Tim Pengmas Unusa bersama warga di Bondowoso. DUTA/ist

Penderita diabetes mellitus (DM) masih memiliki kesadaran yang sangat rendah untuk melakukan perawatan kaki diabetik. Sehingga penderita DM selalu mengalami permasalahan dengan kakinya karena kurangnya perawatan itu. Karena itu, dua dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) memberikan edukasi dibarengi dengan perawatan kaki diabetik dengan spa kaki.

——

Dua dosen dari Fakultas Keperawatan dan Kebidanan (FKK) itu adalah Erika Martining Wardani dan Eppy Setiyowati dibantu Riezky Faisal Nugroho dari Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya melakukan pengabdian masyarakat (pengmas) di Kelurahan Kotakulon, Kecamatan Bondowoso, Kabupaten Bondowoso, Februari 2022 lalu.

Dari hasil survei yang dilakukan tim pengmas diketahui bahwa di daerah itu para penderita DM cukup banyak. Namun, masalahnya, masih rendahnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat untuk melakukan perawatan kaki diabetik. Selain permasalahan kaki, kadar gula darah yang tinggi juga menjadi permasalahan yang sering terjadi pada masyarakat di Kelurahan Kotakulon.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

“Sehingga penderita DM banyak menghadapi berbagai permasalahan luka kaki akibat diabetik yang sebenarnya faktor utamanya berasal dari kurangnya perawatan kaki,” kata Erika selaku ketua tim.

Terkait dengan hal tersebut, penting untuk diberikan edukasi, pemeriksaan dan perawatan kaki diabetik yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran para warga tentang pentingnya perawatan kaki diabetik dan juga adanya peningkatan pengetahuan para warga masyarakat terkait cara perawatan kaki dengan spa kaki diabetik.

Salah satu gerakan kaki untuk penderita diabetes mellitus agar bisa digerakkan dan tidak kaku DUTA/ist

Hasil yang diperoleh dari Program pengabdian ini yaitu adanya peningkatan pengetahuan dan perilaku perawatan kaki diabetik, dan juga pengurangan resiko luka kaki diabetik. Melalui perawatan kaki dengan pemeriksaan dan spa kaki diabetik ini diharapkan luka akibat diabetik dapat menurun sehingga angka kejadian amputasi juga dapat diatasi.

Kegiatan selanjutnya adalah melakukan pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan kaki kemudian dilanjutkan dengan demonstrasi perawatan kaki dengan SPA kaki diabetik dan diakhiri dengan pemeriksaan gula darah kembali.

Pemeriksaan yang dilakukan kata Erika adalah untuk mengetahui fungsi sensori Semmes Weistein Monofilament test dengan cara menutup mata penderita DM lalu memeriksa secara acak pada kedua kaki di titik-titik tertentu secara bergantian selama 2 detik. “Jika terasa, pasien akan meresponnya dengan mengatakan iya. Kalau tidak terasa aka mengatakan sebaliknya,” kata Erika.

Selain itu dilakukan pengukuran capilary refill time (CRT), mengukur temperatur kulit penderita DM, pemeriksaan telapak kaki penderita DM dan sebagainya.

Sementara untuk perawatan kaki dengan spa kaki diabetik, tim pengmas mengajak untuk senam kaki diabetik terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan kegiatan spa diabetik yang terdiri dari pembersihan (skin cleansing), foot mask dan foot massage.

Dari hasil evaluasi dirancang dengan membandingkan kondisi pengetahuan sebelum dan setelah intervensi edukasi dengan peningkatan pengetahuan serta perilaku dalam perawatan kaki diabetik.

Pemotretan pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang diabetes mellitus dan perawatan kaki, dengan menggunakan kuesioner yang berupa pretest dan posttest.

Evaluasi yang kedua terkait pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan kaki diabetik berupa lembar observasi, hasil akan diberikan kepada puskesmas setempat dibantu oleh kelurahan sebagai mitra untuk ditindak lanjuti terutama tentang pengobatan dan perawatan lanjutan yang sesuai untuk penderita diabetes mellitus. ril/hms

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry