LAMONGAN | duta.co – Hujan melanda wilayah Lamongan dalam beberapa hari ini berdampak serius. Sebagian petani tembakau menjerit setelah hujan itu tiba. Bagaimana tidak, akibat diguyur hujan, sekitar 40 persen tembakau rusak, bahkan terancam gagal panen.
Kepala UPT Dinas Pertanian Kecamatan Modo Rahmad Wahyono mengungkapkan, dari 1.600 hektare tanaman tembakau di wilayah Kecamatan Modo, diperkirakan 40 persennya rusak dan mati.
Disinggung penyebab rusak tanaman bahan pokok rokok itu, dia menyatakan, karena diguyur hujan terus-menerus. Maklum, belakangan ini hujan deras mengguyur wilayah Modo dan sekitarnya. “Akibat guyuran hujan itu sehingga sebagian tanaman tembakau mati,” katanya.
Bukan hanya mati, lanjut Rahmad, kalau ada tembakau yang masih hidup, harganya juga murah. “Sebagian tembakau yang hidup harganya juga turun drastis,” jelasnya.
Kasus di Kecamatan Modo ini di antaranya terjadi di Desa Mojorejo, Medalem, Sumberagung, Kedungperangon, Jatipayak, Jegrek, dan Desa Kedunglerep. Setelah diguyur hujan, tanaman tembakau berusia sekitar 2 bulan itu sontak menguning. “Setelah menguning ini kemudian akan mati,” terangnya.
Disampaikan juga oleh Rahmad, harga tembakau kering ranjang yang semula Rp 30 ribu perkilogram, setelah diguyur hujan menjadi Rp 15 ribu-Rp. 20 ribu per kilogram.
Akibat kondisi ini, lanjut Rahmad, para petani tembakau mengalami kerugian hingga jutaan rupiah per hektare. “Harga tembakau memang turun drastis akibat hujan,” terangnya.
Terpisah, Ketua DPC Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Lamongan Mudi tidak mengelak saat disinggung jeritan para petani tembakau. Saat ini, pasca turun hujan, harga tembakau rajang Virginia antara Rp 20 ribu-Rp 23 ribu per kilogram.
Namun, Rahmad belum tau persisnya berapa lahan tembakau yang rusak akibat turun hujan. “Berapa luas lahan tembakau yang rusak akibat hujan belum bisa diketahui pastinya. Jelasnya, kualitas tembakau turun akibat karena terdampak hujan,” pungkasnya. dam
