Oleh : Candida Andriadi

 

DUNIA diabang resesi pada tahun 2023. Apa itu resesi? Resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Selama resesi ekonomi, orang kehilangan pekerjaan, perusahaan membuat lebih sedikit penjualan dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun.

Dana Moneter Internasional (IMF) dan lembaga bank internasional lainnya mengindikasikan bahwa beberapa negara di dunia termasuk negara besar seperti Amerika Serikat, Eropa, dan China akan mengalami perlambatan ekonomi terdalam, bahkan berpotensi masuk ke jurang resesi 2023.

Dampak Covid-19 yang belum memulihkan perekonomian di banyak negara di perparah dengan berlarut-larutnya konflik perang Rusia dengan Ukraina yang merupakan negara lumbung pangan dunia semakin mempercepat dunia ke jurang resesi.

IMF dalam laporannya menyebutkan negara maju yang berpotensi terkena resesi tersebut menyumbang sekitar sepertiga dari ekonomi global, sehingga dampaknya akan meluas. Sebagai informasi, secara teori resesi adalah penurunan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut. Resesi ekonomi dapat memicu penurunan keuntungan perusahaan, meningkatnya pengangguran, hingga kebangkrutan ekonomi.

Resesi ini diawali dari krisis, yaitu perekonomian negara yang mengalami penurunan secara drastis. Dampak dari dua hal tersebut diatas menyebabkan adanya krisis energi dan krisis pangan di banyak negara dunia. Tinggi harga energi ( minyak bumi dan gas alam) dan harga pokok pangan dunia ( gandum, minyak nabati dan daging) menyebabkan terjadinya inflasi yang tinggi juga. Bukan tidak mungkin harga utilitas dan biaya pangan yang tinggi akan merampas daya beli masyarakat dunia.

Awal resesi tahun 2023 ini telah ini ditandai dengan dua hal, yakni pertama adalah bank sentral menaikkan suku bunga untuk menghadapi inflasi yang tidak terkendali. Dan kedua, krisis ini juga disebabkan oleh ketegangan geopolitik.

Ketegangan Rusia-Ukraina di Eropa itu baru sampiran. Banyak ahli mengatakan bahwa konflik utama kedepannya nanti antara Tiongkok dan Amerika Serikat semakin memperparah krisis ekonomi 2023 karena merupakan negara dengan perekonomian terbesar ke-1 dan ke-2 di dunia.

Dampak dari krisis ini sudah terlihat dari peningkatan imbal hasil (yield) obligasi, akibat pengetatan Bank Sentral AS The Fed. Seperti diberitakan sebelumnya, The Fed sudah menaikkan suku bunga 5 kali tahun 2022 ini secara agresif sehingga mencapai 3,75 – 4% di bulan November 2022 ini yang merupakan pengetatan tercepat dalam sejarah.

Naiknya yield obligasi itu memicu krisis keuangan di Inggris hingga mencapai resesi. Sebab, posisi utang negara Inggris sudah tinggi dan tingkat pajak di negara tersebut juga tinggi sehingga membebani masyarakat. Diikuti beberapa negara yang sudah memasuki resesi di tahun 2022 seperti Sri Lanka, Argentina, El Savador dll.

Disebabkan inflasi yang tinggi, bank sentral di berbagai negara menaikkan suku bunga dengan agresif. Dua faktor tersebut menjadi ‘duet maut’ yang membawa dunia ke resesi.

Inflasi membuat daya beli masyarakat menurun, sedangkan suku bunga tinggi membuat ekspansi dunia usaha terhambat begitu juga dengan belanja rumah tangga. Resesi pun menjadi keniscayaan.

Terlalu cepatnya bank-bank sentral dunia dengan menaikkan suku bunganya menyebabkan perekonomian banyak negara menjadi stagnan bahkan menurun dikarenakan daya beli masyarakat dunia yang turun tajam (harga-harga pokok naik).

Stagflasi merupakan periode pelambatan atau stagnannya perekonomian disertai dengan inflasi yang tinggi. Sementara resesi merupakan kontraksi pertumbuhan ekonomi setidaknya dalam dua kuartal beruntun. Efek keduanya sama-sama buruk bagi perekonomian maupun masyarakat, tetapi stagflasi bisa lebih parah.

Ketika inflasi tinggi dan produk domestik bruto (PDB) melambat atau stagnan, maka perlahan-lahan kondisi ekonomi akan semakin memburuk atau mati secara berlahan-lahan.

Saat kondisi perekonomian memburuk, pemutusan hubungan kerja (PHK) akan terjadi secara masif, dan tingkat pengangguran akan meroket. Inflasi dan tingkat pengangguran yang tinggi bisa menjadi ciri khas dari stagflasi. Sebab, keduanya biasanya berkebalikan.

Bukan tidak mungkin kerusuhan sosial dalam masyarakat dunia akan timbul dikarenakan PHK, penurunan pendapatan, pengganguran yang tinggi akan terjadi di banyak negara.

Resesi ekonomi diibaratkan seperti penyakit kanker yang menjalar di seluruh dunia. Dalam artikel Majalah Time yang terbit Kamis (13/10/2022), Dr Doom mengatakan dunia akan menuju kebangkrutan besar-besaran dan krisis finansial yang berlarut-larut.

Keunikan resesi ekonomi 2023 adalah inflasi yang tinggi di barengi dengan stagflasi ekonomi yang parah pasca pandemi Covid -19. Setiap negara di dunia harus siap dan waspada menghadapi badai krisis ekonomi dunia 2023 ini.

 

*Penulis adalah Kepala MSKI KPPN Surabaya I

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry