Workshop inisiasi dan follow up pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) berlangsung di ruang Bougenvil Dinkes Kabupaten Probolinggo

PROBOLINGGO | duta.co – Dalam upaya mengatasi permasalahan kesehatan masyarakat terkait Tuberkulosis (TBC), Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo menggelar workshop inisiasi dan follow up pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT). Acara yang berlangsung di ruang Bougenvil Dinkes Kabupaten Probolinggo pada Senin (22/4/2024).

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terkait inisiasi dan follow up pemberian TPT kepada tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah tersebut.

Workshop ini dihadiri oleh 3 orang internal, termasuk Sub Koordinator P2PM, pengelola program/wasor TBC, dan technical officer TBC, serta 39 fasilitas kesehatan (faskes). Para peserta dari faskes tersebut terdiri dari pengelola program TBC puskesmas di 33 puskesmas dan perwakilan dari 6 rumah sakit.

Selama acara, para peserta diberikan materi yang meliputi analisis situasi TBC di Kabupaten Probolinggo, pemberian TPT pada kontak dewasa dan anak, diagnosa ILTB, pemantauan klinik, serta tatalaksana monoresisten INH. Materi tersebut disampaikan oleh dokter spesialis paru dan anak yang berkompeten di bidangnya.

Plt Kepala Dinkes Kabupaten Probolinggo, Tutug Edi Utomo, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Nina Kartika, menjelaskan bahwa TBC merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius dan menduduki peringkat ke-13 penyebab kematian tertinggi di dunia.

Nina juga menyoroti data dari Global TB Report tahun 2021 yang menunjukkan peningkatan kasus TBC secara global.

“Berdasarkan Global TB Report jelas Nina, pada tahun 2021 diperkirakan terdapat 10,6 juta orang menderita TBC meningkat sebesar 4.5% dari tahun 2020 yaitu sebesar 10,1 juta orang dan menyebabkan 1,6 juta kematian di dunia tahun 2021. (WHO, 2022),” ujar Nina.

Menurut Nina, Indonesia merupakan negara kedua dengan jumlah kasus TBC tertinggi di dunia setelah India. Data dari WHO pada tahun 2022 menunjukkan peningkatan jumlah kasus baru TBC di Indonesia, mencapai 969.000 kasus. Meskipun demikian, cakupan pemberian TPT pada tahun 2022 masih belum mencapai target nasional.

Nina menerangkan cakupan pemberian TPT total kontak serumah tahun 2022 sebesar 1,3% atau 18.081 orang dengan target 48%, pada kelompok risiko lain sebesar 1,5% atau 4.104 orang dengan target 20%. Sedangkan pada ODHIV sebesar 9% atau 47.288 orang dengan target 45%.

“Cakupan pemberian TPT pada tahun 2022 belum mencapai target nasional sedangkan pada data di tahun yang sama cakupan angka penyelesaian TPT pada kontak serumah sebesar 73,3% dan pada kelompok risiko lain sebesar 60,8%,” tutur Nina.

Di Kabupaten Probolinggo sendiri, cakupan pemberian TPT tahun 2023 pada kontak serumah usia 0-4 tahun sebesar 12,3% atau 45 orang, pada kontak serumah usia 5-14 tahun sebesar 6,7% atau 49 orang, pada kontak serumah usia ≥15 tahun sebesar 7,2% atau 213 orang serta pada kelompok risiko lain sebesar 2% atau 24 orang. Cakupan tersebut tentu masing jauh dari target nasional.

Nina juga mengungkapkan data terkini mengenai cakupan pemberian TPT di Kabupaten Probolinggo, yang menunjukkan adanya gap dalam mencapai target nasional.

”Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain kurangnya follow up dari petugas kesehatan kepada penerima TPT, rendahnya dukungan dari keluarga dan kader, serta kurangnya edukasi mengenai tindak lanjut terhadap efek samping yang mungkin timbul,” tandas Nina. hul

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry