SURABAYA | duta.co – Rencana sejumlah tokoh mendirikan (menghidupkan kembali) Partai Ideologis Islam Masyumi Reborn dinilai buang-buang waktu. Apalagi survey belakangan, suara umat Islam tidak ‘parkir’ di Partai Islam, bahkan, warga NU pun lebih banyak ikut PDIP.

“Menurut saya, ini hanya akan buang-buang energi saja,” Jelas Koordinator Sahabat Mahfud MD Jawa Timur, Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman kepada duta.co, Selasa (10/3/2020).

Hal yang sama pernah disampaikan Mantan Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2010-2015, KH As’ad Said Ali. Menurutnya, jumlah warga NU yang memilih PDI-P, ternyata, jauh lebih banyak dibanding PKB.

“Saya mau buka data dari Alfara Institut. Penyebaran warga NU itu 28 persen ke PDI-P, ke Gerindra 18 persen. Suara warga NU ke PKB masih 10 persen, apalagi ke PPP cuma 5 persen,” demikian KH As’ad Said Ali dalam sebuah dialog kebangsaan.

Karena itu, upaya sejumlah pihak menghidupkan kembali Masyumi, diyakini tidak bakalan berhasil. Cak Firman memberikan empat catatan. Pertama, berdasarkan hasil survey LSI tahun 2019 lalu, Ormas Islam terbesar di Indonesia adalah NU, yaitu 49,5 persen.

“Sedangkan massa NU yang besar itu, sudah dipastikan tidak akan bergabung ke dalam Partai Masyumi Reborn. Kalau pun ada yang bergabung, itu satu dua saja yang, sifatnya oknum dan tidak seberapa besar pengaruhnya di tengah-tengah massa NU,” tegasnya.

Kedua, Ormas Muhammadiyah yang dulu menjadi anggota istimewa Partai Masyumi, menurut LSI hanya berjumlah 4,3% dari seluruh penduduk muslim indonesia. Jumlah sekecil itu pun sudah tersebar di PAN, PBB, PKS dan Golkar.

Ketiga, Kekuatan Masyumi dulu bertumpu pada kaum Pegawai Negeri Sipil (PNS), karena waktu itu Pegawai Negeri Sipil masih boleh aktif berpolitik. “Sekarang Pegawai Negeri Sipil sudah tidak boleh aktif di politik, bahkan, TNI-POLRI tidak punya hak pilih,” terangnya.

Parpol Islam No

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa, inti dari Masyumi lama adalah Islam priyayi alias Islam kota yang, banyak diikuti oleh pegawai pemerintah. Ini tidak mengherankan kalau Muhammadiyah sebagai anggota Istimewa Masyumi lama alias sebagai inti dari Masyumi lama, merupakan Ormas PNS, didirikan oleh PNS Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat yang bernama Mas Ngabehi Ngabdul Darwis alias Ahmad Dahlan.

“Ormas ini didukung penuh oleh Sultan HB VII beserta segenap jajaran PNS maupun militer Kraton yang, pada gilirannya Ormas ini sangat disukai dan diikuti oleh para pegawai negeri hingga saat ini,” tambahnya.

Tapi, ujar Cak Firman, posisi pegawai negeri sipil sekarang dilarang aktif politik, sehingga partai-partai politik berbasis eks Masyumi sulit berkembang, termasuk kemungkinan besar Bakal Calon Parpol Masyumi Reborn.

Keempat, Pemahaman Islam Isoteris saat ini lebih dianut bangsa Indonesia ketimbang pemahaman Islam eksoteris, yang disimbolkan dengan semboyan ‘Islam Yes Parpol Islam No’. “Ini semakin menyulitkan Partai Masyumi Reborn untuk bergerak. Menurut saya hanya akan buang-buang energi saja,” pungkas aktivis Generasi Madura Moderat ini. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry