SURABAYA | duta.co – Semakin banyak, Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang mengenalkan siswa-siswinya dengan perjuangan kiai NU. Hari ini, Sabtu (10/6/23), sedikitnya 68 siswa-siswi kelas IV Madrasah Ibtidaiyah (MI) Progresif Bumi Shalawat, bersama 6 guru pendamping, bertandatang ke Museum Nahdlatul Ulama (NU), Jl Gayungsari Timur, Menanggal, Surabaya.

“Kami tengah mengadakan pembelajaran media luar kelas, serta menambah pengetahuan dan wawasan tentang sejarah NU. Karenanya, kami minta izin untuk berkunjung ke Museum NU,” demikian Siti Latifah MPd, Kepala Sekolah tersebut dalam surat permohonannya.

Di dalam Museum NU, anak-anak juga leluasa bertanya, serta mencermati jejak-jejak perjuangan para kiai NU. Termasuk berbagai macam peninggalan para masyayikh mereka cermati. Bahkan surat balasan Raja Saud, tentang pemberlakuan empat madzhab di Arab Saudi, yang ditujukan kepada NU (Komite Hijaz) juga menjadi perhatian para pelajar di bawah naungan Yayasan Bumi Shalawat Progresif tersebut.

Tampak, Koordinator pembelajaran, Nurul Tazkiyah SPd dengan telaten mengawal mereka. Termasuk menjawab berbagai macam pertanyaan anak didik. Mereka cermati satu persatu, termasuk keris para kiai yang berdiri di lantai II.

“Terima kasih! Sekarang banyak sekolah yang, sejak dini sudah mengajarkan pentingnya mengetahui perjuangan para kiai dalam merebut kemerdekaan RI. Ini perkembangan yang luar biasa, harus disambut dengan baik,” demikian Mas Udin, panggilan akrab Saifuddin SPd, petugas Museum NU saat ikut mendampingi para siswa-siswa MI Progresif Bumi Shalawat kepada duta.co.

Siswa-siswi saat berada di lantai III, perpustakaan Museum NU.

Menurut Mas Udin, banyaknya sekolah tingkat dasar yang belajar soal sejarah NU, ini menandakan ghiroh perjuangan (ingin tahu) anak-anak nahdliyin juga patut diimbangi. “Cuma methodenya harus berbeda. Ini anak-anak milenial, sehingga harus dijawab dengan bahasa milenial juga,” tegasnya.

Masih menurut Mas Udin, tidak ada salahnya, ratusan sekolah dasar NU yang, telah istiqomah mengajarkan sejarah perjuangan kiai ini, dirawat dengan baik. Museum siap menjadi penggeraknya. “Selain materi belajar yang harus dilengkapi, sejarah para ulama (muassis) NU juga harus diresapi.  Sehingga ghiroh ber-NU tetap bersambung dengan muassisnya,” tegasnya.

Siswa-siswi MI Progresif Bumi Shawalat di Museum NU. FT/UDIN

 

Hari ini, tengah diselesaikan buku ajar tentang perjuangan almaghfurlah KH Wahab Chasbullah, Tambakberas, Jombang. Begitu juga sudah banyak buku tentang almaghfurlah Mbah Hasyim Asy’ari. Buku ini setidaknya akan memberikan gambaran utuh, tentang misi perjuangan beliau-beliau, baik dalam ber-ahlussunnah waljamaah, maupun sebagai bangsa Indonesia, demi menegakkan NKRI. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry