Ketua Majelis Syura PKS Habib Dr Salim Segaf Al-Jufri (FT/pks.id)

SURABAYA | duta.co – Tidak mudah, menghapus stigma Partai Keadilan Sejahtara (PKS) sebagai ‘sarang’ berkumpulnya kelompok ‘garis keras’ atau wahabi. Apalagi, sejarah berdirinya partai ini, selalu dikaitkan dengan gerakan Ikhwanul Muslimin (IM), sebuah jamiyyah dakwah (Mesir) yang sering disalahpahami.

“Sekarang baca, lihat dan ikuti diskusi-diskusi kecil di media sosial NU. Nahdliyin yang cerdas mulai melihat PKS sudah tidak seperti dulu lagi. Dan, ini tidak lepas dari sosok Ketua Majelis Syura PKS, Habib Dr Salim Segaf Al-Jufri,” demikian Drs Abdul Kholiq, mantan Ketua PC GP Ansor Jombang, Jawa Timur kepada duta.co, Sabtu (6/11/21).

Menurut Cak Kholiq, panggilan akrabnya, tidak mudah bagi PKS lolos sebagai samsak (karung tinju red.) politik di negeri ini. Pertama, manuver politik sering menggunakan ‘common enemy‘ (musuh bersama red.) guna menjaga soliditas. Di sini, PKS menjadi korban jargon ‘NKRI Harga Mati’. “Ada gerakan yang mengesankan PKS tidak nasionalis, tapi Islam radikal. Bayangkan, kalau gerakan ini mendapat dukungan dana besar? Bikin apa saja, bisa!” tegasnya.

Kedua, masih dalam format ‘common enemy‘, PKS tersudut dalam isu wahabi. Warga NU selalu ditakut-takuti dengan stigma ‘PKS Wahabi’. Padahal, isu ini sangat sensitif bagi nahdliyin yang, jumlahnya mayoritas di negeri ini. Karena itu, ada yang merawatnya, merasa penting dengan isu tersebut.

“Banyak buku, statemen tokoh, brosur yang isinya agitasi, kejengkelan terhadap wahabi yang tertuju ke PKS. Maka, tidak mudah PKS lolos dari stigma tersebut. Di sinilah hebatnya sosok Habib Dr Salim Segaf. Saya tertarik ‘membuntuti’ antitesisnya,” tambahnya.

PKS sendiri, memang, harus keluar dari ‘lubang jarum’. Tidak keliru, kalau kemudian partai ini ‘mengerek’ Habib Salim tampil dalam kepemimpinan nasional. Mengenalkan ‘sosok dingin’ ke masyarakat luas. “Karena masyarakat semakin ingin tahu, bagaimana jejak politik Habib Salim selama ini? Hari ini (Sabtu 6/11), medsos nahdliyin banyak membahas dia,” pungkas aktivis NU Jombang, notabene mantan anggota DPRD dari Fraksi PDI-P ini.

Habib Salim, sosok yang dinilai sukses membuat kelompok ‘garis keras’ tidak betah di dalam PKS. Faktanya, sejumlah politisi eks PKS merasa tidak kerasan alias ‘sumuk’, lalu mendirikan parpol sendiri.  Setidaknya, itu terlihat dari program-program PKS yang, ‘Semakin Indonesia’, semakin lengket dengan budaya-budaya lokal. Sambutan hangat, bukan saja dari nahdliyin tetapi juga tokoh-tokoh nonmuslim, mereka memberikan apresiasi yang sama.

Siapa Habib Salim?

Nama Habib Salim Segaf Al Jufri, memang, tidak lepas dari semua itu. Perjalanan karir politiknya turut mengukir potret PKS sekarang ini. Habib Salim pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kesultanan Oman pada 2005. Ia juga pernah menjabat Direktur Perwakilan World Assembly of Muslim Youth (WAMY) untuk kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara.

Selain itu, Habib Salim juga dipercaya menjadi Wakil Ketua Organisasi Ulama se-Dunia. Sebuah posisi penting untuk mewujudkan sekaligus menunjukkan kepada dunia, Islam yang rahmatan lil’alamin.

Dalam jajaran Kabinet Indonesia Bersatu II, ia mendapat kepercayaan sebagai Menteri Sosial era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat itu SBY menunjuknya langsung pada 22 Oktober 2009.

Bicara keilmuan, Habib Salim bukan doktor ‘kaleng-kaleng’. Pendidikan S-1 sampai S-3, ia tempuh di Universitas Islam Madinah, Arab Saudi. Untuk pendidikan S-1 (1976), S-2 (1980), dan S-3 (1986) bidang syariah.

Maka, ketika PKS menyelenggarakan Musyawarah IV Majelis Syura hadir forum tertinggi partai secara hybrid, merekomendasikan Habib Salim menjadi teladan politik di hadapan publik.

“Peserta musyawarah merekomendasikan agar Ketua Majelis Syura PKS Dr Salim Segaf Al-Jufri memberikan keteladanan nyata di hadapan publik. Masyarakat perlu tahu bahwa PKS sebagai partai oposisi hadir di tengah penderitaan rakyat. Saatnya tokoh kunci PKS menjadi teladan publik secara luas,” demikian Ketua Bidang Humas DPP PKS Ahmad Mabruri saat itu. (mky, bersambung)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry