MADIUN | duta.co -Koordinator Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva menilai sejak tumbangnya Orde Baru sejak 1998 lalu, Pemilu jujur adil sudah terjadi beberapa kali. Hasilnya, Pemilu berjalan lancar hingga menghasilkan pemimpin bangsa serta legislator tanpa ada gejolak berarti ditengah jalan, hal ini menunjukkan demokrasi di Indonesia mulai tertata.

Demikian disampaikannya  dalam “Dies Natalies Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Ke-72 dan Dialog Kebangsaan, “Tema Peranan HMI dan KAHMI Dalam Tantangan Dinamika Keumatan dan Kebangsaan” di STISIP Muhammadiyah Kota Madiun, Minggu (24/2).

“Suatu negara usai melewati massa kritis, jika dalam Pemilu berjalan  jujur,, aman  dan damai selama 3-4 kali. Maka, negara itu menuju pada demokrasi makin matang,” ujarnya.

Ia mencontohkan sejak Reformasi ada Pilleg dan memilih Presiden, selanjutnya Pilpres serta Pilleg semuanya berjalan lancar plus aman. Begitu juga dalam Pilpres dan Pilleg dibarengkan 2019 nanti berjalan seperti sebelumnya, maka demokrasi di Indonesia terlihat makin matang. Catatan lain, jika awalnya politik uang dianggap menentukan meraih kursi, selanjutnya sudah tidak menentukan lagi.

Sisi lain, tambahnya, guna mencapai tujuan, peran politik uang diawal Reformasi masih terasa kencang, kini sudah tidak begitu dianggap sebagai faktor penentu. Berkat kesadaran masyarakat, peran politik uang mulai tidak dianggap lagi, justru sosok merakyat hingga mampu memperjuangkan aspirasi memiliki peluang besar besar meraih kursi.

“Ada anggapan sinis dari masyarakat,  kepada sosok hanya mau turun menjelang Pemilu saja, dianggap sosok tidak merakyat. Jadi, saya sarankan untuk mereka bertarung dalam Pilpres dan Pilleg ini, jangan lagi memainkan politik uang. Soal peluang menang memakai politik uang, saya nilai kecil, sebab masyarakat makin pintar. Uangnya diterima, coblos urusan lainnya,” ujar Hamdan Zoelva sembari disambut ketawa hadirin.

Ia juga mengatakan saat menjadi Ketua MK untuk Pilpres punya semangat, agar Pilpres tanpa Parlemen Threshold atau siapa pun, baik perorangan dan partai. Jika berangkat dari partai, tanpa memandang perolehan kursi di DPR, partai baru pun bisa mengusung Capres-Cawapres. Akibat gagal, maka terjadilah pertarungan hanya diikuti 2 pasangan calon di Pilpres, lalu Pilpres cukup berlangsung satu kali putaran.

Sebelumnya, Rektor STISIP Muhammadiyah Kota Madiun Mujahidin menyambut baik kegiatan itu, sekaligus pendirian HMI di kampusnya. Dirinya tidak alergi pendirian organisasi kemahasiswaan di STISIP Muhammadiyah Kota Madiun, justru pihaknya terbuka dengan didirikannya Komisariat HMI. Diharapkan HMI nantinya bisa bekerja sama dengan organisasi sudah ada.

“Saya tahu, HMI adalah organisasi kemahasiswaan besar, mampu melahirkan tokoh-tokoh nasional. Sepak terjang HMI dalam kancah nasional memiliki peran berarti bagi bangsa ini. Beberapa contoh Pak Akbar Tanjung, Wapres Jusuf Kalla dan lainnya. Keberadaan HMI bisa bersinergi dengan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),” ujarnya. (ags)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry