AKTIVIS : Suasana pemutaran film dokumenter di Waroeng Joyo (duta.co/M. Isnan)

KEDIRI | duta.co -Widji Thukul, memiliki nama asli Widji Widodo lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 Agustus 1963 kemudian dikabarkan meninggal di tempat dan waktu yang tidak diketahui. Sosok aktifis yang hilang diduga diculik pada 27 Juli 1998 pada umur ke – 34, merupakan sastrawan dan aktivis hak asasi manusia.

Thukul merupakan salah satu tokoh yang ikut melawan penindasan rezim Orde Baru. Setelah Tahun 1998 sampai sekarang dia tidak diketahui rimbanya, dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer. Namun di kalangan para sastrawan, dia menjadi salah satu tokoh yang menginspirasi banyak orang berkat puisi – puisi kritis yang tercipta darinya.

Sebagi pengobat kerinduan, sejumlah komunitas anak muda menggelar Kongsi Mendadak 2 bertempat di Waroeng Joyo Lantai 2 Jl Kapten Tendean No. 176 Kota Kediri, Acara diskusi dan pembacaan puisi Widji Thukul, musikalisasi, bincang santai, pemutaran film dokumenter dan menggelar lapak baca gratis. Mereka pun, juga menggalang dana untuk para korban gempa di Lombok, Minggu (26/8) malam.

“Tukul terpilih sebagai salah satu dari lima penyair Indonesia yang puisi-puisinya dianggap memengaruhi semangat kebangsaan rakyat Indonesia. Ia sejajar dengan Chairil Anwar, Taufiq Ismail, dan W.S. Rendra. Tapi Thukul memang punya warna puitik yang lebih tegas dalam menyuarakan kenyataan keras dan menekan,” ungkap Iwan Kurniawan, penggagas acara ini.

Mereka yang hadir dalam kongsi ini menganggap bahwa sosok Widji Thukul masih ada sampai saat ini dalam karyanya. Menurut mereka, Wiji Tukul merupakan salah satu tokoh penyair yang berani di zamannya, mengakibatkan dirinya harus hilang.

“Kita terinspirasi akan makna kebebasan, terlepas dari keberadaannya yang lenyap dan hilang entah kemana. Ia tetap ada dan terpotret dalam salah satu penggalan sajaknya “Aku memang masih utuh, dan kata-kata belum binasa”. Kita mengenalnya melalui puisinya, dalam stanza dan pilihan kata yang sederhana, namun sarat akan makna pergerakan,” bebernya.

Juaini, saksi hidup Widji turut hadir dalam pertemuan ini. Laki-laki kelahiran 1967 ini mengaku terakhir bertemu pada tahun 1995 di kediamannya di Solo. Menurutnya, Thukul adalah sosok pemberani lantang menyuarakan puisi-puisinya.

“Saya bertemu dia itu hanya singkat, namun sangat terkesan. Tukul adalah orang yang sangat serius menjadi pejuang orang-orang kalangan bawah di Solo. Puisinya tidak dimetaforkan, bahasanya real sesuai dengan kenyataan, karena itu rumahnya itu penuh dengan buku,” kenangnya.

Pada bulan Mei 1998, dirinya sudah tak pernah menjumpai lagi. Dia tiba-tiba menghilang, sampai saat ini tak ditemukan dimana dirinya berada. “Kini yang tertinggal hanya semangat menggelora dari sajak puisi – puisinya,” pungkasnya. (ian/nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry