Prof Dr H Rochmat Wahab, Ketua Komite Khitthah Nahdlatul Ulama 1926 dalam sebuah halaqah di Situbondo. (FT/duta.co)

SURABAYA | duta.co – Prof Dr H Rochmat Wahab, Ketua Komite Khitthah Nahdlatul Ulama 1926  (KKNU-26), mengaku sangat prihatin menyaksikan para pengurus jamiyyah NU yang kehilangan fatsoen ke-NU-an dalam berorganisasi. Kini, bau politik lebih kuat ketimbang pengabdian kepada umat.

“Kalau kita gagal membendung nafsu politik, nafsu kekuasaan, nafsu uang dalam Muktamar ke 34 NU ini, maka, ke depan NU akan lebih dominan warna politik praktisnya. Bisa-bisa mengalahkan partai politik itu sendiri,” jelas Prof Dr H Rochmat Wahab kepada duta.co, Selasa (9/11/21).

Karena itu, tambahnya, amanah almaghfurlah KH Salahuddin Wahid (Gus Solah), agar Muktamar ke-34 NU benar-benar bersih dari politik uang, harus diperjuangkan. “Almaghfurlah Gus Solah sudah mewanti-wanti kepada kita, agar peduli terhadap Ormas para masyayikh ini. Beliau sudah memprediksi, kalau nahdliyin diam saja, maka, Muktamar ke-34 NU akan lebih parah. Godaan paling berat adalah uang, politik uang,” terangnya.

Masih menurut Prof Rochmat, kondisi NU sekarang sudah sangat genting. Etika dan moral para pengurus NU semakin tipis. Ia kemudian menyodorkan sejumlah PCNU Jawa Timur yang melakukan aksi dukung mendukung.

“Lihatlah, sejumlah PCNU tanpa malu-malu. Mereka viralkan, membuat dukungan kepada seseorang untuk menjadi Ketua Umum PBNU dan Rois Aam. Ini bukan budaya NU. Buktinya mereka sudah tidak mau tahu. Ini saking kuatnya godaan politik praktis,” urainya.

Serahkan AHWA

Keputusan para masyayikh mengembalikan NU ke khittthah-nya 1926, menurut Prof Rochmat, bukan keputusan sembarangan. Sudah terprediksi oleh mereka. Bukan saja dengan kajian dan pemikiran yang dalam, tetapi juga diikuti dengan riyadloh, tirakat, kekuatan bathin.

“Jadi, para  masyayikh NU sudah memprediksinya, bahwa, godaan politik praktis, jabatan, uang ini akan merusak NU. Karena itu, beliau-beliau memutuskan kembali ke khitthah 1926. Kok sekarang mau kita campakkan? Ini ironis,” tegasnya.

Lelaki asal Jombang, notabene menantu cucu muassis NU, almaghfurlah KH Abdul Wahab Chasbullah, ini juga khawatir dengan keterlibatan kekuasaan dalam Muktamar ke-34 NU sebagaimana kekhawatiran pengurus PWNU Lampung.

“Seperti kita baca, konon sudah ada booking kamar hotel besar-besaran oleh instansi tertentu. Ini kalau tidak ada backup uang dan kekuasaan, masak bisa,” keluhnya.

Dalam posisi genting seperti ini, jelas Prof Rochmat, keputusan pemilihan Ketua Umum PBNU menggunakan AHWA, adalah tepat. “Jangan serahkan kepada PCNU. Serahkan kepada para masyayikh terpilih ahlul halli wal aqdi, siapa yang layak memimpin NU? Percayalah! Anggota AHWA terpilih dengan sistem yang benar, akan mengambil keputusan terbaik untuk NU,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry