Keterangan foto nafashadhramaut.id

PASURUAN | duta.co – Syeikh Dr Muhammad bin Ali Ba’athiyah, Rektor Universitas  Imam Syafi’i Mukalla, Hadramaut, Yaman, sebagaimana terunggah di nafashadhramaut.id, Senin (28/11/22) mengawali safari dakwahnya di Pasuruan.

Sang penulis kitab Ghoyatul Muna itu, langsung mengunjungi rumah Habib Abu Bakar bin Muhammad As-Seggaf. Tampak Habib Taufiq, putra Habib Abu Bakar menyambut dengan gembira.

Saat itu, Dr Muhammad sempat membacakan sebagian dari isi ‘Ghoits Sahabah Al-Mathirah’, sebuah syarah dari syair-syair yang digubah oleh Mufakkir Islam, Habib Abu Bakar Adni bin Ali Masyhur Rahimahullah.

Setelah salat ashar, Dr Muhammad hadir dalam hadrah mingguan di makam Habib Alwi As-Seggaf yang dipimpin langsung Habib Taufiq bin Abdul Qadir As-Segaff, Ketua Rabitah Alawi Indonesia.

Acara berlangsung khusyuk. Apalagi, semua mafhum, bahwa, Habib Alwi bin Seggaf juga seorang ulama besar dari Hadramaut, Yaman. Lahir di Sewun 13 Ramadhan 1267H, lalu mengikuti Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi, pemilik maulid ‘Simtu Ad-Dhuror.’

Pada tahun 1306 H beliau pergi ke bumi nusantara, Gresik, Jawa Timur. Tepatnya di kediaman Al-Qutbh Habib Abu Bakar As-Seggaf. Beliau berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyebarkan ilmu yang telah Allah titipkan kepadanya.

Hadrah Basaudan di makam Habib Alwi As-Seggaf, itu berlangsung usai salat ashar. Suara masyarakat yang hadir terdengar riuh, saling memanggil, menderu mengharap cucuran keberkahan. Semua terlihat sangat antusias.

Hadrah Basaudan adalah sebuah syair-syair gubahan dan pilihan Syekh Abdullah Basaudan yang berasal dari Dau’an, Hadramaut, Yaman. Kealimannya tidak teragukan lagi, beliau adalah rujukan para masyarakat bahkan ulama pada zamannya. Beliau juga dimasukkan dalam tujuh orang grand atau legend ‘fuqaha as-Sab’ah’ tujuh ulama yang memiliki ilmu luas di Hadhramaut.

Kehadiran Muhammad bin Ali Ba’athiyah di acara ini, membuat masyarakat takjub akan wibawa dan cahaya yang beliau bawa. Masyarakat perlahan membuka jalan hingga beliau masuk ke kubah dan beliau bersalaman langsung dengan Habib Taufiq bin Abdul Qadir As-Seggaf.

Di sini, Dr Muhammad bin Ali Ba’athiyah menyampaikan taushiyah sambil menunggu datangnya waktu maghrib. Taushiyah itu diterjemahkan langsung Habib Taufiq As-Seggaf. Isinya benar-benar menggetarkan hati.

Dr Muhammad menyampaikan: “Bahwa kita perlu bersyukur karena bisa hadir ke tempat seperti ini. Di sini Allah turunkan makanan buat ruh. Majelis ini adalah tempat hadirnya malaikat, saat malaikat hadir, dia akan mengajak malaikat lain untuk hadir. Sehingga yang datang ke majelis seperti ini, disebut ‘julasa al-Malaikah’ orang-orang yang duduk bersama malaikat,” jelasnya.

Hadir Lengkap 3 Unsur

Menurut Dr Muhammad, berbahagialah orang-orang yang bisa duduk dalam majelis seperti ini.  Orang yang hadir di acara ini disebut dengan kata ‘RIJAL HADHROH’, artinya seseorang hadir ke majelis ini beserta jasad, ruh dan hatinya. (kehadiran tiga komponen) itu penting, karena (setiap) makhluk itu terdiri dari tiga unsur.

Pertama, jasad bagian luar. Kedua, batin, para ulama menyebutnya dengan alam yang ‘mitsali’, dan ketiga adalah ruh. Ruh diciptakan sebelum tubuh ini ada, kemudian ruh ini dimasukkan ke dalam tubuh. Maka, setiap orang perlu menghadirkan semua unsur-unsur ini,” tegasnya.

Menurut  Dr Muhammad, hal ini serupa dengan pondasi agama. Pertama, rukun Islam yang mengurus masalah ‘dhahir’. Kedua, iman berhubungan dengan ‘batin’. Sedangkan ihsan mengurusi masalah ruh.

“Jasad butuh dengan makanan, batin dan ruh juga butuh makanan. Makanannya adalah dengan menghadiri majelis-majelis zikir, hadhrah dan lainnya. Ini  seperti filter yang akan menyaring, melunturkan dan membersihkan dosa-dosa kita. Berkat ulama dan doa yang ada di dalamnya sehingga kita bisa merasa menjadi lebih baik lagi,” terangnya.

Maka, lanjutnya, orang yang hadir ke tempat seperti ini, perlu meningkatkan kualitas niatnya. Dan, setiap orang yang hadir memiliki tujuan dan keinginan masing-masing. “Ada orang yang hadir dengan hati yang bersih. Ada yang menggantungkan niatnya pada para ulama. Ada juga yang datang karena sudah menjadi kebiasaannya hadir, ada pula yang hadir karena orang lain,” jelasnya.

Tapi, tegas Dr Muhammad.  ketahuilah, bahwa Allah Swt tidak memperlakukan mereka dengan niat individunya. Allah Swt menggabungkan niat mereka yang kurang kepada yang niatnya lebih besar dan sempurna. “Sehingga orang yang lalai dimasukkan kepada orang yang sempurna. Lantas dikatakan kepada mereka yang hadir di majelis seperti ini: Bubarlah kalian dalam keadaan sudah terampuni,” tegasnya.

Lalu, malaikat bertanya: “Sesungguhnya di majelis itu ada fulan yang hadir hanya karena tujuan lain? Pertanyaannya pun dijawab: Ketahuilah, bahwa, tidak akan ada yang celaka jika seseorang ikut hadir dalam perkumpulan seperti ini,” urainya. (sumber: nafashadhramaut.id)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry