(ki-ka) Wakil Ketua Umum Bidang SDM dan Ketenagakerjaan Kadin Jatim Nurul Indah Susanti yang juga menjabat sebagai Direktur Kadin Institute bersama Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto, Wakil Ketua Umum Bidang Promosi dan Perdagangan Luar Negeri Kadin Jatim Tomy Kaihatu yang juga menjabat sebagai Kepala Pengelola ECS, serta Tenaga Teknis Bidang Promosi dan Strategi Pemasaran Export Center Surabaya Fernanda Reza Muhammad saat Media Release Kadin Jatim, Kadin Institute dan Export Center Surabaya di Graha Kadin Jatim Surabaya, Senin (26/12/2022) sore. DUTA/ist

Kadin Jatim Lakukan Langkah Strategis di 2023

SURABAYA | duta.co – Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur memprediksi tren ekspor Indonesia di 2023 akan mengalami penurunan sekitar 20 persen. Hal itu karena prediksi akan terjadinya krisis ekonomi dan stagflasi di banyak negara sehingga mengakibatkan anjloknya permintaan secara global.

Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto mengatakan Bank Indonesia memperkirakan, realisasi ekspor Indonesia 2023 hanya mampu naik sebesar 6 persen hingga 6,8 persen. Angka itu di atas pertumbuhan perdagangan global yang menurut World Trade Organization (WTO) hanya mampu bergerak positif di angka 1 persen.

“Hal ini berarti tren kenaikan ekspor Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan turun sebesar 20 persen,” ujar  Adik saat usai memaparkan capaian Kadin Jatim 2022 di Graha Kadin, Senin (26/12/2022) sore.

Dikatakan Adik, agar kinerja ekonomi dalam negeri, khususnya Jawa Timur tetap bisa berjalan normal, maka Kadin Jatim akan melakukan sejumlah langkah strategis di tahun depan. “Ada tiga prioritas utama yang akan kami lakukan di tahun 2023 hingga kami optimistis kinerja ekonomi Jatim bakal tetap tumbuh sebesar 5,72 persen,” tambahnya.

Pertama dengan memperluas pasar ekspor ke sejumlah negara dengan pertumbuhan yang masih stabil melalui misi dagang, seperti yang telah dilakukan Kadin Jatim bersama Pemprov Jatim beberapa waktu yang lalu ke Arab Saudi dan Malaysia. Malaysia menjadi prioritas negara tujuan ekspor karena ekonominya masih cukup bagus.

“Tahun ini, ekonomi Malaysia mampu tumbuh sekitar 14 persen, begitu juga dengan Arab Saudi. Kalau terpaksa harus masuk ke negara tujuan ekspor tradisional yang pertumbuhan ekonominya melambat, maka komoditas ekspor harus disesuaikan dengan skala prioritas kebutuhan negara tersebut,” tandasnya.

Sejauh ini kata Adik, Kadin Jatim juga ditugasi untuk mengelola Export Center Surabaya (ECS) yang memiliki misi membina Usaha Mirko Kecil dan Menengah (UMKM) agar mampu melakukan ekspor.

Di tahun depan, realisasi ekspor melalui ECS diprediksi akan mencapai US$ 150 juta dari realisasi di tahun ini sebesar USS 106,588 juta.

Di sisi lain, perdagangan dalam negeri juga harus digenjot. Kadin Jatim secara kontinyu mengikuti misi dagang antar provinsi yang digelar Pemprov Jatim. “Ini juga sebagai alternatif pasar bagi komoditas ekspor yang pertumbuhannya terkontraksi sehingga tidak sepenuhnya berorientasi ekspor seperti garmen dan alas kaki,” ujar Adik.

Prioritas kedua adalah dengan mendorong peningkatan investasi luar negeri dalam rangka hilirisasi atau down streaming industri sekunder berbasis agro dan pertambangan mineral serta pariwisata sehingga Indonesia, khususnya Jatim menjadi pusat industrialisasi kebutuhan pokok dunia serta menjadi negara tujuan wisata dunia. Langkah ini sekaligus untuk menciptakan lapangan kerja yang luas dalam rangka mengantisipasi bonus demografi.

“Karena pada 2031, Indonesia mendapatkan bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif mencapai 201 juta jiwa. Ini kalau disiapkan akan jadi bonus tetapi jika tidak disiapkan justru akan menjadi malapetaka. Kadin Jatim bersama Kadin Institute memiliki komitmen besar dalam peningkatan SDM. Peningkatan kualitas SDM menjadi prioritas ketiga program Kadin di tahun depan,” tambahnya.

Wakil Ketua Umum Bidang Promosi dan Perdagangan Luar Negeri Kadin Jatim Tomy Kaihatu yang juga menjabat sebagai Kepala Pengelola ECS mengatakan, ada sejumlah tugas yang dibebankan pemerintah kepada ECSS, diantaranya sosialisasi, pendampingan dan konsultasi bagi UMKM orientasi ekspor, memberikan akses pasar hingga identifikasi produk unggulan layak ekspor serta target ekspor bagi eksportir baru.

Seperti pada tahun sebelumnya, pada  2022 sejumlah target yang telah ditetapkan pemerintah terhadap Pengelola ECS telah dilampaui.

“Pada 2022, realisasi ekspor melalui ESC berhasil mencapai US$ 106,588 juta, melebihi target yang ditetapkan sebesar US$ 100 juta. Begitu juga dengan pendampingan, ada sekitar 404 pengusaha yang telah mendapatkan informasi pasar ekspor dari target sebesar 200 pengusaha. Pemahaman pengusaha terhadap sejumlah perjanjian perdagangan bebas atau FTA juga mencapai 8,29 persen dari target 5 persen,” jelas Tomy. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry