PILKADA : Suasana Debat Publik Kedua digelar KPU Kabupaten Kediri (istimewa/duta.co)

KEDIRI|duta.co – Telah diprediksi sebelumnya bahwa Debat Publik Kedua digelar KPU Kabupaten Kediri pada Selasa (17/11) malam, bertempat di salah satu studio TV regional di Kota Surabaya berlangsung sarat bobot. Kelima panelis, Taufik Al Amin, Abdus Salam, Nur Subeki, Agus Mahfud Fauzi dan Achmad Fitrianto menyampaikan sajian pertanyaan dan analisa yang tajam kepada Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana dan Dewi Mariya Ulfa.

Permasalahan UMKM, sumber daya alam, pengembangan SDM hingga penerapan tekhnologi demi memajukan ekonomi berbasis kerakyatan menjadi kupasan menarik saat debat. Seperti disampaikan Mas Dhito sapaan akrab calon bupati maupun Mbak Dewi sapaan akrab calon wakil bupati saat blusukan. Bahwa dirinya datang ke Kabupaten Kediri tidak ada kepentingan apapun kecuali membawa ke lebih baik.

Menjawab pertanyaan sektor pertanian, tentunya tidak bisa menerapkan tekhnologi  sepenuhnya. “Karena masyarakat selama ini masih konvensional, seperti petani nanas. Namun yang perlu dipikirkan bagaimana mampu menjaga kualitas hasil panen dan mempunyai produk unggulan, semisal sari nanas. Kemudian penerapan tanaman hidroponik akan diterapkan karena keterbatasan lahan, selain akan memberikan pelatihan pembuatan dan cara menggunakan pupuk organik,” ucap Mbak Dewi.

Sosok Mas Dhito juga terlihat begitu tenang menjawab sejumlah pertanyaan dan secara runtut memberikan ulasan atas sodoran dari panelis. “Selain bandar semoga segera selesai dibangun dan dibuka di tahun 2022 – 2023, permasalahan di kawasan Gunung Kelud harus terpecah. Bahwa tidak ada lagi penambangan ilegal dan mereka yang bekerja tradisional akan diberi pelatihan alih profesi, tidak hanya mencari pasir,” ucap Mas Dhito.

Lalu terkait program penambahan pendapatan daerah, secara tegas disampaikan akan memaksimalkan keberadaan BUMD milik pemerintah daerah. Bahwa hasil – hasil pertanian akan dibantu pemasarannya, begitu perkebunan serta usaha kelompok tani lainnya seperti petani teh rosela dan peternak lebah madu. “Kami akan lakukan strukturisasi manajemen pada kedua BUMD ini dan tentunya para milenial akan dilibatkan dalam segala sektor,” imbuh calon bupati.

Pada penghujung acara, Mas Dhito kembali menegaskan bahwa Pilkada selalu menjadi alat koreksi, dimana ada pemimpin yang punya kepentingan untuk diri sendiri atau pemimpin yang bekerja untuk kepentingan masyarakat. “Tentunya saya dan Mbak Dewi datang ke Kediri tidak punya beban apapun, artinya kami tidak bisa diintervensi oleh pengusaha atau penguasa. Jika kami diberi amanat, tidak ada lagi istilah kepala daerah harus diajeni karena sudah tidak lagi jamannya. Kami datang untuk menghargai seluruh warga, seluruh kepala desa dan semua yang ingin memajukan daerah ini,” terangnya.

Ditambahkan pula, bahwa Mas Dhito dan Mbak Dewi tidak akan memberikan toleransi bila ada praktik korupsi di tubuh birokrasi. “Bahwa kami tidak perlu didemo, bila kami tertuduh praktik korupsi maka kami tanpa berpikir panjang akan mengundurkan diri. Sebagai penutup, ijinkan kami melayani seluruh warga dan mohon dukung kami dalam Pilkada 9 Desember nanti, dengan cara mencoblos kolom kiri pada kartu suara,” imbuhnya. (nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry