Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar memperlihatkan buku karyanya yang berjudul It’s Not Just Eiffel. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co  – Prancis dicap sebagai negara yang rasis terutama pada Islam. Apalagi sejak ada kontroversi ucapan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang dianggap menghina Islam.

Padahal sebenarnya, negara itu sangatlah toleran terhadap agama apapun termasuk Islam. Prancis salah satu negara yang penduduk muslimnya terbanyak dibandingkan negara lain di kawasan Eropa Barat.

Setidaknya itulah yang ada dalam kacamata Mohammad Qoimam Bilqisthi Zulfikar atau Qoimam. Mahasiswa program profesi dokter semester 4 Fakultas Kedokteran Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) itu, melihat Prancis sebagai sebuah negara yang sangat multikultural, sehingga  negara memfasilitasi hak-hak warganya untuk beridah sesuai agama masing-masing.

Sudut pandang berbeda tentang Prancis itu, ditulis Qoimam dalam sebuah buku yang berjudul It’s Not Just Eiffel. Buku setebal 422 halaman itu ditulisnya atas pengalaman pribadi Qoimam setelah tiga kali mengunjungi negara itu.

Yakni saat menjadi salah satu perwakilan Indonesia dalam Pertukaran Pemuda AMICIF 2017, Festival Film Promosi Kesehatan Mahasiswa Internasional FINPRET 2018 bersama tim Avicenna Unusa di Universitas Sorbonne Paris dan mewakili Indonesia dalam Pekan Talenta Ilmiah Muda Frankofoni 2018 yang diadakan oleh Universcience Paris.

Tiga kali pengalaman ke negara itu,  ternyata Prancis bukan hanya dikenal sebagai negara dengan Menara Eiffel-nya, tapi justru banyak sisi menarik dari negara itu yang belum banyak diketahui masyarakat dunia terutama Indonesia.

“Prancis bukan seperti yang banyak ditulis media-media. Prancis patut menjadi contoh negara dengan toleransi Bberagama tertinggi di dunia,” ujar Qoimam.

Cowok kelahiran Jombang, 25 Desember 1996 itu sengaja menuliskan itu dalam bukunya agar semua orang paham terutama pemuda-pemuda Indonesia yang ingin menempuh pendidikan di Prancis. “Jangan takut ke Prancis, negara itu sangat toleran. Kita bebas unuk melaksanakan Ibadah sesuai dengan agama yang dianut, bahkan tempat-tempat ibadah sangat mudah ditemui,” tukasnya.

Dalam buku yang membahas tentang Pertukaran Pemuda, Prancis, Toleransi dan Islam itu akan membuka mata siapa saja yang membacanya. Dalam buku ini, Qoimam menuliskan bagaimana masyarakat muslim bisa beribadah dengan leluasa. Bahkan di stasiun kereta bawah tanah, banyak orang-orang muslim yang membaca Alquran dengan bebas, keluarga muslim bebas menikmati keindahan taman kota tanpa ada yang memandang sinis pada mereka.

Bahkan toleransi beragama itu dirasakan Qoimam sendiri ketika dia harus menumpang di salah satu keluarga Katolik di Prancis. Keluarga tersebut menghargainya sebagai seorang muslim yang tidak boleh mengonsumsi makanan haram. “Jadi, saya disiapkan makanan yang halal, bahkan saya juga dipersilahkan untuk menjalankan ibadah sesuai agama saya tanpa diganggu. Sungguh sangat berbeda dengan pandangan orang-orang selama ini tentang  negara itu,” jelasnya.

Tidak hanya persoalan toleransi beragama, Qoimam melihat betapa negara itu sangat ramah terhadap warganya yang menyandang disabilitas. Negara itu, memberikan banyak fasilitas terbaiknya bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik.

“Itu saya rasakan karena ketika saya pertama kali ikut pertukaran pelajar, saya harus menggunakan kursi roda karena habis kecelakaan. Tapi selama di Prancis saya tidak merasakan ada hambatan, justru semua dimudahkan karena fasilitas umum untuk disabilitas tersedia dengan baik. Bahkan, ada anjing yang sudah dilatik untuk mendampingi para tunanetra, apa itu tidak hebat,” jelasnya.

Semua hal positif yang dia lihat tentang Prancis dan bukan hanya Menara Eiffel diharapkan bisa membuka mata dunia terutama Indonesia tentang negara itu. Bahkan, buku yang ditulis Qoimam selama belajar di rumah itu secara khusus akan dilaunching pada Sabtu (30/1/2021) pukul 10.00 WIB melalui aplikasi zoom.

Dalam launching ini akan dihadiri Stephane Dovert selaku Direktur Institut Francais Indonesia, Konselor Kerjasama Keduraan Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste.

Selain itu, akan hadir pula KH M Zaimuddin W As’ad selaku Majelis Pimpinan Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Dan Prof Mohammad Nuh, DEA selaku Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) dan juga Ketua PBNU Bidang Pendidikan. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry