Ketua AIPKI, Prof Budi Santoso (kiri) memukul gong pembukaan forum dekan AIPKI ditemani Ketua Yarsis, Prof Mohammad Nuh, Rektor Unusa Prof Achmad Jazidie dan Dekan FK Unusa Dr. Dr Handayani, Jumat (16/2/2024). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka dalam visi misinya berkomitmen untuk menambah jumlah fakultas kedokteran (FK) hingga 300 selama lima tahun ke depan

Hal itu dilakukan untuk menambah jumlah tenaga dokter agar bisa memberikan layanan kesehatan yang baik untuk masyarakat.

Namun tidaklah semudah itu untuk mewujudkannya. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Prof Mohammad Nuh mengatakan hal itu tidaklah mudah.

“Kalau memperbesar dengan membuka FK besar-besaran itu bahaya. Karena obyek utama dari dokter itu adalah manusia. Kalau obyeknya manusia maka harus hati-hati karena nanti bisa mengarah ke malapraktik,” kata Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) itu saat pembukaan Forum Dekan Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI) di Unusa, Jumat (16/2/2024).

Prof Nuh menyarankan untuk melakukan dua hal yakni ekstensifikasi (memperluas FK) dan intensifikasi (meningkatkan yang sudah ada) dengan tetap berbasis pada kualitas. “Kualitas tidak bisa ditawar demi memenuhi kebutuhan,” tandasnya.

Prof Nuh menjelaskan intensifikasi bisa dilakukan dengan meningkatkan kapasitas FK eksisting. Karena banyak FK eksisting namun memiliki kompetensi yang terbatas. “Ada penguatan kapasitas FK eksisting,” tuturnya.

Selain itu untuk ekstensifikasi juga akan menjadi masalah jika membuka FK hanya sekadar memenuhi jumlah. “Ini yang harus didiskusikan lebih lanjut. Semoga bisa menghasilkan rumusan yang bagus nantinya,” katanya.

Pendidikan Kedokteran di Era Society 5.0

Pendidikan dan kesehatan adalah dua hal yang bisa menentukan kemakmuran sebuah negara. Karenanya isu-isu dan masalah keduanya tidak akan pernah habis.

Prof Nuh menegaskan untuk bisa menyelesaikan masalah pendidikan dan kesehatan, peran fakultas kedokteran sangatlah besar. “Permasalahan kesehatan dan pendidikan yang ada jadikanlah sebagai sebuah kesempatan,” ujarnya.

Bidang kedokteran, kata Prof Nuh, saat ini akan mengarah pada era Society 5.0. Esensi dari Society 5.0 adalah human center. Di mana ujung penyelesaian ada di manusia sehingga manusia menjadi sasaran utama yang sesuai filosopi di FK.

Prof Nuh mengungkapkan ada frame work untuk mengembangkan FK di Indonesia.
Yakni dilihat dari kacamata teknologi, value atau nilai, growing health Economics dan pemerintah sebagai influencer.

Ke depan di era Society 5.0 kata Prof Nuh, teknologi juga memiliki peran penting. Adanya kecerdasan buatan (AI) bisa menggantikan kerja manusia di bidang kesehatan. Salah satu contohnya adalah membaca hasil XRay yang selama ini hanya dilakukan dokter atau radiologis, kini bisa dilakukan robot AI. “Tidak ada yang tidak mungkin,” tuturnya.

Namun yang terpenting adalah adanya inovasi layanan kesehatan. Di antaranya dengan everywhere care, homecare, personaliezed care, wellness preventive care, aging chronic dan end of life care.

“End of life care ini penting juga, bagian dari memuliakan manusia. Ke depan juga nanti satu obat untuk satu pasien, bukan satu obat untuk semua pasien. Jadinya lebih personal,” imbuhnya.

Peninjauan Sistem Pembelajaran di FK

Prof. Dr. Budi Santoso, Ketua AIPKI mengungkapkan dengan adanya perkembangan teknologi perlu diadakan peninjauan sistem pembelajaran untuk menyiapkan dokter-dokter baru di era saat ini.

“Dokter perlu mengambil peran kepemimpinan serta pengembangan produk, dan pendidikan social-entrepreneurship dapat diaplikasikan pada revolusi industri mendatang, era 5.0,” tukasnya.

Lebih lanjut, Budi mengatakan sistem perawatan kesehatan yang berubah cepat memerlukan kombinasi dari domain fisik, digital, dan biologis. Revolusi industri telah mempengaruhi banyak aspek kehidupan manusia secara signifikan.

“Dalam era dinamis ini, penting bagi institusi pendidikan kedokteran untuk bersatu dalam upaya meningkatkan standar pendidikan dan penelitian seperti integrasi teknologi dalam kurikulum, peningkatan kualitas pengajaran klinik, dan kolaborasi dengan industri kesehatan,” katanya.

Tema utama pertemuan kali ini, “Penguatan Sinergi dan Kolaborasi untuk Kemajuan Pendidikan Kedokteran Indonesia,” mencerminkan tekad Forum Dekan AIPKI dalam membangun kolaborasi yang lebih erat antar-fakultas kedokteran. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry