SURABAYA | duta.co – Sampai hari ini, Senin (6/7/2020) di sejumlah grup media sosial nahdliyin, masih sibuk mengomentari acara tahlilan di Kantor DPP PKS. Pro-kontra terus terjadi. Sebagian menganggap modus PKS mencari simpati nahdliyin, sementara tidak sedikit yang membuka tabir, bahwa, di dalam PKS, ternyata banyak politisi santri, NU.

H Abdul Rozaq  (Gus Rozaq), cicit almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah, yang mengapresiasi acara tahlil di DPP PKS sempat diserang banyak netizen. Gegara ia memberikan apresiasi acara tahlil di DPP PKS itu. “Itu siapa Gus Rozaq? Kok ngaku-ngaku keluarga Tambakberas, dia selalu menjadi sumber duta.co,” demikian protes warga NU yang terbaca duta.co.

Kepada duta.co, Gus Rozaq menjelaskan, bahwa, ia tidak ingin membawa nama besar almaghfurlah. Kendati begitu, ia juga tidak boleh bersembunyi dari keluarga besar, karena yang dilakukan, itu baik.  “Saya ini bagian terkecil, kecil sekali dari keluarga besar Tambakberas,” jelas cucu Bu Nyai Khadijah binti  Abdul Wahab Chasbullah ini.

Sementara, Drs Choirul Anam, mantan Ketua GP Ansor Jatim yang juga Dewan Kurator Museum NU, tidak heran, kalau ada nahdliyin yang antipati kepada PKS. Ini lantaran mereka sudah termakan isu khilafah, wahabi dan HTI. Ketiga isu itu, selalu ditempelkan kepada PKS.

“Warga NU yang membenci PKS, pasti sudah termakan isu khilafah, wahabi dan HTI. Karena hanya itu kampanye mereka. Maka, ketika PKS menggelar tahlilan, mereka terbelalak, kaget, tidak terima. Padahal, di PKS itu banyak sekali kader-kader NU,” demikian disampaikan Cak Anam panggilannya kepada duta.co, Senin (6/7/2020).

Keterangan foto pks.id

Menurut Cak Anam, Ketua Majelis Syuro PKS, Habib Salim Segaf Al Jufri, itu NU tulen. Di sana juga ada KH Ali Akhmadi MA Alhafidz. Beliau ini santri Mbah Maemun Zubair. Ada juga Kiai Madani Madali, tokoh NU Betawi. Ada Kiai Arwanin Amin Lc, MHI alumni pesantren Matholi’ul Falah, Pati (KH Sahal Mahfudh red.).

Cak Anam, mantan Ketua GP Ansor Jawa Timur. (FT/MKY)

“Kiai Mahmud Mahfudz, itu alumni Tebuireng, sering membedah kitab-kitab almaghfurlah Mbah Hasyim. Ini tidak banyak diketahui anak-anak NU. Almarhum Kiai Hilmi Aminuddin, yang ditahlili di DPP PKS, itu juga alumni Tebuireng. Jadi, anak-anak ini perlu ‘jalan-jalan’, melihat dunia luar. Jangan mau dibujuki dengan isu khilafah, wahabi dan HTI,” jelas Cak Anam.

Di samping itu, jelasnya, KH Syukron Makmun, tokoh sepuh NU, juga sering memberikan kajian kitab Mbah Hasyim di DPP PKS. “Jadi, acara maulidan, tahlilan itu sudah biasa bagi mereka. Bahkan tradisi lomba baca kitab kuning, juga ada. Hari ini, yang menolak keras RUU HIP juga PKS dan Demokrat. Jangan mau dibujuki isu khilafah, wahabi dan HTI,” tegasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry