Identitas nasional terbentuk berdasarkan nilai-nilai berupa fisik, budaya, ras dan suku memiliki cita-cita yang sama. Kiblat Indonesia telah tercantum pada Lima Sila Pancasila serta Bhinneka Tunggal Ika
Oleh : Jasmine Annisa Vidya N.I.
Mahasiswi Semester III Jurusan Sosiologi
Fakultas: Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya Malang
Indonesia merupakan negara memiliki banyak keanekaragaman dan ciri khas yang menjadi sorotan negara lainnya. Sehingga hal ini menjadikan ciri dan jati diri bangsa sebagai simbol utama Indonesia. Hal tersebut merupakan wujud identitas nasional, yang mana memiliki tujuan sebagai penanda keberadaan atau eksistensi dari negara lain. Indentitas ini bisa diartikan sebagai pencerminan kondisi bangsa yang menampilkan kematangan, daya juang dan kekuatan bangsa.
Pada Lima Sila dalam Pancasila yang merupakan acuan hidup bahkan pedoman hidup rakyat Indonesia yang dapat membawa ke dalam cita-cita bersama. Bhinneka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetapi tetap satu jua ini yang menggambarkan betapa beragamnya ciri-ciri setiap daerah dan beberapa keunikan-keunikan yang berbeda dan tidak dimiliki oleh negara lainnya.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika inilah yang digunakan untuk menggambarkan kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari berbagai macam jenis kebudayaan, ciri khas, bahasa daerah, suku, agama dan kepercayaan.
Keberagaman kebudayaan yang unik kemudian menjadi identitas nasional Bangsa Indonesia terlihat pada provinsi yang berada di paling Timur Pulau Jawa yaitu Jawa Timur. Kemudian disebut kawasan Mataraman, terbagi menjadi dua wilayah yaitu Karesidenan Madiun terdiri Madiun, Ngawi, Magetan, Ponorogo dan Pacitan. kemudian Karesidenan Kediri terdiri Kediri, Tulungagung, Blitar, Trenggalek dan sebagian Bojonegoro.
Daerah mataraman biasanya terkenal dengan gaya bahasa yang ‘medhok’ yaitu cara bicara yang nadanya sedikit turun dan lemah lembut. Tak hanya itu, Jawa Timur memiliki kesenian tradisional yang biasa disebut Ludruk, menjadi unik karena diperankan oleh kaum laki-laki. Namun, kini seni budaya semakin tergilas oleh modernisasi, sehingga jarang dijumpai dipertunjukkan. Hanya pada sejumlah daerah saja, sebut saja Surabaya, Mojokerto dan Jombang, ditampilkan itupun pada acara tertentu.
Pun juga kesenian Reog Ponorogo merupakan kesenian khas tidak terpisahkan dari Kabupaten Ponorogo. Reog ini identik dengan dunia gaib, seperti bau kemenyan, penari atau pengunjung yang kesurupan dengan diiringi musik gamelan serta adanya penampilan jaran kepang (jaranan). Reog Ponorogo ini sudah ada lama namun dipatenkan pada 2001 dikarenakan sempat diambil alih menjadi kesenian khas Malaysia.
Pakaian adat Jawa Timur mungkin sekilas dikatakan sama dengan Jawa Tengah, namun yang membedakan adalah pada coraknya. Corak Jawa Timur lebih menonjolkan kepada nilai-nilai ketegasan dan tetap terlihat sederhana juga menjunjung tinggi pada etika. Sedangkan untuk corak Jawa Tengah banyak melambangkan nilai-nilai segi kesopanan dan tatakrama.
Namun pakaian adat Jawa Timur yang lebih mencolok yaitu pakaian adat dari Madura yang identik dengan baju garis-garis merah putih dengan udeng dan clurit, padahal penampilan seperti ini merupakan pakaian sehari-hari di Madura. Pakaian adat tersebut dinamakan Baju Pesaan yang sudah melegenda di kancah Nasional.
Selain rumah khas Jawa Timur yaitu rumah adat Joglo yang merupakan pengaruh dari Agama islam dengan kepercayaan animisme. Dalam bentuk arsitekturnya, rumah joglo merupakan pengaruh dari agama Hindu dan Budha dengan arsitektur yang kentara dengan filsafat sikretisme-nya. Rumah Joglo ini identik dengan kayu jati dan ukiran-ukiran yang menambah estetika.
Rumah Joglo ini menyiratkan kepercayaan kejawen yang merupakan keharmonisan hubungan antara manusia dan sesamanya (kawulo dan gusti), serta hubungan antara manusia dengan lingkungan alam di sekitarnya. Rumah Joglo ini memiliki beberapa jenis, yaitu Joglo Lawakan, Joglo Sinom, Joglo Jompongan, Joglo Pangrawit, Joglo Mangkurat.
Tari-tarian khas Jawa Timur yang sangat terkenal yaitu sama halnya dengan kesenian yaitu tarian Reog Ponorogo yang biasanya dibawakan oleh 6-8 orang laki-laki dan 6-8 orang perempuan. Menurut sejarah, tarian ini diambil dari perjalanan Prabu Kelana Sewandana yang sedang mencari pujaan hatinya, perjalanan tersebut ditemani oleh prajurit dan patihnya yaitu Bujangganong. Hingga akhirnya bertemulah dengan Dewi Sanggalangit seorang putri Raja Kadiri.
Namun, ia akan menerima cintanya bila Sang Prabu berhasil menciptakan sebuah kesenian. Dari sinilah mulai terciptanya Tari Reog demi membuktikan cinta Prabu Kelana pada Sang Putri Dewi Sanggalangit. Prabu Kelana meminta bala bantuan prajurit-prajuritnya untuk sebagai penari dari ciptaannya.
Tidak hanya tarian Reog Ponorogo, ada juga Tari Gandrung dari Banyuwangi yang melambangkan kesejahteraan dan memberi kesuburan. Tidak hanya Jawa Tengah yang memiliki Tari Topeng, Jawa Timur pun juga memiliki yang berasal dari Malang. Topeng ini digunakan untuk menghargai para leluhur dan tidak kaget jika bernuansa mistik.
Tari Topeng ini juga masih berkiblat pada Tari Topeng Golek. Namun tarian yang sangat khas dan menjadi identitas nasional Jawa Timur adalah Tari Remo, dimana tari ini dulunya hanya boleh dilakukan oleh kaum laki-laki, namun sekarang boleh dilakukan oleh kaum perempuan. Tujuan Tari Remo ini juga untuk menyambut tamu agung.
Selain tarian, ada juga senjaya khas Jawa Timur biasa disebut keris. Keris ini digunakan untuk pembelaan diri ketika ada yang menyerang. Pembuatan keris juga tidak sembarangan, harus melewati berbagai proses seperti pemilihan hari yang tepat jika tidak akan terjadi bencana. Pembuatan keris juga harus diimbangi dengan sesaji yang dipercaya agar roh-roh dapat kuat di dalam keris tersebut.
Dari berbagai macam keanekaragaman dan ciri-ciri khas dari Jawa Timur itulah yang menjadikan identitas nasional Bangsa Indonesia semakin kuat dan semakin terpandang di dunia. Maka dari itu, harusnya tetap melestarikan dan tetap menjunjung tinggi nilai kebudayaan bangsa Indonesia.
