Keterangan foto kompasiana.com
Janda itu menangis. Lalu berkata: “Tuan, aku menghidupi sejumlah anak yatim yang masih kecil. Sudah seminggu mereka belum makan. Jiwanya terancam. Aku melihat ada keledai mati. Aku potong. Kucari yang belum busuk. Aku masak untuk mereka. Halal bagi anak-anakku, haram bagi keluargamu.”

Oleh Mokhammad Kaiyis**

X9 أَكْبَرُ اللهُ

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،ـ الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ يَـخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَـخْتَارُ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ الْوَاحِدُ الْعَزِيْزُ الْغَفَّارُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الْمُتَّقِيْنَ وَقُدْوَةُ الْأَبْرَارِ،

اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، صَلَاةً دَائِمَةً مَّا تَعَاقَبَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ

 أَمَّا بَعْدُ،  أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ الْقَائِلِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ: إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ، فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ، إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَـرُ

SETIAP TANGGAL 10 Dzulhijjah, umat Islam di seluruh dunia menyambut hari raya Idul Adha. Kita kumandangkan kalimat tauhid; takbir, tahlil dan tahmid. Inilah pengakuan yang kokoh, kuat bahwa Allah Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya.

Bagi saudara kita yang berkemampuan, berkemauan (punya niat) serta memenuhi syarat (regulasi) pemerintah, hari ini berada di tanah suci. Mereka menyambut panggilan Allah SWT: Labbaik allahumma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, laa syariikalak.

Kita, disunnahkan shalat Idul Adha. Kita mohon kepada Allah SWT agar lantunan kalimat tauhid, doa dan qurban kita, selalu dalam ridhoNya. Dan, semoga saudara kita yang menjadi  dhuyufurrahaman (tamu-tamu Allah SWT), hajinya mabrur, laisalahul jazaaa illa al-janah. Amien x3 Ya Mujibassaailin.

Allahu Akbar x3 wa Lillahilhamd

Islam memberi penekanan kuat terhadap masalah qurban. Sebagaimana terpatri dalam surat al-Kautsar :

إِنَّآ أَعْطَيْنَٰكَ ٱلْكَوْثَر  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَٱنْحَر  إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ ٱلْأَبْتَرُ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang (begitu) banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.

Di sini, qurban menjadi tolok ukur. Sejauhmana orang itu berjuang untuk menggapai taqwa kepada Allah SWT. Karena, tidak ada taqwa tanpa perjuangan, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan.  Allah berfirman (Ali Imran Ayat 133):

وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga (yang luasnya) seluas langit dan bumi yang, dijanjikan untuk orang-orang yang bertaqwa.

Jadi, menuju ampunan Allah SWT dan surgaNya yang luas, hanya bisa digapai dengan sungguh-sungguh. Tidak bisa dengan leha-leha, tidak boleh ditunda-tunda. Butuh PERJUANGAN dan PENGORBANAN.

Karena itu, masih dalam ayat ini, indikator orang yang bertaqwa (diantaranya) allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i. Orang yang mau menginfaqkan (mengorbankan)  hartanya di jalan Allah SWT., baik dalam waktu lapang maupun dalam waktu sempit.

Allahu Akbar x3 wa Lillahilhamd

Sejenak, kita kaji sosok Nabiyullah  Ibrahim alaihissalam. Ia menjadi cermin besar. Satunya TAQWA, PERJUANGAN dan PENGORBANAN.  Begitu kuat nilai taqwanya, begitu gigih perjuangannya dan begitu besar pengorbanannya.

Setelah Nabi Ibrahim meninggalkan Mesir menuju Syam (Palestina), Sarah (istrinya) menghadiahi Hajar (budak) kepadanya. Setelah dinikahi, Hajar hamil, melahirkan Ismail alaihissalam.

Allâh SWT memerintahkan untuk memisahkan dengan Sarah. Membawa Hajar dan Ismail ke Makkah. Ibrahim pun melakukan itu dengan lapang dada. Padahal kita tahu, jarak Palestina-Makkah, luar biasa jauh. Ribuan kilometer atau 743,4 mil.

Episode ini menggetarkan jagat malaikat. Ketika Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di lembah yang tandus. Tidak ada tanaman dan makanan. Rumput pun tidak sanggup hidup di atasnya. Dengan langkah mantap, Ibrahim alaihissalam meninggalkan Makkah menuju Palestina.

Hajar sempat protes. “Ibrahim, apakah kamu tega meninggalkanku, seorang wanita di lembah yang tandus, gersang. Tidak ada makanan sama sekali.” Ibrahim bergeming. Ia tetap melangkah menuju Palestina.

Pun ketika Hajar mengetuk hatinya dengan menyebut sang anak (Ismail alaihissalam). “Ibrahim, apakah kamu tega menyaksikan anakmu yang masih merah, berada di lembah yang tandus, tidak ada makanan dan  minuman, rumput pun tidak sangup hidup di atasnya?” teriak Hajar. Ibrahim tetap bergeming, melangkah menuju Palestina.

Baru pertanyaan ketiga membuat Ibrahim berhenti. “Ibrahim, apakah ini perintah Tuhanmu, apakah ini perintah Allah SWT?,” tanya Hajar lebih keras.

Spontan Ibrahim berhenti. Ia menoleh ke belakangan dan berkata:  “Ya Ini perintah Tuhanku. Ini perintah Allah SWT,” jawabnya tegas.

Mendengar itu, Hajar pun menerima dengan lapang dada, Tawakkal Alallah. “Kalau ini perintah Allah SWT, aku yakin Allah SWT tidak akan menelantarkan hambaNya,” begitu Hajar.

Berpisah karena Allah SWT. Baru (setelah itu) dalam perjalanan, Nabi Ibrahim berhenti. Mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi, berdoa sebagaimana Surat Ibrahim Ayat 37:

رَّبَّنَآ إِنِّىٓ أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِى بِوَادٍ غَيْرِ ذِى زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ ٱلْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجْعَلْ أَفْـِٔدَةً مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهْوِىٓ إِلَيْهِمْ وَٱرْزُقْهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.

Sebagian ulama menyebut doa ini MENCAKAR LANGIT. Struktur doanya banyak dipakai untuk memohon anak sholeh-sholehah kepada Allah SWT.

Cukup? Belum. Ibrahim masih menerima perintah menyembelih putranya, Ismail. Ini juga menjadi episode yang menggetarkan jagat malaikat. Perintah ini ia lakukan dengan ikhlas. Sampai-sampai Malaikat Jibril terkagum. “Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar,” demikian komentar Jibril.

Takbir Malaikat Jibril ini didengar Ismail AS. Ia pun berucap: “Laailaaha illallhahu Allahu Akbar.”  Nabi Ibrahim alaihissalam juga mendengar, lalu meneruskan: “Allahu Akbar Walillahilhamd”. Inilah yang kemudian dirangkai menjadi kalimat takbir yang, selalu kita baca, baik ketika Idul Fitri maupun Idul Adha, semacam ini.

Allahu Akbar x3 wa Lillahilhamd  

Baik episode pertama maupun kedua, meneguhkan, bahwa, Islam adalah AGAMA KEMANUSIAAN. Nabi Ibrahim dalam kisahnya dikenal sebagai keluarga altruistik (suka membantu sesama).

Ibadah Haji pun, tidak boleh menafikan masalah kemanusiaan. Tolok ukur haji mabrur, adalah kemanusiaan. Dalam sebuah hadits marfu’ dari sahabat Jabir ra, dijelaskan bahwa indikator haji mabrur, adalah memberi makan kepada orang yang membutuhkan dan menebarkan salam.

Kita masih ingat kisah dari Abdullah bin Mubarrok, seorang yang alim, kuat hafalan haditsnya. Ia hidup tahun 118 H. Beliau menjadi rujukan hampir seluruh umat Islam pada saat itu.

Suatu ketika, Abdullah naik haji dan, tertidur di Masjidil Haram. Ia bermimpi, melihat dua malaikat yang sedang bicara soal jamaah haji. “Berapa jumlah jamaah haji tahun ini?” tanya Malaikat yang satu kepada yang lain.

“Ada sekitar enam ratus ribu jamaah,” jawabnya.

Lalu, “Dari jumlah itu, berapa yang mabrur?”  tanyanya lagi.

“Tidak ada,” jawabnya tegas.

Kendati begitu, lanjutnya, beruntung mereka karena ada seseorang yang tidak berada di tanah suci, tetapi hajinya mabrur. Bahkan kebaikannya mengalir untuk seluruh jamaah haji tahun ini.

“Oh ya? Siapa dia?,” tanyanya lagi.

“Dia tukang sol sepatu di daerah Damaskus. Namanya Ali bin Muwaffiq. Dia tidak datang ke tanah suci, tetapi hajinya mabrur. Bahkan berkat kebaikannya, ibadah jamaah haji ini diterima oleh Allah.” Subhanallah!

Nah, begitu bangun, Abdullah bin Mubarak, menangis. Hatinya pedih, karena termasuk orang yang hajinya tidak mabrur. Ia bertekad mencari tukang sol sepatu yang berada di Damaskus itu. Dengan kegigihannya, Abdullah bin Mubarak menemukan sosok Ali bin Muwaffiq.

Abdullah menanyakan tentang nama dan pekerjaannya. “Namaku Ali bin Muwaffiq. Aku tukang sol sepatu. Apakah ada masalah dengan sepatu Tuan,” jawabnya ringan.

“Tidak! Aku ingin berbincang denganmu. Aku akan cerita tentang mimpiku ketika berhaji dan tertidur di Masjidil Haram,” jelasnya.

Setelah mendengar, Muwaffiq menangis, lalu jatuh pingsan.

Begitu sadar, Abdullah memohon agar Muwaffiq cerita tentang hajinya.

Ia lalu bercerita, bahwa dirinya sudah berencana menunaikan ibadah haji tahun ini. Tabungannya dirasa cukup, sekitar 350 dirham. Juga sudah musyawarah dengan istri.

Eh, tiba-tiba, suatu ketika, sang istri yang sedang hamil mencium aroma begitu sedap. Sumbernya dari dapur tetangga. Sang istri memohon agar dapat mencicipi masakan itu, karena nyidam berlebihan.

Muwaffiq pergi menuju rumah tetangga. Ternyata, pemilik rumah itu adalah seorang janda dengan enam anak. Sesampai di rumahnya, ia mengutarakan maksudnya.

Setelah mendengar, janda itu berkata:   “Tuan, makanan ini halal bagiku, tetapi haram bagi istri Tuan.”

Muwaffiq kaget. “Kok bisa, ada makanan haram bagi istriku, halal bagimu? Bukankah kita sama-sama muslim,” timpal Muwaffiq lirih.

Janda itu menangis. Lalu berkata: “Tuan, aku menghidupi sejumlah anak yatim yang masih kecil. Sudah seminggu mereka belum makan. Jiwanya terancam. Aku melihat ada keledai mati, aku potong. Kucari yang belum busuk. Aku masak untuk mereka. Halal bagi anak-anakku, haram bagi keluargamu,” ungkapnya sambil menyeka butiran air mata.

Muwaffiq terenyuh. Ia bergegas pulang ke rumah. Cerita kepada istri, lalu mengambil seluruh tabungan 350 dirham yang sedianya untuk berhaji dan, diberikan kepada janda serta anak yatim tersebut. Istrinya ikhlas.

“Belanjakan uang ini untuk anakmu,” katanya. Ia lalu berkata dalam hati: “Biarlah hajiku cukup di depan rumahku.”

Mendengar itu, Abdullah bin Mubarak tak kuasa menahan tangis. “Engkau benar. Benar pula malaikat dalam mimpiku. Allah Maha Tahu tentang hakikat segala sesuatu.”

Sedekah sebesar 350 dirham itu, menggetarkan jagat malaikat.

Allahu Akbar x3 wa Lillahilhamd

HARI ini, kita saksikan, betapa fakir miskin, janda tua, anak yatim, semakin tertinggal jauh dari gemerlapnya kehidupan dunia. Mereka tertatih-tatih, terseok-seok mengarungi hidup. Kalau sekedar makan, mungkin, bisa. Tetapi, bagaimana nasib ke depan anak-anak mereka? Masihkah bertahan hidup di tengah himpitan gemerlapnya dunia?

Allah SWT, bertanya sekaligus menjawabnya (Surat Al-Ma’un) :

أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّين  فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ  وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak memberi makan kepada orang miskin.

Kanjeng Nabi Muhammad SAW memberikan (banyak) catatan tebal, bahwa, sedakah memiliki pengaruh yang dahsyat dalam kehidupan. Kepedulian kita terhadap fakir miskin, anak yatim, menjadi prioritas utama. Dan itu, menjadi Menjadi Kunci Kehidupan.

Firman Allah SWT dalam Surat Al-Lail: Fa ammā man a’ṭā wattaqā, wa ṣhaddaqa bil-ḥusnā, fa sanuyassiruhụ lil-yusrā (Adapun orang yang memberikan hartanya di jalan Allah dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami menyiapkan baginya jalan yang mudah). Wa ammā mam bakhila wastaghnā, wa każżaba bil-ḥusnā, fa sanuyassiruhụ lil-‘usrā. (Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar).

Al Imam Ibnu Qoyyim Al Jauzi, menyuguhkan pemahaman menarik. Sedekah bukan saja bisa menarik rizki, mengangkat bala, membuang penyakit. Tetapi, sedekah juga bisa meringankan penderitaan syakaratul maut. Allah SWT tunjukkan kepada setiap manusia menjelang ajal.

Firman Allah (Surat Al-Munafiqun Ayat 10):

لَوْلَآ أَخَّرْتَنِىٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, sehingga aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh?”

Barulah kita sadar! Bahwa peduli sesama, menolong fakir miskin, anak yatim, bukan saja menyelamatkan kita di akhirat, tetapi juga menjadi kunci sukses kehidupan dunia.

Allahu Akbar x3 wa Lillahilhamd

Ma’asyiral muslimin wazumrotal mu’miniina rohimakumulloh.

Materi khotbah ini enak disampaikan. Tetapi, berat untuk dilaksanakan dalam totalitas kehidupan sehari-hari. Karena itu, kita BUTUH LATIHAN. Kalau terlatih, seberat apa pun akan menjadi ringan. Kalau tidak terlatih, seringan apa pun, akan menjadi berat.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHOTBAH II

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الطَّيِّبِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ،

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللَّهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللَّهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللَّهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ،

والله الموفق إلى أقوم الطريق والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

______

*Disampaikan dalam Khotbah Idul Adha 1444 H di Masjid Sabilillah, Sambisari, Taman, Sidoarjo, Kamis 29 Juni 2023. **Pemimpin Redaksi Koran Duta Masyarakat dan duta.co, pengurus Yayasan Museum NU, Surabaya.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry