PILKADA : Pramono Anung, orang tua Mas Dhito (Irfan Marzuki/duta.co)

KEDIRI|duta.co – Munculnya nama Hanindhito Himawan Pramana bagaikan magnet baru di Kabupaten Kediri dianggap mewakili sosok calon pemimpin di masa depan. Selain visi misi yang jelas, didukung bekal kecakapan dan ilmu selain faktor dukungan keluarga. Nama Mas Dhito sapaan akrabnya, mulai dikenal warga bukan hanya di kalangan anak muda. Namun cara komunikasi pendekatan dengan komunitas dan para orang tua mulai menunjukkan siapakah sosok aslinya.

Berikut wawancara khusus Kepala Biro duta.co Kediri dengan Menteri Sekretaris Kabinet RI, Pramono Anung Wibowo (Pak Pram). Merupakan orang tua Mas Dhito saat ditemui di kediaman pribadinya Jl. Budaya Cipta II Tepus Kecamatan Ngasem Kabupaten Kediri, pada Sabtu (07/03).

Bagaimana dukungan diberikan orang tua dan keluarga atas majunya Mas Dhito?

Pak Pram : Yang pertama tentunya, anak saya ini sejak kecil sudah aktif di organisasi, terutama di PDI Perjuangan dari tahun 1999. Sejak saya jadi anggota dewan, jadi waksekjen kemudian sekjen. Mas Dhito sudah ikut saya keliling indonesia. Sejak kecil sudah menggenal politik dalam keluarga kami. Dan memang dalam keluarga kami membiasakan segala sesuatu itu terbuka dan transparan

Saya menyakini, begitu nanti dukungan partai ini nanti keluar, tentunya saya sebagai orang tua akan memberikan support dan restu sepenuhnya. Walau pun awalnya masyarakat luas juga tahu. Bahwa anak saya sebenarnya belum keinginan untuk menjadi calon Bupati Kediri. Namun karena keadaan yang memaksa itu, dan partai PDIP dan partai lain kemudian memberikan dukungan, terutama restu dan support Ibu Mega.

Mas Dhito ini sejak umur 7 tahun sudah kenal secara pribadi dengan Ibu Mega (Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan). Ketika Mas Dhito ini diusulkan oleh DPD kemudian didukung DPC, beliau langsung yang malah menelepon saya untuk meminta itu.

Perubahan struktural organisasi partai hingga ke ranting kini dipenuhi anak muda milenial?

Pak Pram : Karena dalam tubuh PDIP adalah akar rumputnya lebih tertata, organsiasi jelas dan ideologi jelas. Tentunya ini menjadi menarik bagi kalangan anak muda. Ketika proses regenerasi berlangsung secara alamiah, kemudian banyak calon – calon kepala daerah baik bupati dan gubernur dari PDIP ini relatif wajah – wajah muda yang lebih menjanjikan.

Misalnya di Kediri sendiri, kemudian Solo, Medan, Trenggalek dan beberapa kota di Jawa Timur banyak sekali termasuk Tuban dan gresik. Ini merupakan anak – anak muda didorong untuk diajukan, dimana proses regenerasi alamiah menjadi satu kekuatan bagi PDI perjuangan.

Menyikapi munculnya isu Mas Dhito akan menjadi calon tunggal?

Pak Pram : Demokrasi memberikan pilihan, kan sudah dibuka calon kepala daerah seluas – luasnya termasuk calon independen dan sudah beralkhir 23 Pebruari lalu. Kemudian untuk calon yang diusung partai, ya monggo siapa yang mau mendukung. Bagi saya apakah ini nanti calon tunggal ataupun ada lawan, sama saja. Kalau toh calonnya tunggal, ini kan mekanisme demokrasi yang biasa, seperti kemarin terjadi di Kabupaten Blitar dan di beberapa daerah.

Karena orang semakin tahu, yang pertama maju sebagai kepala daerah membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Yang kedua, banyak kepala daerah yang terkena tindak pidana korupsi baik itu ditangani KPK, Kejaksaan dan Kepolisian, tentunya ini menjadikan proses kesadaran. Harapannya adalah makin lama biaya demokrasi bukan lebih mahal, namun harus lebih murah.

Bila kemudian calon tidak memiliki peluang, kenapa harus dipaksakan untuk maju. Jadi sekali lagi, kita tidak megngupayakan untuk calon tunggal ya, tapi kalau kemudian partai – partai memberikan dukungan kepada Mas Dhito dan pasangannya, kesalahannya bukan pada Mas Dhito dan calaon pasangannya.

Bagaimana terkait edukasi dan sosialisasi dilakukan KPU selama ini kepada pemilih pemula?

Pak Pram : Ini memang belum masuk tahapan sosialisasi, sekarang ini baru tahapan proses penjaringan dan penyaringan, jadi istilahnya masih proses pendaftaran. Nanti bagi pemilih pemula yang jumlahnya mencapai antara 35% hingga 40% di masing – masing daerah yang belum pernah memilih, tentunya memberikan peluang kepada pemimpin muda. Pasti komunikasi dibangun bisa mepresentasikankan anak – anak muda. Dimana lebih gampang diajak komunikasi dibandingkan orang yang cara berpikirnya, masih seumuran saya atau bahkan di atas saya.

Bahwa PDIP telah memberikan ruang kepada Gerindra untuk dirangkul namun kemudian muncul istilah Koalisi Istana?

Pak Pram : Lho, sebenarnya tidak ada namanya Koalisi Istana, yang ada begini ya. Saya ini menjadi pemimpin partai telah 20 tahun lebih. Semua ketua umum partai telah kenal secara pribadi dengan saya. Bukan hanya Gerindra, partai Golkar, Nasdem, Demokrat, PAN, PPP, PKB bahkan PKS. Adalah secara personal para ketua umumnya sangat akrab dengan saya. Karena memang selama ini pilihan politik saya membangun komunikasi, yaitu politik yang terbuka.

Walaupun berbeda partai politik namun kita tetap bersahabat. Bahkan saya secara personal sangat bersahabat dengan Presiden PKS atau saya juga akrab dengan Pak Prabowo. Kalau kemudian mereka tahu, bahwa anak saya maju terus kemudian memberikan pilihan politiknya kepada anak saya, kan tidak ada salahnya. (nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry