“Persepsi masyarakat yang menganggap, bahwa, siswa dari program IPA adalah siswa yang cerdas dan siswa program IPS kurang cerdas, adalah keliru.”

Oleh: Khoirul Muttaqin, SS, MHum*

DUA bidang ilmu pengetahuan, masing-masing Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), sesekali dibenturkan oleh masyarakat. Persepsi masyarakat berbeda-beda tentang kedua bidang tersebut. Banyak orang menilai, IPA adalah ilmu pengetahuan yang eksklusif, tidak mudah diikuti oleh setiap orang. Sebaliknya, IPS merupakan ilmu yang lebih mudah diikuti semua orang.

Persepsi lain masyarakat, IPA itu identik orang-orang cerdas dan disiplin. Sebailiknya, IPS identik orang-orang yang kurang cerdas dan kurang bergaul.  Akhirnya, di tingkat sekolah menengah, orang tua lebih mendorong anaknya memilih IPA. Itu dapat dilihat dari lebih banyaknya siswa memilih jurusan IPA pada tahun 2014.

Bahkan menurut Kepala Unit Implementasi Kurikulum (UIK) Kemendikbud, Tjipto Sumadi, tahun itu (1914) sebanyak 90% siswa memilih IPA. Tjipto menambahkan, selain siswa memilih sendiri, ternyata mereka juga diintervensi orang tua. Sementara itu, program IPS malah dijadikan tempat pelarian bagi siswa yang, tidak masuk program IPA.

Tetapi, ionisnya, kondisi program IPA maupun IPS, pada tingkat universitas, condong berubah. Banyak siswa yang pada tingkat SMA memilih program IPA, tiba-tiba beralih ke IPS saat memilih jurusan di kampusnya.

Hal itu terlihat dari data jurusan yang paling banyak dipilih melalui jalur SBMPTN dan SNMPTN beberapa tahun terakhir. Ironisnya lagi, dalam ranah ini, peran orang tua cenderung lebih pasif. Fenomena tersebut menggambarkan, bahwa, sebenarnya keahlian bersosial juga dirasakan penting oleh setiap orang.

Pada dasarnya, kedua bidang tersebut memang mempunyai kosentrasi masing-masing. IPA berkosentrasi pada penelitian yang kaitanya dengan alam. Sehingga hal ini penting karena pada umumnya eksplorasi alam adalah modal utama keberlangsungan hidup manusia secara lahir.

Sementara itu, IPS dapat dikatakan berkosentrasi pada penelitian yang kaitanya dengan kebermanfaatan hasil alam pada masyarakat umum. Sebagai contoh, kalau di bidang IPA ditemukan benih padi varietas unggul, lalu ditanam dan dipanen, maka, tugas IPS adalah untuk mendagangkan hasil panen tersebut melalui ilmu ekonomi.

Berdasarkan hal tersebut, maka, tidaklah tepat jika persepsi masyarakat menyampingkan salah satu bidang pengetahuan saja. Persepsi masyarakat yang menganggap bahwa, siswa dari program IPA adalah siswa yang cerdas dan dari program IPS kurang cerdas, adalah keliru alias ‘salah kaprah’.

Karena kecerdasan manusia tidak melulu cakap di bidang IPA. Cakap di bidang IPS pun dapat dibilang cerdas. Hal itu sesuai dengan pernyataan Howard Gardner melalui konsep multiple intelligences. Gardner menyatakan bahwa kecerdasan mansusia ada delapan, yakni linguistik, kinestetik, logika-matematika, visual-spasial, musik, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Kedelapan kecerdasan tersebut tentu meliputi bidang IPA dan IPS.

Harus Dikolaborasikan

Di Indonesia, kepala pemerintahan atau presiden negara ini, ternyata, juga ada yang berasal dari jurusan IPA dan ada yang IPS. Di jurusan IPA ada Ir Soekarno, BJ Habibie, dan Ir Joko Widodo. Sementara itu, di jurusan IPS ada Gus Dur dan Megawati.

Soeharto dan SBY berasal dari sekolah militer yang tidak mengkhususkan program IPA atau IPS. Akan tetapi, SBY diketahui pernah kursus bahasa dan persenjataan atau teknologi, yang bisa dikategorikan IPA dan IPS.

Hal tersebut tentu menunjukkan bahwa orang sukses itu tidak hanya dari IPA atau IPS. Keduanya mempunyai potensi untuk mengantarkan seseorang meraih kesuksesan.

Terpenting dari semua itu: Janganlah kita memilih kedua jurusan tersebut karena gengsi. Pilihlah berdasarkan bakat dan kesukaan kita. Jika kita sudah memilih, maka, konsekuensinya harus kita dalami dan kita kembangkan agar mampu memberi manfaat bagi manusia dan lingkungan sekitarnya.

Selain itu, jika kita sudah memilih salah satu di antara kedua bidang tersebut, kita dapat berkolaborasi dengan seseorang atau kelompok dari bidang lain. Hal itu dikarenakan pada dasarnya kedua ilmu itu, saling melengkapi. Jika kedua ilmu itu dikolaborasikan, maka, akan semakin dapat dirasakan manfaatnya untuk umat manusia dan alam semesta. (*)

*Khoirul Muttaqin, S.S., M. Hum, pernah mengajar pada tingkat SD-SMA di beberapa sekolah dan saat ini menjadi dosen di FKIP Unisma.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry