JAKARTA | duta.co – Waduh, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) kian nyungsep, hari ini sudah Rp15.021 per USD. Kondisi ini bukan saja menyulitkan perusahaan yang banyak impor, tetapi juga daya beli masyarakat terus melemah.

Bahkan diyakini, pelemahan ini menjadi rekor terburuk sepanjang tahun ini. Okezone melansir Bloomberg Dollar Index, Selasa (2/10/2018) pukul 11.34 WIB, Rupiah pada perdagangan spot exchange melemah 86,5 poin atau 0,58% ke level Rp14.997 per USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp14.945 per USD-Rp14.997 per USD.

Sementara itu, Yahoofinance juga mencatat Rupiah melemah 116 poin atau 0,78% menjadi Rp15.021 per USD. Dalam pantauan Yahoofinance, Rupiah berada dalam rentang Rp14.900 per USD hingga Rp15.021 per USD.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Institute Development of Economic and Finance (Indef) Bima Yudhistira Adhinegara mengatakan pelemahan Rupiah dikarenakan faktor domestik dan global. Dia memprediksi, hari ini Rupiah bergerak di level Rp14.950 per USD-Rp15.060 per USD

Bagi negara net importir minyak seperti Indonesia, lanju Bhima naiknya harga minyak dapat menyebabkan defisit migas yang semakin lebar. Permintaan dollar secara alamiah akan terus meningkat. Wacana kenaikan harga BBM pun menjadi momok inflasi hingga akhir tahun 2018. Jika tidak terkendali, maka, kenaikan BBM menjadi alternatif terburuk. Itu pun tidak akan mampu menyelamatkan perekonomian jangka panjang.

“Kondisi eksternal diperparah oleh deadlock anggaran belanja pemerintah Italia. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan di daerah Uni Eropa paska krisis utang tahun 2013 lalu. Ditambah ketidakpastian Brexit dibawah pemerintahan Theresa May menimbulkan pelemahan Euro terhadap USD sebesar 1,29% seminggu terakhir,” katanya.

Dolar Masih Menegangkan

Pada pekan ini Amerika Serikat (AS) akan mengumumkan data tenaga kerja. Sebelumnya pada bulan Agustus, jumlah lapangan kerja baru yang berhasil tercipta sebanyak 201.000 orang. Diprediksi lapangan kerja bulan September kembali mencatatkan kenaikan diatas 180.000 orang. Alhasil pengangguran di AS turun ke 3,8% atau terendah dalam 18 tahun terakhir.

“Situasi ini menciptakan spekulasi terhadap kenaikan Fed rate yang lebih cepat dari prediksi awal. Dollar Index yang merupakan perbandingan dolar AS terhadap mata uang lainnya mencapai level 95. Kenaikan Dollar Index jadi sinyal tren super dollar berlanjut dan menghantam mata uang negara berkembang,” imbuhnya.

Pidato pemimpin Negara di PBB tentang bahaya perang dagang khususnya yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi, menjadi peringatan akan memburuknya volume perdagangan dan pertumbuhan ekonomi global hingga tahun depan. Dengan demikian, remuknya nilai rupiah terhadap dolar ini, masih harus dihadapi dengan episode-episode yang menegangkan.

Tidak salah kalau kemudian warganet menyematkan kalimat ‘ndang mulio Sri’ (Mekeu Sri Mulyani) karena dolar benar-benar tak terkendali.  (okz)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry