RUMAH MBR : Rakerda APERSI Jateng dan DIY diselengggarakan di Jogjakarta. (dok/duta)

SURABAYA | duta.co- Sinergi dari berbagai stakeholder menjadi kunci mengejar target nasional 1,2 juta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Kebijakan-kebijakan pemerintah dan perbankan diharapkan membantu pengembang yang mengerjakan rumah-rumah sederhana sehat tersebut.

Hal ini disampaikan dalam Rakerda APERSI Jateng dan DIY yang diselengggarakan di Jogjakarta (22/3). APERSI adalah Asosiasi Perumahan Asosiasi Pengembang Rumah Sederhana/Sangat Sederhana Indonesia.

“Jangan disamakan dengan perumahan komersil karena tugas pengembang perumahan subsidi ini cukup berat,” ungkap Bayu Rama Djati ketua APERSI Jateng & DIY dalam rilisnya.

Mengapa berat? Sebab harga jual dibatasi dan spesifikasi rumah ditentukan. Diakuinya, hal tersebut membuat margin semakin tipis. Karena itu, apabila biaya perizinan dan administrasi mahal, pengembang akan semakin terjepit.

Keluhan Anggota Apersi lainnya adalah daya beli masyarakat yang semakin turun di ditambah masalah perizinan, akuisisi lahan terkendala tata ruang, serta fasilitas KPR. Dalam kesempatan yang sama, Bayu menyemangati anggota APERSI untuk bertahan, “Kita harus bangga meski margin kecil karena di dalamnya ada misi sosial, ada ibadahnya,” pungkasnya.

Menurut laporan Badan Pusat Statistik pada 2015, kekurangan kebutuhan (backlog) kepemilikan rumah masih besar. Angka ini diprediksi menjadi 7,6 juta unit hingga tahun 2020 menurut data kementrian PUPR per maret 2019.

Jawa Tengah termasuk dalam 4 besar backlog tertinggi. APERSI Jawa Tengah & DIY diharapkan perannya untuk mengurai backlog. Namun, APERSI tak bisa sendiri, diharapkan kekompakan stakeholder untuk saling memahamai dan memberi kemudahan. Mulai dari badan pertanahan, perpajakan, perbankan hingga stakeholder pemasok material.

Dari segi pemasok material, diharapkan bisa bekerja sama memenuhi kebutuhan pembangunan dengan cepat dan punya spesifikasi mutu sesuai yang ditetapkan pemerintah. PT Superior Prima Sukses, produsen Blesscon bata ringan menyatakan diri siap untuk hal itu.

“Salah satu buktinya dengan membuka pabrik ke-3 di Sragen, Jawa Tengah” ungkap Henrianto, commercial director PT Superior Prima Sukses.

Selama ini, mayoritas pengembang di Jawa Tengah & DIY seringkali mendatangkan bata ringan dari produsen di Jawa Timur, termasuk Blesscon. Hal ini dilakukan karena kapasitas produksi

di JawaTengah kurang mampu memenuhi kebutuhan. Dari target 1,2 juta rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, Jawa Tengah & DIY kebagian porsi membangun 100 ribu hingga 150 ribu unit tahun 2021 ini. Kebutuhan bata ringan semakin besar.

Dengan hadirnya pabrik Bata ringan yang baru saja dibangun di Sragen, Jawa Tengah, menjadi jawaban atas permasalahan tersebut. Kapasitas produksi pabrik Blesscon bata ringan di Sragen mencapai 1,6 juta m3 per tahun.

“Kapasitas produksi nantinya dalam sebulan setara dengan 14 ribu rumah subsidi,” imbuh Henrianto. Pengembang bisa mendapatkannya secara cepat karena jarak kirim relatif lebih dekat. Keterlambatan pengiriman juga bisa diminimalisir dengan kepemilikan armada angkutan sendiri.

Dengan hadirnya pabrik Bata Ringan Blesscon di sragen maka membuat semakin dekat, otomatis harga yang ditawarkan ke pengembang lebih kompetitif. Jika dihitung biaya bata ringan per rumah subsidi selisihnya akan terlihat. Diharapkan dapat membantu pengembang yang tergabung dalam APERSI Jateng & DIY dapat memenuhi target dengan margin yang masih bisa dikejar. Imm

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry