Prabowo membuka rahasia mengapa dia tidak pernah melawan finah. (FT/SUUD)

SURABAYA | duta.co – Calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto kembali menegaskan tekadnya melawan ‘Kurawa Pembohong’. Ini lantaran dirinya sejak kecil dididik orang tua dan kakeknya agar menjadi seorang ksatria Pringgodani, layaknya Gatot Kaca. Karena itu dia berani tampil tegas, tak pernah kompromi dengan ketidakadilan dan kedholiman. Karakter lain yang harus sejalan adalah menolong kaum lemah.

“Sejak kecil saya disuruh pilih hidup, jadi ksatria pembela kebenaran atau jadi Kurawa yang suka bohong. Saya pilih menjadi kstaria,” terang Pra bowo saat menceritakan sejarah hidupnya di hadapan ratusan anggota Gerakan Kristen Katholik Indonesia Raya (Gakkira) Jatim dan komunitas Tionghoa Jatim di Empire Palace Surabaya, Sabtu (22/12/2018) malam.

Didikan ksatria itulah yang akhirnya membentuk sikap dan karakter Prabowo, sehingga sedikit berbeda dengan adiknya, Hashim Djoyohadikusumo. Bahkan saat remaja, dia suka mencari ilmu ke mana-mana supaya bisa menjadi pendekar. Kemudian Prabowo masuk menjadi anggota TNI untuk mengabdikan jiwa dan raganya demi membela bangsa dan negara.

“Saya punya sikap yang berbeda sedikit dengan adik saya yang cenderung membela ketika saya difitnah. Sebagai kstaria prinsip saya adalah rame ing gawe sepi ing pamrih. Berbuat baik tak usah ingin penghargaan. Bahasa anak Jakarta, EGP (emang gue pikirin) pihak-pihak yang selama ini selalu mencari-cari kesalahan dan kelemahan saya,” kelakar Prabowo.

Bagi mantan Danjen Kopassus itu, semua yang ada di dunia ini akan sirna, karena itu Prabowo mengaku biasa saja menghadapi kehidupan yang penuh persaingan. Apalagi di dunia politik, banyak orang yang matanya jelalatan seperti sengkuni, suka bohong dan intrik mencari kelemahan lawan.

“Hidup ini terlalu singkat di dunia, sehingga setiap detik harusnya kita bersyukur pada Yang Maha Kuasa. Guru Pendekar saya juga ajari harus berani dan tak boleh benci serta dendam, ” jelas Prabowo.

Pangkat Itu Sampiran

Ia menyadari setelah 67 tahun mengarungi kehidupan, ajaran dari kakek dan nenek kita itu benar adanya, bahwa pangkat itu sampiran karena bisa lepas tidak selamanya, harta itu pinjaman Tuhan. Bahkan nyawa itu hanya titipan karena suatu saat akan diambil Tuhan, makanya hidup ini bagaimana kita berusaha berbuat baik.

Ditambahkan Prabowo, model kepemimpinan itu ada dua, yakni yang  suka menimbulkan ketakutan dan yang suka menimbilkan kebaikan. Buku ajaran Konghucu yang pernah dibacanya, juga menejlaskan, bahwa, kepemimpinan yang baik itu adalah yang melahirkan kebaikan bukan ketakutan.

“Kepemimpinan suka bikin ketakutan, orang itu baik di depan kita, tapi begitu ada kesempatan dia akan mengumpat. Disiplin maya ini seperti berlaku di militer. Pepatah Jawa mengajarkan sing becik ketitik, sing olo ketoro. Tapi orang Jawa suka nerimo, itulah sikap saya. Marilah kita buktikan dengan perbuatan bukan dengan ucapan,” tegas Prabowo.

Semua agama, suku, ras dan etnis itu yang hidup di Indonesia, lanjut Prabowo semua sama keinginannya dan nasionalismenya. Semua orang tua khususnya ibu pasti ingin anaknya baik dan hidupnya lebih baik.

“Itu juga cita-cita yang ingin saya wujudkan jika diberi amanah memimpin negeri ini. Adil untuk semua dan makmur juga untuk semua, itu perjuangan saya,” bebernya disambut tepuk tangan undangan yang hadir.

Menurut Prabowo, Islam di Indonesia adalah Islam yang damai (rahmatan lil alamin). Yang menjadi berkah bagi semua makhluk alam semesta bukan hanya sesama manusia saja tapi juga pada hewan dan tumbuh-tumbuhan. Yang kurang saat ini itu kita perlu mawas diri, empati dan kepekaan jika ada orang di sekitar kita yang kurang mampu, ya dibantu jangan dibiarkan.

“Di Hambalang, kalau saya hidup mewah, tapi tetangga sekitar miskin dan tak bisa makan, otomatis rumah saya bisa diserang. Itu manusiawi kalau kita tak punya kepekaan,” beber Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra ini.

Ia menyadari sebagai manusia biasa tidak ada yang sempurna. Bahkan banyak kesalahan dan khilaf serta suka bercanda sehingga banyak yang salah paham.

“Saya ini keturunan Jawa Banyumas dan sedikit ada darah timur yang dikenal sumbu pendek, cepet naik dan cepet juga turun. Yang penting kalau hatinya sudah dipegang, setianya bukan main, tapi kalau makan banyak sekali karena saya pernah dipimpin dan memimpin mereka saat aktif di militer,” kenang Prabowo.

Sebelumnya, Hashim Djoyohadikusumo mengatakan bahwa, sang kakak sudah berkiprah sejak 14 tahun lalu, ketika diajak mendampingi Megawati maju di Pilpres 2004 tapi belum menang. Kemudian maju lagi dan mudah-mudahan pada Pilpres 2019 bisa menang walaupun banyak fitnah yang menyerang secara bertubi-tubi.

“Saya adik Prabowo beragama Kristen Protestan. Kakak saya tidak anti-Katholik dan juga tidak anti-Tionghoa. Dia Pancasilais sejati. Indonesia untuk semua komunitas dan aman serta nyaman. Bahkan dijadwalkan, Prabowo pada  27 Desember akan menghadiri perayaan Natal di Atambua (NTT),” beber Hashim.

Sementara itu, Yuliati Wijaya ketua Gerakan Kristen Katholik Indonesia Raya (GAKKIRA) Jatim menyatakan bahwa kegiatan ini sengaja diselenggarakan untuk memantabkan anggota GAKKIRA khususnya dan komunitas Tionghoa Jatim supaya lebih mengenal sosok Prabowo Subianto sehingga nantinya mau mendukung dan memberikan suaranya untuk kemenangan Capres Prabowo Subianto di Pilpres 2019.

“Saya kenal baik dan lama dengan Pak Prabowo Subianto. Apa yang selama ini dipersepsikan orang (negatif) terhadap Pak Prabowo, itu tidak benar. Saya percaya jika dia memimpin Indonesia ke depan bangsa ini akan semakin maju dan sejahtera,” pungkas Bu Yaya sapaan akrab Yuliati Wijaya. (ud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry