JURNALISTIK : Kegiatan “Ngaji Jurnalistik” bertema “Mencetak Generasi Milenial Melek Digital” diselenggarakan Lakpesdam NU dan LTN NU Cabang Kencong, di Gedung SMK Darul Muqomah, Kecamatan Gumukmas. (duta.co/udik)

JEMBER  | duta.co – Informasi yang membanjiri media sosial, rupanya memiliki dampak negatif. Banyak konten-konten yang menyiarkan kabar yang tak bisa dipertanggungjawabkan. Bahkan ada juga berita beredar palsu alias hoax. Bahayanya, jika informasi tersebut berhubungan dengan sentimen Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA), dapat mengancam keutuhan bangsa dan negara.

Kondisi ini menuntut penerima informasi lebih cerdas memilah berita, salah satunya dengan belajar literasi media.

“Santri, sebagai salah satu elemen masyarakat perlu belajar hal tersebut. Dan pelatihan jurnalistik ini, menjadi satu dari sekian kegiatan untuk belajar literasi media,” kata Kiai Zainil Ghulam, Lc, MA, Ketua Tanfidziyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kencong.

Pernyataan itu disampaikannya seusai membuka kegiatan “Ngaji Jurnalistik” bertema “Mencetak Generasi Milenial Melek Digital” yang diselenggarakan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) NU dan Lembaga Ta’lif wan Nasyr (LTN) NU Cabang Kencong, di Gedung SMK Darul Muqomah, Kecamatan Gumukmas. Pelatihan ini diselenggarakan selama dua hari, Sabtu-Minggu (5-6/10).

Zainil Ghulam menyebut, kemampuan santri dalam menguasai literasi media sangat penting. Karena akhir-akhir ini, banyak tokoh NU dan kegiatan jamaah nahdliyin yang diserang dengan berita-berita hoax.

“Makanya, kami menyiapkan santri agar melek media. Sehingga mereka bisa menangkal serangan kabar palsu yang dapat merugikan NU,” jelasnya.

Di sisi lain, dia menambahkan, banyaknya konten ceramah radikal di media sosial, juga menjadi keresahan tersendiri. Karena, konten-konten itu dinilainya merongrong ajaran Islam Ahlusunnah wal Jamaah yang menyebarkan pemahaman Islam ramah dan sesuai dengan nilai-nilai di Indonesia. Terlebih, ajaran radikal itu juga dapat merusak harmoni dan keberagaman masyarkaat Indonesia.

“Pelatihan ini juga bertujuan membekali santri agar mampu membuat konten dakwah yang lebih kreatif dan menyejukkan. Bisa melalui tulisan, maupun video,” paparnya.

Ketua Panitia Ngaji Jurnalistik Ain Istain Bashori menjelaskan, semula kegiatan itu hanya membuka bagi 25 peserta. Namun, antusiasme peserta sangat tinggi sehingga diadakan seleksi oleh panitia dengan sistem rekomendasi delegasi lembaga-lembaga di bawah naungan PCNU Kencong. Jumlah peserta akhirnya terakomodir sebanyak 40 peserta dari puluhan calon peserta yang mendaftar.

Nantinya, kata dia, dari sejumlah peserta hasil seleksi akan menjadi kader potensial yang mengelola media senter PCNU Kencong dan kontributor NU online.

“Panitia tak menyangka kalau pesertanya sampai sebanyak ini. Tapi kami bersyukur, Alhamdulillah, ternyata minat santri dan warga NU terhadap dunia literasi digital dan media sangat tinggi,” ucapnya.

Puluhan peserta itu, kata Ain, tak hanya berasal dari santri utusan lembaga pesantren dan sekolah, tapi juga badan otonom NU. Seperti Fatayat NU, Ansor, Ikatan Pelajar NU (IPNU), Ikatan Pelajar Putri NU (IPPNU), maupun lembaga lainnya. Beberapa peserta, juga berasal dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan mahasiswa kampus Institut Agama Islam Alfalah Asunniyah (Inaifas) Kencong.

“Selama dua hari, mereka tak hanya dikenalkan soal teori jurnalistik, tapi juga mempraktikkannya langsung. Baik wawancara, menyusun naskah berita, videografi dan fotografi jurnalistik, serta membedakan mana informasi yang benar dan hoaks,” jelasnya.

Dia menambahkan, pelatihan tersebut menghadirkan sejumlah narasumber yang berkompeten di bidangnya masing-masing. Di antaranya Dwi Siswanto, jurnalis foto Jawa Pos Radar Jember, dan Mahfudz Sunardji, jurnalis Net TV. Selain itu juga ada dua narasumber dari Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, M Rofii Al Bunawi dan M Yordanis Salam, yang membidangi media dan penerbitan. (dik)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry