Novel Triangle of Destiny Karya Okin Lazuardi dan diluncurkan hari ini, Kamis 1 Mei 2024 di Masjid Al Wasathiyah Telkom Landmark Tower Surabaya. (dok/duta.co)

SURABAYA | duta.co  –  Meski belum pernah menginjak kakinya di tanah Palestina, Okin Lazuardi nama pena dari Mochamad Sholihin Lazuardi tidak menyurutkan niatnya membuat novel dengan latar belakang tragedi Palestina yang masih berlangsung sampai saat ini.

Perlu waktu tiga bulan bagi Okin pria yang lahir di Surabaya 23 Januari 1966 untuk menuntaskan karya nover perdananya yang diberi judul Triangle of Destiny Karya Okin Lazuardi dan diluncurkan hari ini, Kamis 1 Mei 2024 di Masjid Al Wasathiyah Telkom Landmark Tower Surabaya.

Berbeda dengan kebanyakan peluncuran novel di Resto, Café, Toko Buku ataupun Mall, Okin Lazuardi lebih memilih di masjid usai salat ashar disaksikan para jamaah. Dan isitimewanya Syekh Ahmed Abu Ajwa, nara sumber warga Palestina yang keluarganya terdampak di Gaza dan sedang menyelesaikan  study di FK Unair sekaligus inspirator Okin Lazuardi dalam menulis novel ini menceritakan kejadian yang sebenarnya di Palestina.

“Kejadian di Palestina sangat memprihatinkan dengan berbagai keterbatasan. Namun di balik semua itu, warga Palestina justru makin kuat secara mental. Bahkan ada saudara yang ditawarkan pindah ke Indonesia dengan tegas menolak dan akan menjadi visitor saja,” jelas  Syekh Ahmed Abu Ajwa.

Menurutnya karya Okin Lazuardi novel yang indah yang mewakili beberapa aspek kehidupan selama perang di Gaza. Mewakili makna cinta di masa perang dan bersikeras untuk hidup meski hidup sulit.

Dan memang interaksi dengan  Syekh Ahmed Abu Ajwa yang menjadi lecutan semangat Okin Lauardi untuk mengungkapkan keprihatinnya dalam sebuah karya novel. Dengan konsep novel fiksi, Okin Lazuardi menggambarkan tragedi perang di Palestina khususnya Gaza dalam balutan kalimat sederhana yang mudah dicerna termasuk dari sisi kemanusiaan.

Okin Lazuardi mengakui selain cerita dari  Syekh Ahmed Abu Ajwa perlu melakukan mengumpulkan data dan research di dunia maya. Dari perpaduan itulah, Okin Lazuardi mengemas novel Triangle of Destiny menjadi karya.

“Tidak mudah memang mengumpulkan data-data yang ada, apalagi dengan mengambil setting di Palestina. Negara yang terus terjadi konflik dan belum pernah menginjakkan kaki disana,” kata Okin Lazuardi anak terakhir dari lima bersaudara menempuh pendidikan S1 di Universitas Muhammadiyah Jember dan S2.

Namun demikian bagi Okin pensiunan PT  Telkom Regional V Jatim Bali Nusra yang kini masih aktif sebagi dosen tamu bukan menjadi halangan untuk berkarya dengan membuat novel. Meski pertama membuat novel, dengan bekal jiwa sastranya Okin memberanikan diri dengan segala perjuangan, termasuk budgeting sampai lahir menjadi karya yang siap dipasarkan.

“Novel ini masih terbitan indie, harapannya bisa dilirik penerbit mayor seperti Gramedia, Bina Insani dan penerbit besar lainnya. Bahkan kalau mungkin dijadikan bahan inspirasi sebuah flm tidak masalah,” jelas Okin.

Okin menceritakan tiga tokoh dalam novel ini yakni Ahmed, Abadard dan Anthena fiksi namun dikorelasikan dengan kejadian yang sebenarnya terjadi di Palestina. Suasana Palestina kembali mencekam dan ketiganya dipertemukan oleh takdir yang tidak dapat mereka rubah.

“Cinta, menjadi dasar takdir mereka bertemu di suatu masa. Cinta mana yang akan menang dalam takdir yang sangat tidak teruga ini? apakah cinta itu akan tetap menjadi tujuan dalam kisah ini? itulah liiku-liku yang ditampilkan dalam novel ini,” ujar Okin.

Ditanya target dari novel ini, Okin mengatakan tidak memiliki target khusus dalam penjualan. Pasalnya novel perdana, bisa tuntas proses pembuatan dan dipasarkan sudah merupakan kebanggaan dari sebuah ide yang dituangkan dalam novel.

“Target selanjutnya akan buat karya yang lebih serius seperti novel religius, soal kematian dan sejenisnya.”

Bagi pembeli novel Triangel ini ada banyak gimmick yang bisa didapatan. Diantaranya gantuangan kunci, bendera palestina, totebag khas Palestina dan lain-lain. Imm

Novel Triangle of Destiny Karya Okin Lazuardi dan diluncurkan hari ini, Kamis 1 Mei 2024 di Masjid Al Wasathiyah Telkom Landmark Tower Surabaya. (dok/duta.co)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry