SURABAYA | duta.co – Ada keyakinan, bahwa, Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma’ruf ini sedang konsentrasi mengejar khilafah, radikalisme. Itulah sebabnya, Mendiknas diisi Nadiem Makarim yang (konon) liberal, pria keturunan Arab yang semua anaknya dibaptis. Benarkah?

Padi ini, Kamis (24/10/2019) beredar catatan Sahat Siagian yang dinukil dari facebooknya ‘katakita’. Berikut catatan lengkap Sahat yang diberi judul ‘BUNG NADIEM’, diambil dari https://www.facebook.com/pageKataKita/photos/a.804033499688037/2715576891867012/?type=3.

BUNG NADIEM

Masa depan khilafah ada di tanganmu, bukan di tangan Menhan, atau Menag, atau Mendagri.

Anda punya keleluasaan untuk membongkar masjid-masjid dari dalam sekolah, memastikan guru agama Islam berasal dari Islam Nusantara, menetralkan pakaian seragam para siswa, menyelenggarakan pendidikan budi pekerti dan kewarganegaraan sebagai sesuatu yang asyik, sebagaimana saya merasa asyik dengan layanan GoMassage.

Saya tidak terkejut ketika Jokowi mendudukkan Anda di kursi Mendiknas. Lelaki Solo itu memang doyan cwawak’an, suka-suka dia. Saya terkejut ketika Anda dengan tegas berkata siap dan malah merasa sedang menjalani hari yang sangat berbahagia pada hari Anda dipanggil ke istana Senin kemarin.

Beberapa kali saya ngobrol singkat dan ringan dengan Bunda Atika, perempuan Arab, Ibu Anda. Beliau jengkel kalau mendapati sebuah acara dibuka dengan doa agama secara umum, dan doa Islam secara khusus. Apa-apaan ini, sungut beliau.

Itu sebabnya saya tidak terkejut ketika tahu istri Anda beragama Katolik, dan anak-anak Anda dibaptis. Keterbukaan dan kebersukacitaan dalam bertuhan nyata hadir sebagai bimbingan dari air susu bunda.

Kepada Anda saya berharap akan masa depan Indonesia sebagai negara terbuka dan toleran di 5 tahun mendatang. Sebagaimana Anda mampu dengan cepat membimbing Gojek menjadi decacorn dalam waktu 5 tahun, sedemikian saya berharap untuk melihat siswa Indonesia yang lebih fasih bicara cinta ketimbang agama dalam waktu dekat.

Sekolah adalah payudara bunda. Sekolah adalah candradimuka gairah kebangsaan. Sekolah adalah laboratorium. Sekolah adalah dunia fantasi dan kreasi. Sekolah adalah sukacita sempurna dalam sejarah hidup seorang manusia.

Saya tahu kaum pejuang khilafah sedang gemetar sekarang. Wilayah kewenangan Anda membentang hingga ke perguruan tinggi. Saya berharap itu termasuk kewenangan tunggal untuk mengusulkan pemangku jabatan rektor ke meja Presiden.

Habiskan semua, Bung. Luluhlantakkan mereka. Bebaskan adik-adikmu dari penjara sumuk, dari kepengapan, dan dari sesak napas. Tinju tingkap-tingkap langit. Bongkar. Tidak boleh lagi ada yang menaungi pendidikan. Sebab belajar adalah sebuah upaya untuk membebaskan diri dari tahyul atau kepercayaan apa pun. Belajar adalah proses untuk tahu, bukan percaya.

Saya akan tidur malam ini dengan rasa adem, tentrem, membayangkan siswa Indonesia mendaraskan kidung cinta, kidung persahabatan, kidung penerimaan sesama, dan kidung kreasi mencipta jagad baru.

Anda bergairah, Bung? Itu salah satu alasan saya untuk berdoa malam ini. (*)

Patut Dicurigai

Benarkah khilafah sebegitu menakutkan? Atau hanya sebagai alat untuk menghancurkan nama baik Islam?

“Ini yang sulit dinalar. Khilafah itu ilusi, bikinan orang anti Islam. Tidak ada pintu khilafah di Indonesia. Tidak ada benih khilafah di Senayan. Kalau mereka terus mengibarkan khilafah, saya khawatir ini hanya alat untuk menghancurkan nama Islam yang punya andil besar dalam republik ini. Ini harus diantisipasi,” demikian H Agus Salachul A’am Wahib, keluarga besar PP Tambakberas, Jombang kepada duta.co beberapa waktu lalu.

Menurut Gus A’am, justru para penabuh genderang perang melawan khilafah ini, yang harus diwaspadai, dicurigai. Ada apa? “Karena mereka ini punya agenda merusak Islam. Ironisnya, banyak umat Islam yang terpengaruh, ikut sibuk memerangi bayang-bayang khilafah yang tidak masuk di akal tadi,” tegasnya.

Masih menurut cucu pendiri NU ini, memerangi khilafah melalui Mendiknas adalah salah besar. Kalau benar ada ancaman khilafah, pintu utamanya, itu pasti Senayan. “Mendiknas, Kemenag sudah cukup dikontrol tokoh-tokoh NU atau Muhammadiyah yang moderat,” tambahnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry