Pembina YSNB-Ketua Aliansi Kebangsaan-Ketua Umum FKPPI, Pontjo Sutowo.

SURABAYA | DUTA – Universitas Negeri Surabaya (Unesa), Rabu (29/7) menggelar Diskusi Kelompok Terarah (DKT) bertema Pendidikan sebagai Wahana Mengokohkan Budaya Bangsa. Kegiatan ini merupakan wujud kerja sama antara Unesa dengan Yayasan Suluh Nuswantara Bakti (YSNB), Aliansi Kebangsaan, dan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI-Polri (FKPPI), yang diikuti lebih dari 400 peserta.

Dalam sambutan, Rektor Unesa, Prof Dr H. Nurhasan MKes mengatakan bahwa pendidikan merupakan proses kebudayaan dan pemberdayaan untuk menjadikan generasi penerus bangsa yang berbudaya dan berkepribadian Indonesia. Konsep inilah yang dikuatkan oleh prinsip penyelenggaraan Pendidikan Nasional bahwa pendidikan diselenggarakan  sebagai suatu proses kebudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat (pasal 4 ayat 3 UU No. 20/2003 Sisdiknas).

Sementara itu, Pembina YSNB-Ketua Aliansi Kebangsaan-Ketua Umum FKPPI, Pontjo Sutowo, pada kesempatan yang sama menyampaikan, keberhasilan pembangunan ranah mental spiritual atau tata nilai sangat bertumpu pada rejim pendidikan dan ilmu pengetahuan, karena pada dasarnya kebudayaan dapat dibentuk. “Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai moral harus dimulai sejak usia dini, baik melalui jalur pendidikan keluarga (in-formal), jalur non-formal, dan pendidikan formal. Namun karena perkembangan keadaan saat ini, dimana peran keluarga dan masyarakat dalam pendidikan moral atau karakter cenderung menurun, maka diharapkan pendidikan formal menjadi penjurunya,” tuturnya.

Lebih lanjut Pontjo Sutowo mengatakan bahwa Pendidikan yang ‘tepat’ (right education)  berperan sangat besar dalam pembangunan mental spiritual bangsa. Pendidikan yang tepat,  akan berperan dalam proses menjadikan orang  baik, warga masyarakat dan warga negara yang baik, dan warga dunia yang baik. Sebaliknya, pendidikan yang tidak tepat   bisa menggerus potensi kebajikan yang pada awalnya ada pada seseorang.

“Oleh karena itu, tantangan suatu bangsa adalah membangun  sistem pendidikan yang tepat yang  sesuai dengan konteks sosial-budaya, sejarah, lingkungan alam bangsa yang bersangkutan, dan kebutuhan masa depan.  Kepentingan dan urgensi dari membangun sistem pendidikan yang tepat semakin besar mengingat risiko dari kegagalan pendidikan tidak hanya membuat suatu bangsa terpuruk secara ekonomi dan sosial, namun juga mengancam eksistensi bangsa itu sendiri,” ujar Pontjo.

Dukung Revisi UU No.20 Tahun 2003

Masih menurut Pontjo, dalam rangka ikut membangun pendidikan yang tepat itulah kami dan para kolega seperjuangan mendorong dilakukannya revisi terhadap Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini sudah masuk Prolegnas 2020.

“Dalam rangka mendorong percepatan pembahasan RUU tersebut , YSNB, FKPPI, Aliansi Kebangsaan dan para kolega seperjuangan telah menyampaikan aspirasi dalam bentuk Naskah Akademik yang sudah kami sampaikan dan paparkan dalam RDPU dengan Komisi X DPR-RI pada tanggal 6 Juli 2020 yang lalu. Kami mengusulkan RUU Sisdiknas dirubah menjadi RUU Sisbuddiknas (Sistem Kebudayaan dan Pendidikan Nasional), karena dalam pandangan kami, Kebudayaan dan Pendidikan merupakan dua entitas yang saling terkait dan saling mempengaruhi. Meskipun pendidikan merupakan investasi dalam menghadapi tantangan masa depan, pendidikan nasional kita harus tetap berakar kuat pada  bangsanya sendiri, yakni pendidikan yang tidak meninggalkan akar-akar sejarah dan kebudayaan bangsa Indonesia,” tegas Pontjo.

Mengakhiri sambutannya Pontjo kembali menegaskan bahwa hanya dengan sistem pendidikan yang tepat, yang berwawasan sejarah, berwawasan budaya, dan berwawasan masa depan, pendidikan kita dapat menjadi wahana dalam mengokohkan budaya bangsa.

Hadir dalam Diskusi Kelompok Terarah kemarin, antara lain tokoh-tokoh pendidikan seperti Prof. Dr. Muchlas Samani (Rektor Unesa periode 2010-2014), Prof. Dr. Zainudin Maliki (Komisi X DPR-RI), Ki Darmaningtyas (Pengurus PKB Tamansiswa), Dr. Iwan Sjahril (Dirjen GTK Kemendikbud), M. Ramli Rahim (Ketua Umum IGI), Ahmad Rizali (Ketua bidang Pendidikan NU Circle), dan Najelaa Shihab (Pendiri Sekolah dan Kampus Guru Cikal) dengan dipandu oleh Bambang Pharmasetiawan (Pembina Yayasan Budaya Cerdas dan Pendiri SD Kupu-Kupu&SMP-SMA Garuda Cendekia). rls/hb

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry