Dr Sholeh Basyari (FT/IST)

“Restorasi, reformasi, islah adalah esensi peradaban politik yang santuy dan enjoy. Ini yang dibayangkan kaum nahdliyyin dari “al akhdzu bil jadid al ashlah“.”

Oleh M Sholeh Basyari*

SEBAGAI bagian dari “tim pemenangan bayangan” Prabowo Gibran, langkah PBNU mencopot Kiai Marzuki dari jabatannya sebagai Ketua PWNU Jatim, adalah tepat. Pencopotan itu adalah strategi dan langkah yang niscaya diambil dengan melihat sejumlah hal berikut.

Pertama, survei Kompas dan CSIS yang secara mengejutkan menempatkan posisi pasangan AMIN sebagai runner up di bawah “pasangan paket PBNU”: Prabowo Gibran. Ini adalah ancaman. Posisi pasangan AMIN yang meyakinkan, menggambarkan efektifnya kerja-kerja elektoral Anies-Muhaimin.

Pencopotan tersebut harus dilihat dari perspektif tindakan radikal umumnya tim pemenangan, sebagai respon atas membaiknya posisi lawan.Sebaliknya, pencopotan itu tidak tepat jika dilihat secara normatif aspek kesalahan Kiai Marzuki.

Kedua, ketika pencopotan didasarkan pada pertimbangan politik, seharusnya juga direspon secara politis juga. Memanasnya situasi PKB-PBNU, adalah situasi normal sebuah kontestasi dengan posisi sebagai kompetitor. Justru tidak lucu kalau PBNU yang mendukung Prabowo Gibran membiarkan Kiai Marzuki membackup Anies-Muhaimin, berada di “posko bersama”. Tidak ada posko bersama bagi lawan yang berbeda.

Ketiga, kaum nahdliyyin memiliki perangkat dan instrumen teoritis dan teknis untuk menyikapi friksi-friksi musiman semacam Pilpres. Instrumen-instrumen tersebut tidak selalu keras seperti Muktamar Luar Biasa (MLB), atau pencopotan seperti yang dialami Kiai Marzuki.

Pencopotan atas Kiai Marzuki yang direspon dengan isu MLB oleh Kiai Imam Jazuli, Cirebon, menunjukkan betapa berat beban di pundak PBNU untuk mensukseskan kemenangan Prabowo Gibran. Suatu beban tugas yang mestinya bukan khidmah PBNU.

Juga, respon MLB Kiai Imam Jazuli atas pencopotan itu, bukanlah solusi populer bagi kaum nahdliyyin. Isu MLB hanya populer di kalangan para petualang, di samping tentu saja para tokoh yang terlibat langsung dalam pertikaian ini. Jika pencopotan Kiai Marzuki adalah keputusan yang harus ditentang dan tidak boleh terulang, demikian halnya dengan isu spekulatif MLB, juga harus dimakzulkan. Baik pencopotan maupun MLB, sama sekali bukan kepentingan asasi NU.

Keempat, di saat sejumlah parpol dan politisi menggelorakan “politik yang santuy, politik yang enjoy”, PBNU yang tengah membangun fiqih peradaban mempresentasikan peradaban lain yang jauh dari santuy dan joyful.

Restorasi, reformasi, islah adalah esensi peradaban politik yang santuy dan enjoy. Restorasi, reformasi dan islah itulah yang dibayangkan kaum nahdliyyin dari “al akhdzu bil jadid al ashlah“. Bukankah begitu? Waallahu’alam bish-shawab.

*Doktor M Sholeh Basyari adalah Direktur Ekskutif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) dan dosen sejumlah perguruan tinggi NU.

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry