Suasana menjelang berangkat menuju Pembaretan Siswa Korps POMAL 2018 dan Pentingnya Napak Tilas Pasukan Markadi. (FT/Fauzi)

SURABAYA | duta.co –  Ada yang beda di Mako Polisi Militer Lantamal V, Jl Raya Hang Tuah No. 2 Ujung, Surabaya, Jumat (16/11/2018). Beberapa prajurit Polisi Militer (POMAL) Lantamal V Surabaya, tampak  gagah seperti sosok Bima dalam serial Babad Mahabharata.

Hari ini, Jumat (16/11) mereka berangkat menuju acara Napak Tilas pasukan Markadi, sekaligus mengikuti acara Pembaretan Siswa Korps POMAL 2018 di Monumen Perjuangan Lintas Laut Jawa-Bali, Cekik Jembrana, Bali.

Mayor Edi Utomo, Kepala Subsidi (KASIP) POMAL V Surabaya mengatakan, rombongan diperkirakan tiba di Jembrana Bali sore hari pukul 16.00 WITA. Sementara, Kegiatan pembaretan akan dimulai setelah upacara yang akan dilakukan di Monumen Cekik, pukul 19.00 WITA. Insya-Allah sebagai Inspektur Upacara Komandan Pusat Polisi Militer Angkatan Laut, Laksamana Pertama TNI Dr Nazali Lempo, SH, MH.

Ia menambahkan, selesai upacara pada 20.46 WITA, dilanjutkan dengan kegiatan doorstop, wawancara Rekan Jurnalis dengan Danpuspom TNI AL selama 5-7 menit di lapangan upacara.

Pukul 21.00 WITA, dilanjutkan acara ramah tamah Danpuspom TNI AL dengan para Tamu undangan yakni, Bupati Banyuwangi, Bupati Jembrana, dan undangan lainnya di Gedung Monumen Cekik sampai acara selesai pukul 21.45 WITA. Selesai acara, Rombongan dengan 2 bis VIP TNI AL kembali menuju Surabaya dengan pengawalan Pom Lantamal V.

Perlunya Menghidupkan Semangat Kapten Markadi

Tidak banyak yang tahu, tiga bulan setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, tepatnya 27 Oktober 1945 pasukan Belanda kembali mendarat di Singaraja, Bali dengan mendompleng tentara Sekutu. Terjadi insiden penurunan bendera Merah Putih di Singaraja yang memancing kemarahan pejuang setempat. Walhasil suasana di Kota Singaraja pun memanas.

Namun, gelombang pendaratan tetara Belanda dan Sekutu terus berlangsung hingga 2 Maret 1946. Bahkan pada saat itu jumlah yang mendarat lebih besar yakni 2.000. Dalam perkembangannya tentara Belanda dan Sekutu kemudian menduduki sejumlah wilayah di Bali yang ketika itu bersama Kepulauan Nusa Tenggara disebut Sunda Kecil.

Komandan Resimen Sunda Kecil Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai pun kemudian konsultasi ke Markas Besar Umum Tentara Republik Indonesia (TRI) di Yogyakarta. Resimen Sunda Kecil diminta menyiapkan serangan ke Bali.

Awalnya Ngurah Rai hanya meminta dikirimkan senjata untuk penyerangan ke Bali yang sudah diduduki Belanda dan NICA. Namun kemudian, Resimen Sunda Kecil juga meminta kiriman pasukan tambahan.

Maka dikirimlah pasukan yang dipimpin oleh Kapten Markadi. Mabes Umum TKR di Yogyakarta juga memerintahkan pasukan di Banyuwangi membantu misi Resimen Sunda Kecil.

Diakui, Indonesia membutuhkan ikon pahlawan di laut sebagaimana tokoh-tokoh dari negara lain seperti Sinbad, Kapten Hawk, Colombus, hingga Marcopolo. Menghidupkan semangat Kapten Markadi menjadi penting.

Ikon pahlawan laut dibutuhkan dalam menumbuhkan watak dan karakter generasi penerus bangsa. Sejumlah nama pahlawan laut di Indonesia seperti Hang Tuah, Malahayati, Nala, hingga komandan Pasukan M, Kapten Markadi, harus diakui belum dijadikan ikon penting.

Adalah tepat, kalau POMAL hari ini menggelar Napak Tilas perjuangan dan ketokohan Kapten Markadi yang gagah seperti Bima dalam Babad Mahabharata. Memiliki karakter teguh, kuat, tabah, jujur, berhati lembut, dan rendah hati. (dtk,fzi/nzm)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry