PROBOLINGGO | duta.co – Muhammad Arwani, nampak sibuk merangkai sebuah bingkai. Bingkai berukuran 1×2 meter itu akan digunakan sebagai tempat karya kaligrafinya. Karya kaligrafi tersebut sedikit berbeda dengan kaligrafi pada umumnya. Dengan menjadikan lem tembak sebagai bahan utama dalam pembuatan kaligrafi tersebut.
Menjadikan kain sebagai media kaligrafinya, Arwani mulai menuliskan huruf per huruf dari kalimat yang akan dijadikan kaligrafi itu. Remaja kelahiran 2001 itu nampak sangat teliti saat menuliskan kaligrafi dengan lem tembak yang sudah dipanaskan. Setelah jadi, hasil yang terlihat sangat memuaskan dan memiliki nilai jual.
Arwani pun memasang hasil kaligrafi buatannya di bingkai yang sudah dihiasi oleh lampu.
“Yang saya kerjakan saat ini merupakan pesanan dari santri putri dan akan dipajang,” jelasnya kepada duta.co, Senin (26/7/2021).
Dia seorang santri di Pondok Pesantren Darullughah Wal Karomah (DWK) yang terletak di Kelurahan Sidomukti, Kecamatan Kraksaan, Kabupaten Probolinggo.
Arwani mengatakan, modal untuk membuat kaligrafi itu sekitar Rp 500.000 dan bisa dijual hingga Rp 1 juta. Bahan pokok yang digunakan pun cukup sederhana, yakni lem tembak, plastik warna, kain, mika dan kayu.
“Untuk waktu pengerjaan tidak pasti, karena saya mengerjakannya saat tidak ada kegiatan di pondok. Saya belajar kaligrafi sudah dari kecil dan memang hobi saya,” ujarnya.
Hal-hal berbau seni kaligrafi memang sudah tidak asing baginya karena ia memang tumbuh besar di lingkungan pesantren. Arwani sendiri merupakan salah seorang putra dari pemilik Ponpes di Yogyakarta yang merantau ke Kabupaten Probolinggo untuk menimba ilmu.
Arwani mengungkapkan, di tengah pandemi Covid-19 seperti ini bukan berarti tidak ada kesempatan untuk berkarya, bahkan hal ini bisa dijadikan sebagai peluang usaha.
“Kita bisa berkarya di mana saja. Meskipun sedang berada di pesantren dengan segala keterbatasan, namun bukan berarti kita tidak bisa berkarya,” pesannya. hul
