Kuuni Ulfah Naila El Muna, S.KM., M.Epid – Dosen S1 Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan

TIGA dari sepuluh remaja mengalami anemia, begitu yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dari Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018.

Anemia merupakan keadaan kekurangan sel darah merah yang sehat dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Dampak dari anemia yakni konsentrasi terganggu, penurunan produktivitas dan pertumbuhan, hingga dampak jangka panjang seperti komplikasi saat kehamilan, melahirkan BBLR (Bayi dengan Berat Lahir Rendah) hingga stunting.

Hal tersebut membuat pemerintah terus mendorong upaya pencegahan anemia salah satunya dengan program pemberian tablet tambah darah (TTD). Sasaran prioritas dari program ini yakni remaja sebagai bentuk investasi masa depan agar sumber daya manusia di Indonesia bisa produktif, kreatif dan berdaya saing.

Info Lebih Lengkap Buja Website Resmi Unusa

Diketahui setiap 10 unit sekolah terdapat 1 pesantren, hal ini menunjukkan betapa banyaknya masyarakat Indonesia yang mengirimkan anaknya untuk menempuh pendidikan di Pondok. Namun sering kali intervensi pencegahan anemia hingga stunting di pondok pesantren belum seperti unit sekolah pada umumnya.

Prodi S1 Kesehatan Masyarakat UNUSA yang memiliki keunggulan kesehatan masyarakat di pesantren terus berupaya menyelesaikan berbagai masalah kesehatan. Salah satunya dengan melaksanakan pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren Jabal Noer demi mewujudkan Pesantren Bersahaja (Bersih, Sehat, Harmonis di Jawa Timur). Meskipun ponpes ini berlokasi di Sidoarjo, namun santrinya berasal dari seluruh Indonesia.

Santri terkenal memiliki rutinitasnya yang padat, mulai dari beribadah, sekolah, dan mengaji. Sering kali santri juga identik dengan kata tirakat yakni mendekatkan diri kepada Allah dan menahan hawa nafsu dari hal duniawi. Seperti makan seadanya dan jumlah jam istirahat yang kurang. Begitu pula dengan santri di santri Pondok Pesantren Jabal Noer.

Untuk mengetahui gambaran kejadian anemia, perlu diadakan skrining serta edukasi pencegahan anemia dalam mengupayakan penurunan angka stunting di masa depan. Masyarakat pondok pesantren seperti santri putra, santri putri, ustadz-ustadzah hingga guru sekolah formal di pesantren jabal Noer turut berpartisipasi dalam pemeriksaan anemia.

Antusiasme warga Pondok Pesantren sangat luar biasa meskipun santri sedang menjalani ujian sebelum libur panjang, namun tidak menyurutkan semangat mereka memeriksakan dirinya.

Hal ini menandakan bahwa warga pesantren cukup aware akan pentingnya kesehatan dan deteksi dini anemia. Diketahui dari hasil skrining, jumlah santri yang mengalami anemia lebih rendah namun tidak jauh berbeda dengan hasil riskesdas.

Tidak berhenti di skrining anemia, Prodi S1 Kesmas UNUSA juga memberikan konseling mengenai penyebab, tanda anemia, serta cara mencegah anemia (mengonsumsi makanan sumber zat besi dan makanan sumber vitamin C, menghindari minuman yang dapat menghambat penyerapan zat besi, serta mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) secara rutin) dan dampak anemia.

Penyampaian edukasi ini memanfaatkan media promosi kesehatan (leaflet dan poster) yang ditunjukkan pada masyarakat pesantren baik anemia maupun tidak.

Dalam rangka menciptakan masyarakat yang lebih berdaya, tim pengabdian masyarakat program studi S1 Kesehatan Masyarakat memberikan media promosi kesehatan serta alat pemeriksaan hemoglobin yang dapat dimanfaatkan oleh Poskestren PP. Jabal Noer untuk melakukan skrining dan edukasi secara mandiri di masa mendatang. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry