????????????????????????????????????

Rudi Umar Susanto, MPd 

Dosen Mata Kuliah Pengajaran Sastra Anak

S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

PENGALAMAN merupakan sesuatu proses yang harus dilalui manusia yang teringat melalui peristiwa-peristiwa yang sudah terjadi dan di dalam peristiwa itu ada sebuah unsur perasaan, emosi, penderitaan, kejadian, keadaan, dan kesadaran. Setiap manusia pasti memiliki sebuah pengalaman, baik pengalaman yang membuat hatinya menjadi senang, maupun sebuah pengalaman yang membuat perasaan menjadi sedih.

Pengalaman terbentuk ketika manusia menghadapi situasi peristiwa yang sudah terjadi dan peristiwa tersebut menghasilkan ingatan yang bagus ataupun kurang bagus untuk lebih ditingkatkan ke depannya, sehingga peristiwa selanjutnya bisa menghasilkan ingatan yang lebih bagus lagi.

Pengalaman semakin bertambah jika seseorang telah banyak melalui peristiwa yang dihadapi. Pengalaman yang bagus tercipta jika seseorang mempunyai kesadaraan untuk memperbaiki pengalaman sebelumnya dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan peristiwa yang dihadapinya dengan baik, serta dapat menerima tanggapan dari orang sekitarnya tanpa menimbulkan suatu masalah.

Dalam arti luas, pengalaman berarti persepsi dalam tingkat sederhana. Pengalaman menunjukkan sentuhan dari indra dengan peristiwa, tetapi hasilnya tidak murni.

Menurut Aristoteles, pengalaman dapat diartikan sebagai persepsi partikular tidak digolongkan sebagai pengalaman, beliau mengatakan pengalaman terbentuk melalui konsentrasi, perpaduan kental antara banyak persepsi dan hasil ingatan akan jenis hal yang sama dan dalam perpaduan kental itu, elemen yang sama ditangkap dalam sebuah gambaran yang sistematis.

Setiap pengalaman yang penting dan fenomenal akan menjadi sebuah catatan sejarah yang ada di daerah atau lokasi tersebut. Banyak pengalaman–pengalaman yang telah ditetapkan sebagai catatan sejarah maupun artefak di masyarakat.

Pengalaman Menuju Karya Sastra

Dalam proses penciptaan sebuah karya sastra, seorang pengarang berpijak dari suatu pengalaman yang berkesan dan ditorehkan dalam wujud karya fiksi (Karya Sastra), dapat berupa puisi, cerita pendek, maupun novel. Karya sastra merupakan cermin dari sebuah realitas kehidupan sosial masyarakat.

Sebuah karya sastra yang baik memiliki sifat-sifat yang abadi dengan memuat kebenaran-kebenaran hakiki yang selalu ada selama manusia masih ada (Sumardjo dan Saini, 1991:  9).

Taine (dalam Endraswara, 2008: 17) mengungkapkan bahwa sastra tidak hanya sekadar karya yang bersifat imajinatif dan pribadi, tetapi dapat pula merupakan cerminan atau rekaman budaya, suatu perwujudan pikiran tertentu pada saat karya itu dilahirkan. Hal ini berarti setiap orang dapat melihat realitas sosial dalam sebuah karya sastra bahkan sebagian karya sastra menjadi representasi terhadap kebudayaan masyarakat tertentu.

Semua hal yang terangkum dalam karya sastra tidak terlepas dari berbagai problematik yang dialami manusia baik secara pribadi maupun secara kolektif. Menanggapi dan menghadapi masalah-masalah tersebut manusia akan melakukan sebuah usaha atau perjuangan menentukan masa depan yang lebih baik berdasarkan imajinasi, perasaan, dan intuisinya.

Dengan demikian, perjuangan panjang manusia dalam memaknai kehidupan akan selalu melekat dalam teks sastra. Disadari atau tidak karya sastra menjadi model bagi kehidupan pembaca. Setiap persoalan maupun gambaran hidup yang dialami tokoh dalam cerita akan menimbulkan perenungan atau refleksi bagi pembaca untuk menentukan sikap dan tindakannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Uraian ini menunjukkan bahwa karya sastra tidak lahir begitu saja. Ada proses yang mendorong munculnya karya sastra dengan keberagaman tema dan aspek kehidupan masyarakat, yaitu proses kreatif pengarang yang berusaha menciptakan karya untuk menggambarkan nilai-nilai didaktis dengan kreasi estetis yang berasal dari pengalaman pengarang.*

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry