Oleh: Dr KH RPA  Mujahid Ansori MSi (*)

 

Kitab suci Alquran yang merupakan Kalamullah atau firman Allah adalah mukjizat terbesar yang diberikan oleh Allah  kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam (saw) melalui perantara malaikat Jibril.   Ia mukjizat dalam segala seginya. Dari sisi sastranya, dari segi kandungan ilmiahnya , dari sisi logika-logika dan nalar yang dibangunnya,  dari berita-berita  ghaib yang disampaikannya, dari sisi syariat dan akhlaknya dan lain  lain.

Karena itu tidak heran jika orang seperti Umar bin Khattab yang keras, seketika luruh hatinya saat mendengar Alquran dibacakan.

Demikian juga dengan Maurice Bucaile, ilmuwan Prancis yang melakukan penelitian terhadap mumi Fir’aun. Dalam penelitiannya, ia menemukan sisa-sisa garam yang melekat pada tubuh sang mumi sebagai bukti terbesar bahwa dia telah mati karena tenggelam.  Oleh karena itulah  ia mantap memeluk Islam setelah membaca surah Yunus :92.  “Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”(Q.S.10:92)

Tapi ada begitu banyak orang yang tidak pernah membaca Alquran,  tidak pernah mendengar Alquran ; tapi dia mantap masuk Islam. Kenapa? Karena mereka terpesona oleh akhlak umat Islam.  Salah satunya adalah Sophie Petronin;  perempuan Prancis berumur 75 tahun yang berprofesi sebagai pekerja sosial anak di Mali Afrika.  Saat di Mali, ia ditawan oleh kelompok Muslim Mali selama 4 tahun.  Berbagai upaya negosiasi dilakukan oleh pemerintah Prancis untuk membebaskannya.    Akhirnya,  Sophie dibebaskan  dengan sejumlah kompensasi.  Dengan memakai pesawat ia diterbangkan ke Prancis; tanah airnya.  Di bandara sejumlah orang penting bersiap menyambut kedatangannya, termasuk presiden Prancis Emmanuel Macron. Turun dari pesawat, sejumlah orang dibuat tercengang; tubuhnya dibalut mantel putih panjang dan celana hitam. Kepalanya mengenakan kerudung. Dan yang lebih mengejutkan lagi, dengan penuh percaya diri Petronin menyatakan bahwa saat ini dia telah jadi Muslimah dan mengganti  namanya menjadi Maryam Sophie Petronin.  Sengaja ia tidak mendeklarasikan kemuslimannya saat di Mali; agar orang tidak menyangka bahwa Keislamannya dilakukan secara terpaksa di bawah todongan senjata.

Selama 4 tahun berada di bawah penyanderaan kelompok muslimin Mali, pada akhirnya mengubah cara pandangnya terhadap Islam.  Sebelumnya ia menganggap Islam sebagai agama yang mengajarkan kekerasan pada umatnya, yang mengajarkan kebencian kepada umatnya, yang mengajarkan kebrutalan terhadap umatnya. Tapi di Mali, ia  mendapatkan kenyataan yang sebaliknya.  Selama dalam penyanderaan dia mengaku diperlakukan secara baik  dan dihormati hak-haknya. Dia juga melihat bahwa mereka, para Muslimin itu, adalah orang-orang yang baik.  Mereka adalah orang-orang yang cinta kepada Tuhannya dan cinta pada sesama. Inilah yang kemudian membuat dirinya tersentuh dan pada akhirnya mendapat hidayah Islam.

Hidayah yang ia peroleh tidak melalui kajian terhadap Alquran, tapi melalui akhlak Qurani yang ditunjukkan para Muslimin Mali.

Rasulullah saw bersabda:

“Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu berada. Dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan , niscaya kebaikan itu akan menghapusnya. Dan pergaulihah manusia dengan akhak terpuji.’ (HR. Turmudzi)

Dalam menerangkan hadis ini Ibnu Qayyim Al Jauziyah berkata:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan antara takwa dan berakhlak yang mulia. Karena takwa akan memperbaiki hubungan antara hamba dan Allah, sedangkan berakhlak yang mulia akan memperbaiki hubungan antar sesama. Takwa pada Allah mendatangkan cinta Allah, sedangkan akhlak yang baik mendatangkan kecintaan manusia. ”

 

Penggunaan lafadz “al-nas” pada hadis nabi  menunjukkan bahwa Rasulullah saw memerintahkan kepada kita untuk bersikap baik pada siapapun; tanpa melihat latar belakang etnisnya, warna kulitnya, status sosialnya maupun status agamanya. Ini sejalan dengan firman Allah dalam Alquran Surat Al-Mumtahanah ayat 8-9:  “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Betapa agung kandungan ajaran yang ada dalam Al-quran. Betapa agung akhlak yang diajarkan oleh Rasulullah. Tapi, seringkali Islam diidentikkan dengan kekerasan, diidentikkan dengan agama teroris. Islam diidentikkan dengan kekolotan dan kesempitan dalam berfikir,  diidentikkan dengan kebiadaban, sehingga muncul rasa phobi atau ketakutan terhadap Islam. Mengapa demikian? Itu karena mereka yang bukan Muslim itu tidak pernah membaca Alquran. Mereka juga tidak membaca sirah Nabawi, sejarah Nabi. Mereka hanya melihat apa yang disuguhkan media dan apa yang mereka lihat pada diri sebagian umat Islam. Mereka memandang kita sebagai representasi Alquran. Mereka melihat tindak tanduk kita sebagai representasi Islam. Oleh karena itu kewajiban kita untuk mempertontonkan ajaran Islam yang sesungguhnya. Ajaran yang menjunjung tinggi akhlak mulia. Ajaran yang memanusiakan manusia. Ajaran yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

Sesungguhnya kita adalah duta-duta  agama Islam. Kita adalah duta-duta Alquran. Sikap kita sebagai umat Islam dilihat publik sebagai cermin ajaran Islam. Untuk itu, sebagai duta atau brand ambassador, mari kita ciptakan citra positif Islam dengan berakhlaqul karimah; berakhlak mulia kepada seluruh manusia di jagat raya ini.

(*)  Dosen Pasca Sarjana IKHACH Pacet Mojokerto

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry