaptasi dengan suprastruktur politik nasional yang baru,” urainy

Keterangan foto pkb.id

a.

Dr Sholeh menyebut sejumlah tokoh NU yang layak menahkodai PKB. “Kita bisa saksikan kiprah Ali Masykur Musa (AMM) misalnya. AMM ini memiliki akses terbaik ke Istana baru. Selain itu ada Abdul Kadir Karding, yang disebut-sebut paling dekat dengan Istana lama. Kita tunggu saja, sejauh mana partai besutan kiai ini, mampu berbenah,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry