KEDIRI | duta.co -Hadir sebagai pemateri dalam Seminar Kebangsaan Merajut Keberagaman di Tengah Kebhinnekaan, bertempat di Aula Al Muktamar Ponpes Lirboyo, Menteri Agama Republik Indonesia H. Lukmanul Hakim Syaifuddin, mengaku bangga dengan karya digagar para Mahasantri Ma’had Aly Ponpes Lirboyo Kota Kediri, Selasa kemarin.

Usai memberikan materi, Menag kemudian mendapatkan bingkisan beberapa buku karya Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo, diserahkan pengasuh Ponpes Lirboyo, KH. Anwar Mansur disaksikan ribuan santri. Terdapat salah satu buku berjudul Fikih Kebangsaan, berisikan komitmen menjaga dan merawat empat pilar.

Dijelaskan Direktur Ma’had Aly, KH. Athoillah Anwar, bahwa buku tersebut mengukuhkan keberpihakan Pesantren Lirboyo dan juga mayoritas pesantren NU di tanah air terhadap komitmen yang kuat untuk menjaga dan merawat empat pilar bangsa, Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.

“Latar belakang penerbitan buku Fikih Kebangsaan tidak terlepas dari munculnya paham liberal dan paham radikal. Kalangan Mahasantri Mahad Aly bersama alumni berkumpul dan membuat kajian Fikih Kebangsaan. Melalui bahtsul masail kemudian lahirlah buku ini. Kajiannya bagaimana bisa tawasut atau berada di tengah – tengah dengan sikap moderat,” terang Gus Atho’, sapaan akrabnya.

Pemberian buku tersebut kepada Menag, merupakan wujud bahwa santri mampu berkarya dalam usaha memecahkan persoalan bangsa. Ditambah lagi, Mahad Aly Ponpes Lirboyo memiliki jurusan untuk mendalami kajian kebangsaan.

“Rujukan kami ke Mahzab Safi’iyah, tapi juga mengambil salah satu dari ke empat mahzab. Asal masih dalam lingkaran mahzab empat menurut ahli sunah tidak apa-apa. Kalau bahasan di Mahzab Safi’i sudah mentok, baru dicoba di mahzab lain yang dapat memberikan solusi dasar-dasar pemikiran,” katanya.

Buku tersebut terbilang tidak terlalu tebal, hanya 100 halaman yang terdiri dari VI bab. Pada bab I membahas NKRI Sebagai Muahadah Wathaniyah, bab II membahas NKRI Harga Mati, bab III membahas Mengawal Pemerintah yang Sah, bab IV membahas Perbedaan Adalah Keniscayaan, bab V membahas Provokasi Bukan Ajaran Aswaja an Nahdliyah dan bab VI berisi Rekomendasi Himasal.

Menag sangat mengapresiasi karya Mahasantri Ma’had Aly Lirboyo tersebut. Apalagi jumlah mahasantri yang dimiliki merupakan terbanyak dari 35 Ma’had Aly se Indonesia. Diharapkannya, karya tersebut mampu dikaji lebih dalam untuk menangkal propaganda menjadikan Negara Islam ataupun negara sekuler.

“Kajian ini sangat perlu untuk dikaji lebih dalam untuk memperkaya wawasan kebangsaan. Sehingga kita sebagai bangsa Indonesia tidak mudah dipecah belah. Dengan begitu, ide-ide keislaman dan kebangsaan secara ideal bisa diselaraskan,” kata Menag. (ian/nng)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry