Doktor M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies)

SURABAYA | duta.co – Pasangan AMIN (Anies R Baswedan-Muhaimin Iskandar), nomor urut 1, masih sangat yakin menang, minimal masuk putaran kedua. Tidak jelas, dari mana otak-atik angkanya? Yang jelas, antara Anies R Baswedan dan Muhaimin Iskandar (Cak Imin) beda latarbelakang. Anies bukan pemimpin partai, sementara Cak Imin Ketua Umum DPP PKB (Partai Kebangkitan Bangsa).

“Kekalahan telak duet AMIN mengandung risiko tersendiri. Kalau Cak Imin tidak cepat melangkah, kekalahan tragis ini akan lebih targis lagi bagi PKB. Kalau Cak Imin masih ingin melanjutkan kepemimpinan di PKB, atau tidak menutup karirnya dengan kekalahan yang tragis, maka, dia harus segera lompat keluar,” demikian Doktor M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) kepada duta.co, Jumat (16/2/24).

Kekalahan Pilres, jelas Dr M Sholeh, adalah pukulan telak bagi Cak Imin. Karena itu, menurutnya harus segera mengambil posisi aman. “Pertama, jika dia ingin tetap di PKB, maka harus secepatnya keluar dari koalisi pasangan AMIN dan menata kembali relasi politik dengan ‘presiden terpilih’. Ini langkah realistis,” tambahnya.

Menurut Dr M Sholeh, suhu kursi Cak Imin sebagai Ketua Umum PKB, sekarang semakin panas. Setelah hampir 18 tahun Cak Imin memimpin, kekalahannya dalam Pilpres 2024 menjadi isyarat bahwa PKB, memang, butuh penyegaran. “Ini moment yang tepat,” terangnya.

Kedua, lanjutnya, langkah untuk segera keluar dari koalisi Amin, tidak boleh ditunda, itu pilihan realistis. “Terlambat sedikit saja, PKB akan tertinggal gerbong. Padahal, watak politik PKB jelas berbeda dengan PDIP dan PKS. PKB sama sekali tidak punya karakter dan endurance sebagai oposan,” urainya.

Dalam pandangan Dr Sholeh, Cak Imin idealnya flashback ke pilpres-pilpres sebelumnya. Pilpres sebagai sirkulasi elit nasional, selalu menghadirkan tradisi menang-kalah yang diiringi dengan gugatan. Artinya, gugatan atas hasil Pilpres oleh pasangan yang kalah, selalu kalah. “Maka, semakin lama Cak Imin larut dalam “drama kecurangan”, maka, semakin mudah Ali Masykur Musa (AMM) melakukan berkonsolidasi internal PKB. Saya lihat ini sangat piawai menata PKB,” tegasnya.

Apalagi, ketiga, sumber-sumber valid menyebut bahwa Ali Masykur Musa telah bertemu dan mendiskusikan serta minta ijin kepada “presiden terpilih” Prabowo Subianto. Terutama menyangkut masa depan dan posisioning PKB paska Pilpres.

Nah di sisi lain, keempat, Cak Imin bisa saja menunjukkan sisi kenegarawanannya dengan tidak tertarik lagi memimpin PKB. Kalo ini menjadi pilihannya, patut disyukuri. Sebab, jika seenaknya dia keluar dari koalisi pasangan Amin, di tengah Timnas mereka menyiapkan dan mencurahkan segala energi untuk mendesakkan Pilpres putaran kedua, tentu, menjadi layak dipertanyakan integritas terkait etika kepemimpinannya. Toh Cak Imin sudah cukup memanfaatkan PKB. “Di sini dia menghadapi dilema. Tapi, ingat, sepandaipandai tupai melompat, toh akhirnya jatuh juga ke tanah. Waallahu’alam bishshawab,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry