DIDAMPINGI : Muhamad  Ightana Hakim didampingi calon wisudawati ITN Malang, dibantu Humas ITN, Mita. (duta.co/dedik ahmad)

MALANG | duta.co – Keterbatasan fisik bukanlah kendala bagi seseorang untuk menggapai prestasi di bangku kuliah. Muhamad Ightana Hakim Ilmi mahasiswa Institut Teknologi Nasional (ITN) meski penyandang difabel ia berprestasi di bidang akademik.

Ightana salah satu mahasiswa penyandang difabel berbicara dan pendegaran terganggu sejak ia berumur 1 tahun. Lantaran pendengaran dan berbicara tidak berfungsi layaknya orang normal, nanum semangat belajar dan berbagi ilmu terus dilakukan. Bahkan dia tidak pernah menyerah dan putus asa dalam mengenyam pendidikan selama ini.

Ditrima di kelas yang semua mahasiswanya normal membuat Ighata untuk belajar lebih terkadang ditemani salah seorang temanya untuk menerjemahkan kalimat. Dengan menggunakan bahasa isyarat dan menggunakan handphone sebagai salah satu media yang digunakan selama ini.

“Ya, selama ini saya lihat gerak bibirnya dan saya ikuti disamping itu bahasa isyarat dari dosen saya ikuti. kalau tidak ya saya gunakan handphone,” imbuh Muhamad Ightana Hakim Ilmi yanh ditemui awak media usai presentasi skripsi.

Tak berhenti sampai disini usahanya untuk terus menebar ilmu yang dimiliki meskipun penuh dengan keterbatasa dan tidak dibayar.

” Sekarang memberikan les privat kepada adik adik tuna rungu di salah satu sekolah yang terletak di Trenggalek,”imbuh pria 23 tahun.

Belajar dengan tekun yang selama ini dilakukan meskipun awalnya minder kini membuhkan hasil. Lulus dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif 3.05 dan lulus tepat waktu menjadi bukti jika dia mampu seperti teman – temanya.

“Ya, awalnya saya minder pas masuk kuliah di ITN bingung memahapi perintah dosen tapi orang tua saya sudah bilang pas pendaftaran kalau saya disabilitas dan hilang pendengaran,”ujarnya.

Lulus sebagai predikat mahasiswa berprestasi dengan jurusan Teknik Informatika telah diraihnya. ” Saya membuat aplikasi berbasis website namanya defodiaf,  untuk memberikan pelayanan terpadu satu pintu yang di singkat dengan PTSP,”ujarnya.

Dosen pembina akademik Hani Zulfia Zahro mengatakan dalam membimbing mahasiswa tersebut harus telaten dan intonasinya harus lambat atau menggunakan tulisan intinya menghadapi anak disabilitas harus telaten.

“Harapan saya ITN tetap menerima mahasiswa disabilitas karena mereka berhak juga untuk kuliah dan mendapatkan ilmu yang baik. Mahasiswa disabilitas juga bisa berprestasi seperti Ightan,”pungkasnya. (dah)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry