Dr Bambang Edi Suwito, MSi – Dosen Fakultas Kedokteran

CORONAVIRUS Disease (Covid-19) telah menjadi pandemi global yang sangat meresahkan di seluruh dunia hampir 2 tahun terakhir. Hingga pertengahan Juli 2021 ini, lebih dari 190 juta orang terkonfirmasi positif dan 4 juta diantaranya dilaporkan meninggal dunia.

Kabar baiknya, 180 juta orang dapat survive dan dinyatakan sembuh dari Covid-19 ini. Namun, bagaimana sebenarnya dampak infeksi penyakit ini pada para penyintasnya?

Virus Corona merupakan penyakit yang menyerang sistem pernapasan, hal ini membuat paru-paru menjadi lebih rentan terhadap kerusakan dalam jangka panjang. Pasien Covid -19 sering mengeluh kelelahan, nyeri dada, dan sesak napas, ini semua merupakan tanda-tanda adanya perubahan fungsi normal akibat peradangan yang ditimbulkan oleh infeksi virus.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Telah terbukti secara ilmiah bahwa infeksi virus dapat menjadi predisposisi atau memperburuk kondisi pernapasan yang ada, termasuk fibrosis paru. Hasil penelitian terbaru membuktikan, mereka yang sembuh dari Covid -19 bisa mengalami penurunan fungsi paru.

Penelitian di Rumah Sakit Princess Margaret Hong Kong menunjukkan bahwa pada beberapa pasien, fungsi paru-paru dapat menurun sekitar 20 hingga 30 persen setelah pemulihan.

Selain perubahan dalam persinyalan host dan fungsi, infeksi virus juga menyebabkan cedera seluler melalui infeksi sel secara langsung. Hal ini dapat menyebabkan perubahan fungsi sel dan profil sekretori sebagaimana kematian sel. Studi menunjukkan bahwa infeksi SARS-CoV-2 menginduksi pola peradangan unik yang tidak umum terlihat pada infeksi virus lainnya.

Pola unik ini terlihat dari respon interferon ringan yang mungkin dapat menjelaskan penyabab keparahan pada pasien lansia dengan Covid -19. Karena sistem kekebalan tubuh yang menua menghasilkan respon interferon yang secara signifikan lebih rendah dibandingkan pada usia muda.

Proses inflamasi atau peradangan dapat mendorong pembersihan virus. Keseimbangan respon imun tubuh dan kontrol respon inflamasi sangat penting untuk memastikan pembersihan infeksi tanpa menyebabkan cedera.

Ketika respon penyembuhan luka pada organ yang terinfeksi ini tidak diatur dengan baik, dapat mengakibatkan berkurangnya fungsi jaringan karena peningkatan ketebalan, kekakuan dan perubahan vaskularisasi hingga timbulnya jaringan parut yang progresif (Progresive Fibrosis).

Seiring dengan gencarnya penelitian dan pengobatan yang dilakukan, tingkat kematian semakin menurun jika dibandingkan dengan awal pandemi lalu.

Meskipun masih belum dapat dipastikan tentang efek jangka panjang dari infeksi virus ini, apakah penerapan pengobatan yang dilakukan dapat menurunkan efek infeksi pada paru-paru atau penurunan potensi fibrosis paru. Namun, dengan tren positif yang ada saat ini, memberikan harapan bahwa intervensi dini dapat membantu mencegah terjadinya perburukan kerusakan paru akibat infeksi.

Perubahan secara anatomi maupun penurunan fungsi normal mungkin dapat terjadi pada sebagian orang pasca infeksi, maka mencegah lebih baik daripada mengobati. Oleh karena itu, sudah menjadi tugas kita bersama untuk saling menjaga dengan mematuhi protokol kesehatan dan anjuran vaksinasi agar dapat mengurangi dampak keparahan ketika terinfeksi. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry