“Ibarat babat alas, tempat (baru) IKN itu masih sangat memerlukan dana dan tenaga kerja yang ekstra keras. Sebab yang diperlukan tidak cuma persiapan modal dan mental belaka, tetapi juga ketangguhan diri setiap orang.”

Oleh Jacob Ereste

TELAAH lebih mendalam dari rencana pemerintah memindahkan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia dari Jakarta ke Kutai, Kalimantan Timur, menurut Sri Eko Sriyanto Galgendu, luput dari perhatian dan perhitungan banyak orang. Bagaimana kelak Jakarta serta daerah sekitar, mungkin akan menjadi mati suri, terutama dalam bidang ekonomi dan usaha yang, selama ini sudah mengendap dan berbasis utama di Jakarta.

Secara ekonomi, ungkap Sri Eko Sriyanto Galgendu yang juga menekuni usaha rumah makan – terbilang sukses di kawasan strategis Juanda Raya dan Pecenongan — setidaknya kalau Ibu Kota Negara Indonesia pindah — pendapatan semua sektor usaha bisa dikatakan tergerus 50 persen dari pendapatan rutin yang sudah dibangun dengan susah payah. Begitu kata dia saat kongkow bersama di Jakarta Utara, sekitar awal September 2023.

Selaku Ketua Umum GMRI (Gerakan Moral Rekonsiliasi Indonesia) yang mewarisi wasiat Gus Dur dan Susuhunan Paku Buwono XII bersama Prof. Dr (HC) KH Habib Khirzin serta sejumlah tokoh nasional lainnya ini, Sri Eko Sriyanto Galgendu juga acap disebut banyak pihak sebagai kawan dekat Presiden Joko Widodo, bahkan jauh sebelum menjabat Walikota Solo, lalu menjadi Gubernur DKI Jakarta hingga akhirnya menjabat Presiden Republik Indonesia.

Karenanya — secara moral pun — Sri Eko Sriyanto Galgendu sebagai tokoh utama pencetus dan penggerak Forum Negarawan, merasa perlu dan wajib untuk mengingatkan, bagaimana kondisi dan situasi Jakarta kelak, ketika tidak menjadi pusat pemerintahan.

Setidaknya soal aset serta segenap fasilitas yang telah dibangun dan tersedia di Jakarta, mungkin akan terbengkalai atau dilelang kepada pihak swasta atau perusahaan asing, karena memang mereka yang bergelimang duit.

Karena itu menurut Sri Eko, hanya perusahaan asing yang bisa memiliki cukup dana untuk memborong semua aset pemerintah yang relatif mahal harganya itu. Akibatnya, satu-satu aset paling strategis yang ada di Jakarta bisa berpindah tangan semua kepada pihak asing, tandasnya.

Itulah satu diantara sekian masalah yang sangat mungkin terjadi ketika Ibu Kota Negara meninggalkan  Jakarta, pindah  ke Penajam, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur. Bisa jadi dalam proses penjualan aset negara yang ada di Jakarta ini pun akan menimbulkan masalah baru, mulai dari mekanisme penjualannya yang  sangat rentan jadi kesempatan kolusi dan korupsi, sampai pembelian yang bisa didominasi oleh pihak asing.

Ketakutan terhadap Jakarta kelak akan terkesan suwung — kosong melompong dan sepi — mungkin tidak pernah akan terjadi — ibarat suami istri yang berpisah, bisa jadi justru masing-masing pihak  akan menemukan ketenteraman hati.

Ibarat perkawinan yang sudah diujung senja, bisa saja karena sang Ibu terlalu cerewet dan ceriwis atau bahkan culas —  membuat suami tidak merasa nyaman dan tenteram, sehingga merasa perlu untuk berpisah demi kebahagiaan.

Atau sebaliknya, sang Ibu yang harus meninggalkan rumah seperti IKN telanjur  kesengsem Penajaman, Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur itu. Boleh jadi ini pilihan terbaik, karena Jakarta dianggap masih sering banjir. Macet. Udaranya pengap melampaui ambang batas akibat kentut kendaraan yang memadati semua jalan raya Ibu Kota Jakarta yang juga merupakan Ibu Kota Negara Indonesia, bukan Ibu Kota Nusantara seperti yang sudah dominan latah disebut dan diselewengkan dari legalitas sebutannya yang tidak sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2022.

Tetapi perpindahan Ibu Kota Negara ini tidak mustahil kelak yang akan  terjadi justru sebaliknya.  Suasana yang sudah demikian guyub bisa jadi seakaj terkelupas. Sebab di dalam usianya yang sudah terbilang renta, ibarat suami istri yang sudah uzur, menyimpan sejuta dokumen sejarah, sebaiknya tetap tinggal bersama anak, cucu dan cicit.

Ibarat babat alas, tempat Ibu Kota Negara  yang baru itu masih sangat banyak memerlukan dana dan tenaga kerja yang ekstra keras. Sebab yang diperlukan tidak cuma persiapan modal dan mental belaka, tetapi juga ketangguhan dari diri setiap orang yang kelak akan mendiami tempat yang baru itu. Tentu saja yang pasti, semuanya masih harus dimulai dari titik nol.(*)

Banten, 24 September  2023

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry