SURABAYA | duta.co – Anda menyaksikan kajian Tafsir Al Mishbah Metro TV, Jumat (1/6/2018) pagi, membedah Surat Az-Zumar (39) ayat 65-70? Acara yang dipandu (host) Hilbram Dunar, menghadirkan penulisnya, Prof Dr Quraish Shihab yang notabene Direktur Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ) ini, menarik untuk disimak.

Dimulai dari ayat 65, artinya: “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”

Prof Quraish Shihab menegaskan, bahwa, prinsip dasar agama-agama samawi adalah tauhid, meng-Esa-kan Allah. Tauhid itu ibarat matahari. Karena matahari bersinar, maka, kehidupan menjadi ada.

“Seandainya matahari tidak memberikan sinar yang cukup, maka, kehidupan akan layu,” jelas Prof Quraish Shihab sambil menekankan, saking pentingnya tauhid, siapa pun yang menyekutukan Allah, maka, sia-sia amalnya.

Ia kemudian menjelaskan hakekat (makna) ibadah. Ibadah itu bertingkat secara hakekat. Pertama, hamba yang merasa melakukan seluruh aktifitasnya semata-mata untuk menjalankan perintah Allah dan meninggalkan laranganNya.

“Kalau diibaratkan kerja, dia professional, maka, seluruh yang dikerjakan sesuai dengan kontrak. Dia mencintai keluarga, karena Allah juga memerintahkan kita mencintainya,” tegasnya.

Kedua, tidak pernah menanggap apa yang ada pada diri ini miliknya, melainkan milik Allah swt. Kalau semua itu milik Allah, maka, tidak ada barang yang tidak berharga.

Ketiga, tidak menentukan suatu kecuali insya-Allah. Sekedar contoh, “Misalnya ada seorang pembantu rumah tangga membuat janji dengan temannya, maka, tergantung izin dari majikannya, seperti itu,” jelasnya.

Acara yang dihadiri bintang tamu Sarwana, ini semakin menarik ketika Prof Quraish menjelaskan tentang pujian kepada Allah. Jangan dikira kalau kita memuji Allah itu, sesuai dengan kebesaran Allah, tidak. Jangan dikira penghormatan kita kepada Allah itu, sesuai dengan keagungan Allah, tidak.

“Pujian Anda kepada Allah swt itu, hanya sebatas pengetahuan Anda. Karena itu, Imam Al-Ghozali selalu beristighfar, mohon ampun kepada Allah ketika memuji-Nya karena pujian itu hanya sebatas yang dimiliki, dan itu jauh dari keagungan Allah swt.” tegasnya.

Prof Quraish juga melempar tanya, bolehkah kita bilang Tuhan itu buruk? Tentu tidak. Karena itu, yang buruk tidak boleh disematkan kepada Allah swt. “Makanya, kalau Anda di tempat yang buruk, seperti MC, tidak boleh menyebut Asma Allah swt.” lanjutnya.

Bahkan, tambah Prof Quraish, Imam Malik memberikan contoh yang sangat gamblang. Misalnya, ketika kita menyaksikan ada orang yang sangat miskin, lalu kita iba dan mengucapkan kalimat ‘orang ini miskin sekali, mudah-mudahan Allah menolongnya’.

Sekilas kalimat ini bijak, tetapi, kalau sampai gara-gara kalimat itu, kemudian si miskin berucap, ‘Selama ini saya sudah ucapkan nama Allah, sudah minta kepadaNya, tetapi selama ini pula tidak ada  kebaikan kepada saya’, maka, kalimat yang seakan bijak itu, justru merusak nama Allah swt.

“Sama dengan ketika Anda takbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar…, ternyata takbir Anda itu membuat orang lain mengatakan Islam itu apa? Maka, takbir Anda tidak mencerminkan kebesaran Allah, sebaliknya merusak nama Allah swt,” tegasnya sambil memberi contoh, bahwa ISIS yang membunuh orang dengan takbir, itu sesungguhnya merusak nama Allah swt. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry