PELANTIKAN : Rektor UIN Malaki Malang, Prof Dr Abdul Haris (tengah) bersama dua Guru besar yang baru saja dikukuhkan, yakni Prof Dr HA Muhtadi Ridwan MAg dan Prof Dr drh Hj Bayyinatul Muchtaromah MSi. (duta.co/dedik ahmad)

MALANG | duta.co – Universitas Islam Negeri (UIN) Malik Ibrahim Malang meski di masa pandemi terus giat memproduksi Guru Besar. Bahkan targetnya, total 35 profesor yang dikukuhkan.

Menurut orang nomer satu di UIN Malik Ibrahim (Maliki) di masa periode kepemimpinan, Rektor Prof Dr Abdul Haris sudah menambah 12 Guru Besar. Dimana tahun lalu sudah menelorkan 6 Guru Besar, dan sampai Agustus 2020 6 lagi. Total nanti 35 Guru Besar yang diproduksi kampus ini.

“Selama saya menjabat Rektor, memang ada empat prioritas program kerja. Salah satunya ialah percepatan Guru Besar di lingkungan kampus ini,” ungkap Prof Abdul Haris, Rabu (12/08/2020).

Lebih lanjut, Rektor UIN Maliki Malang juga membeberkan program prioritas kerja yang lain, yakni percepatan studi S3 bagi dosen. Termasuk juga percepatan kenaikan pangkat bagi dosen maupun karyawan, serta peningkatan penguasaan bahasa asing bagi mahasiswa dan tenaga pendidik di lingkungan kampus Islam ini.

Menurutnya, langkah mendorong memproduksi Guru Besar merupakan upaya untuk mewujudkan visi misi UIN Maliki yang ingin bertaraf internasional. Tak tanggung-tanggung dalam bulan ini direncanakan ada enam calon profesor yang akan dikukuhkan menjadi Guru Besar.

“Ini supaya cepat dan efisien. Apalagi pengukuhan di masa pandemi seperti ini akan meminimalkan undangan. Andai kata ada kehadiran undangan, itu pun terbatas dan melewati protokol ketat,” tandas Prof Abdul Haris.

Sementara itu, Guru Besar yang kali ini dikukuhkan ialah Prof Dr HA Muhtadi Ridwan MAg dari bidang ilmu ekonomi syariah. Serta satunya lagi, Prof Dr drh Hj Bayyinatul Muchtaromah MSi dari bidang ilmu Biologi.

Prof Bayyinatul sendiri dalam orasi ilmiahnya memfokuskan pada pengembangan jamu tradisional yang berbasis nano teknologi. Dimana dalam penelitiannya selama lima tahun  berupaya menyetandarkan dan membuat saintifikasi herbal di Indonesia. Hal ini lantaran meningkatnya kesadaran masyarakat akan penggunaan produk alami seperti jamu sebagai alternatif obat.

“Hal ini merupakan peluang besar bagi para peneliti maupun industri jamu dan UMKM tentunya,” ungkap Prof Bayyinatul.

Data menunjukkan bahwa pengembangan jamu tradisional dengan memanfaatkan sentuhan teknologi nano sangat prospektif. Sehingga jamu akan bisa menjadi solusi di dalam memelihara kesehatan yang diakui oleh sistem pengobatan modern dan pada gilirannya juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. dah

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry