JAKARTA | duta.co – Untuk menjadi taruna Akademi Kepolisian (Akpol) sangat sulit. Seorang warga sudah berkali-kali memasukkan anaknya ke Akpol selalu gagal. Padahal sudah banyak biaya dia keluarkan untuk memasukkan anaknya di Akpol tersebut. Setelah masuk Akpol, menjalani pendidikan, belum tentu bisa dengan mudah lulus pendidikan. “Yang jelas sangat sulit. Baik saat mau masuk, atau akan lulus. Soal video itu, ya wallahu a’lam, saya tidak tahu,” kata Yusuf, Jumat 30 Juni 2017.

Saat ini memang sedang viral video sejumlah orangtua murid melakukan protes pada sidang penetapan lulus taruna akademi kepolisian (Akpol) dan sidang lulus sementara tamtama Polri Tahun Ajaran 2017 di Polda Jawa Barat.
Video berdurasi 2 menit 17 detik tersebut nampak berlatar di sebuah ruangan yang jadi tempat sidang.
Nampak sejumlah orangtua para taruna sudah protes dengan nada tinggi di ruang sidang.

“Rangking 15 dari 23 tidak bisa masuk, hah!!…pakai ini,” ujar seorang bapak, sambil mengangkat telunjuknya di kepala seperti dalam tayangan video.

Tak hanya bapak-bapak, sejumlah ibu-ibu juga nampak terlihat kesal. “Diolah, diolah, diolah terus diolah ini, angka-angka ini diolah semuanya,” ujar seorang wanita.

“Untuk apa di luar Pak, enggak usah tes aja deh, enggak usah, tunjuk aja orang-orangnya siapa yang mau lulus gitu aja,” seru seorang perempuan lagi.

“Tanggapan panitia apa? Panitia jangan diam aja. Mana panitia,” teriak seorang pria lagi.

Seorang berbaju putih telihat sedang menenangkan seorang bapak yang nampak kesal. “Saya enggak terima Pak, entar dulu Pak,” ujar pria tersebut seolah tak mau meredam amarahnya.

Para orangtua yang kesal nampak riuh dengan berbagai argumen mereka. Situasi di ruangan tersebut nampak di jaga oleh petugas provost polisi. Ada pula pria yang diduga peserta seleksi Akpol nampak menangis.

Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Komisaris Besar Martinus Sitompul saat dikonfirmasi kemarin menyatakan, Mabes Polri akan mempelajari video yang beredar tersebut sebelum memberi kesimpulan mengenai kejadian tersebut. Namun, Martinus mengakui pihaknya sudah mendengar kabar adanya orangtua yang tidak puas soal sidang Akpol ini.

“Sampai saat ini memang ada informasi bahwa ada ketidakpuasan masyarakat, tentu ini akan kami dalamin, kami pelajari. Bila nanti ini terkait dengan adanya satu pelanggaran-pelanggaran tentu akan kita tindaklanjuti,” ujar Martinus di Mabes Polri, Jakarta.

Martinus mengatakan, pada prinsipnya dalam penerimaan calon anggota, Polri menerapkan prinsip “Betah” yang merupakan akronim dari bersih, transparan, akuntabel dan humanis.

“Di mana setiap tes itu kita sampaikan nilainya, sehingga sejak awal orang tahu, nomor urut berapa dia, dan kira-kira dia masuk atau tidak, seperti itu. Jadi secara terbuka, di mana-mana sudah dilakukan seperti itu,” ujar Martinus.

Martinus mengatakan, sistem penerimaan berdasarkan kuota. Setiap Polda memiliki kuota masing-masing.

Ada hitungannya tersendiri untuk menentukan kuotanya berapa. Misalnya, jika ada 100 orang peserta, minimal 5 sampai 10 persennya yang diambil untuk selanjutnya mengikuti tes lagi di tingkat pusat di Akpol Semarang.

Dengan mengikuti tes lagi, kata dia, diharapkan Polri mendapat calon anggota dengan kompetensi terbaik.

Nantinya di tingkat pusat, peserta dengan nilai terbaiklah yang disebut akan diterima. “Kalau sudah tingkat pusat maka nilai yang terbaik yang akan diterima,” ujar Martinus. (kcm, hud)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry