Dr H Syarif Thayib, SAg. MSi

“Ibu itu jimat paling ampuh. Pak Prabowo dan Pak Ganjar yang notabene sudah tidak punya Ibu, hendaknya memilih calon wakil yang masih punya ibu. Dahsyatnya luar biasanya.”

Oleh Dr H Syarif Thayib, SAg. MSi

MY complete name is Syarif Thayib. You can call me pak Syarif or pak Thayib is okay  (no problem). But please.., don’t call me Bang Toyib. Why? Because I always coming home. Hehe. Nama lengkap saya Syarif Thayib. Kalian bisa memanggil saya Pak Syarif atau Pak Thayib, sama saja. Tetapi tolong jangan panggil saya Bang Toyib. Mengapa? Karena saya selalu pulang, hehe.

Demikian sapaan (perkenalan) pembuka saya sebagai narasumber yang membuat cair peserta acara Seminar tentang “Penguatan Kompetensi Pengurus Melalui Manajemen Mutu Pesantren” di IAI Al Hikmah Tuban akhir bulan kemarin.

Sapaan pembuka di atas bukan tanpa alasan. Bang Toyib (judul lagu dangdut) itu identik dengan sosok pria dewasa yang jarang pulang. Berbeda sekali dengan saya. Saya tiap hari pulang ke rumah, apalagi jarak rumah saya dengan UIN Sunan Ampel (UINSA) bisa ditempuh sepeda motor kurang dari 10 menit.

Kalau saya tidak pulang ke rumah biasanya karena dua hal. Pertama karena ada tugas dari pak Rektor, seperti pada kegiatan KKN kemarin, atau kedua karena ada tugas mengisi Training luar kota beda Propinsi.

Saya setuju dengan ungkapan  “all about coming home” semua pada akhirnya akan pulang juga. Sehebat apapun kita, pasti bakal balik ke rumah. Artinya, ketergantungan kita pada rumah dan penghuninya sangat kuat.

Dulu, sewaktu masih bekerja di luar kota yang berjarak 201,7 kilometer dari rumah Surabaya saya sering stress. Sebelum akhirnya saya ajak boyong keluarga (anak dan istri) pindah rumah mendekati pekerjaan.

Ketika memilih rumah juga begitu. Rumah harus dekat dengan tempat pekerjaan. Tidak pernah terpikir sama sekali waktu membeli rumah pertama kali adalah rumah asal murah dan terjangkau bisyaroh (gaji), atau bisa pakai KPR dan seterusnya.

Bagi saya, tempat pekerjaan harus dekat dengan rumah, atau pun sebaliknya, karena rumah adalah sumber kebahagiaan paling tinggi. Baitie jannatie (rumahku adalah surgaku).

Selain rajin pulang ke rumah untuk berkumpul bersama anak istri, kami sekeluarga pun rutin (tiap awal bulan) pulang ke rumah Cirebon yang berjarak 527 km dari Surabaya untuk sungkem ke Ibu. Kadang dengan formasi lengkap bersama anak istri, kadang sendirian naik Kereta Api.

Sebagaimana Anda, kami sekeluarga juga menempatkan Ibu sebagai figur paling luhur. Doanya melebihi kedahsyatan doa serentak 70 Wali Qutub, yaitu pemimpinnya para wali yang masih hidup, dan di setiap generasi hanya ada satu Wali Qutub di dunia.

Habib Umar Al Hafidz dari Hadramaut Yaman adalah Wali Qutub zaman now kata semua habaib dan kiai, beberapa hari lalu hadir ke tanah air. Tangan beliau jadi rebutan ummat Indonesia. Semua kalangan berebut hadir untuk mengunduh kedahsyatan doanya. Doa seorang Wali Qutub kecepatannya melebihi halilintar.

Bagi kami, perhatian anak pada sang Ibu belumlah cukup dengan transfer uang rutin dan video call tiap hari. Kita harus hadir secara fisik untuk mencium tangannya langsung. Memintanya untuk mencium ubun-ubun kepala kita dengan bisikan lembut do’a dan shalawatnya, atau dengan cara lain untuk beroleh ridhaNya.

Ridha Ibulah yang menjadi sebab capaian prestasi orang-orang besar di jagat raya sampai dengan hari ini. Kecemerlangan bintang sepakbola dunia yang tidak kunjung pudar meski usianya mendekati kepala 4, seperti Cristiano Ronaldo dan Leonel Messi misalnya, tak lepas dari berkah “kecintaan” ibunya.

Cristiano Ronaldo rela meninggalkan Apartemen mewahnya di Kingdom Tower Arab Saudi demi membersamai Ibunya yang tinggal di kawasan Al Nakheel. Sang Ibu  Maria Dolores dos Santos Aveiro kerap mendatangi acara penghargaan bersama. Ronaldo selalu mendedikasikan raihan dalam kariernya untuk sang ibu, yang merawatnya sejak kecil.

Sedangkan bukti kedekatan ibunda Leonel Messi (Celia Maria Cuccittini), terlihat saat dirinya turun dari tribun penonton menghampiri putranya usai Messi membawa Argentina juara piala dunia 2022 lalu.

Bagi Anda yang suka kepo info-info politik terkini tanah air pun pasti setuju dengan keajaiban “invisible hand” bakal Capres-Cawapres yang baru dideklarasikan Sabtu kemarin (2/9/2023) di Surabaya.

Blantika politik juga demikian. Mas Anies dan Cak Imin beruntung masih punya Ibu. Karier politik keduanya hingga hari ini setidaknya masih tergolong mulus dan selalu lolos dari lobang jarum. Semua karena dukungan doa ibu kandung yang masih hidup.

Bagi kita yang percaya bahwa ibu adalah jimat paling ampuh, maka Pak Prabowo dan Pak Ganjar yang notabene sudah tidak punya Ibu, hendaknya memilih calon wakilnya dari mereka yang masih punya ibu.

Selain surganya di bawah kaki mereka, do’a Ibu memiliki daya gedor kuat ke pintu langit “singgasana” Yang Maha Kuasa. Karena doa mereka setara dengan doa Nabi untuk umatnya (Al-hadits).

Kalaupun ada takdir garis tangan yang kurang bagus, maka Do’a bisa mengubahnya. Rasulullah SAW pun bersabda: “Tidaklah mengubah suatu takdir melainkan doa” (HR. Al Hakim, Hasan).

Karena “Allah SWT menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab/ Lauh mahfuzh” (QS. Ar-ra’d: 39).

Anda yang masih belum seberuntung orang-orang hebat di atas, teruslah pulang menemui ibu. Cium tangan dan lututnya. Mintakan tiupan (suwuk) do’a ke ubun-ubun. Pastikan beliau ridha atas jalan hidup kita, niscaya keridhaan Allah SWT mengiringi di setiap langkah pada sisa perjalanan hidup kita.

Bagaimana kalau keduanya sudah meninggal? Bersedekahlah untuk atas namanya, mohonkan ampun untuknya, kemudian bermohonlah atas ridha dan kasih sayangnya. Atau datangi makamnya, lalu peganglah nisannya, seraya bermunajat lewatnya:

“Wahai Ibu, ini anakmu memohonkan ampun pada Allah SWT untukmu. Atasnama ridhamu aku memohon pada Allah.. (sebutkan hajatnya). Demikian ijazah dari KH. Khusein Ilyas Waliyullah yang masyhur dan berdomisili di Mojokerto Jawa Timur, seperti viral di link https://www.tiktok.com/@fathurrozi025/video/7271638062156025094?_r=1&_t=8fOgLIykjGT. Wallahu a’lam.

Dr H Syarif Thayib, SAg. MSi adalah Dosen UIN Sunan Ampel Surabaya.

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry